Sedang Membaca
Belajar Psikologi Islam dari Karakter Sasuke dalam Anime Naruto
Diah Yunita Rahma
Penulis Kolom

Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Ronggowarsito UIN Raden Mas Siad Surakarta. Bisa disapa di akun instagram @rahmadiahyunita.

Belajar Psikologi Islam dari Karakter Sasuke dalam Anime Naruto

Karakter Sasuke dalam Anime Naruto

“Kau tidak perlu memaafkanku, dan tidak peduli apapun yang akan kau lakukan aku akan selalu menyayangimu”. Sekilas dialog legendaris yang banyak memainkan emosi para penikmat anime Naruto. Kata kata terakhir Uchiha Itachi kepada adiknya Uchiha Sasuke setelah mengungkapkan kebenaran tentang dirinya.

Dua bersaudara yang saling menyayangi satu sama lain akan tetapi harus terpisah oleh paksaan situasi, dimana perdamaian menjadi taruhannya. Itachi dikenal sebagai pahlawan tersembunyi yang banyak mengambil hati para penikmat anime Naruto karena besarnya pengorbanan yang ia lakukan demi kedamaian desa. Sedangkan Sasuke dikenal sebagai  penjahat dan simbol kebencian bagi mayoritas penikmat anime Naruto akibat dari sifat sombong dan banyak memberikan penderitaan kepada karakter utama.

Sasuke menjadi seorang kriminal tingkat atas yang diincar oleh lima desa sekaligus. Di balik sifatnya yang dingin dan kejam, Sasuke memiliki sisi yang lembut dan penyayang hal ini diperjelas dalam Naruto episode 129. Dalam episode ini diperlihatkan bahwa Sasuke sangat menyayangi Itachi kakaknya lebih dari siapapun. Sasuke mengagumi kemampuan serta kecerdasan Itachi sebagai seorang shinobi yang hebat, ia menjadikan Itachi sebagai panutan serta acuannya untuk terus berkembang.

Sedangkan hubungan Sasuke dengan ayahnya tidak begitu baik sebagaimana hubungan dengan sang kakak. Hal ini disebabkan karena sang ayah selalu membandingkan dirinya dengan Itachi dari segi kemampuan serta kecerdasan. Namun, hal ini menjadikan Sasuke terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan dirinya agar sang ayah mengakui keberadaannya. Selain lembut dan penyayang, Sasuke juga peduli dengan hubungan orang di sekitarnya, hal ini terbukti pada Naruto episode 130 dimana Sasuke berusaha untuk menjadi penengah antara hubungan ayah dan kakaknya.

Naruto episode 131, menjadi awal dari perubahan drastis karakter Sasuke. Episode ini menceritakan pembantaian klan Uchiha yang dilakukan oleh Itachi sang kakak. Dalam pembantaian ini, Sasuke melihat seluruh kematian orang-orang yang ia sayangi didepan mata kepalanya sendiri termasuk kedua orang tuanya Mikoto dan Fugaku. Terlebih pelaku dari insiden mengerikan ini adalah Itachi kakaknya sendiri.

Baca juga:  Belajar dari Film Iran (4): Heartbroken, Film yang Iran Banget

Dalam kejadian ini Sasuke kecil merasa takut dan kurang percaya diri karena ia tidak mampu berbuat apa apa untuk menolong ayah dan ibunya terlebih ia merasa sedih dan tidak percaya bahwa sang kakak yang ia kagumi dan jadikan panutan menjadi pelaku atas semua insiden ini dengan alasan untuk mengukur kemampuannya. Insiden mengerikan ini memberikan perubahan sifat yang dialami oleh Sasuke, diantaranya:

  1. Kebencian dan keinginan untuk membalas dendam

Pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang yang sangat kita cintai akan memberikan kita perubahan nilai terhadapnya. Rasa sayang yang mendalam akan memberikan kebencian yang mendalam pula terhadap orang tersebut. Rasa benci inilah yang melahirkan keinginan untuk membalas pengkhianatan yang setimpal terhadapnya.

  1. Trauma yang membekas

Setiap kali mendengar kata keluarga, klan, serta Itachi sang kakak, Sasuke akan mengingat kembali peristiwa pembantaian mengerikan yang telah terjadi di masa lalu. Hal ini memberikan rasa sakit yang mendalam bagi dirinya, karena mengingat masa lalu hanya membuka luka lama yang terpendam. Perasaan benci, takut serta seluruh perasaan yang ia rasakan pada saat itu akan kembali muncul setiap kali mendengar kata kata yang berkaitan dengan peristiwa masa lalunya.

  1. Enggan bersosialisasi dan sulit membangun kepercayaan terhadap orang lain

Pembantaian Klan Uchiha yang dilakukan kakaknya, memberikan kesan pada Sasuke bahwa tidak ada seorang pun yang dapat dipercayai di dunia ini. Bahkan keluarga yang memiliki hubungan darah pun dapat mengkhianati kepercayaannya. Hal ini menjadikan Sasuke sungkan untuk memberikan kepercayaan serta membangun suatu hubungan dengan orang lain, sensasi yang ia rasakan di masa lalu memberikanye persepsi bahwa suatu hubungan hanya akan menghambat ambisi serta tujuan seseorang.

Kejadian mengerikan yang dialami karakter Sasuke, ternyata pernah dialami juga oleh beberapa sahabat Nabi, diantaranya: Ammar bin Yasir sahabat Nabi yang melihat kematian Yasir bin Amir sang ayah dan  Sumayyah binti Khayyat sang ibu yang begitu tragis akibat dari siksaan sang majikan, dikisahkan bahwa keluarga Yasir pernah dibiarkan dibawah teriknya matahari padang pasir, didera, dan disulut dengan api menyala serta berbagai siksaan lainnya.

Baca juga:  Menangkap Kata Rupa dan Rupa Kata

Ada juga Bilal bin Rabbah, dimana seluruh keluarganya dibunuh sehingga hanya menyisakan dirinya dan adiknya Ghufairah. Selain pembunuhan yang terjadi pada keluarganya, Bilal juga menerima siksaan yang begitu kejam dari para kafir Quraisy. Ia dijemur ditengah teriknya matahari padang pasir kemudian ditimpakan batu besar diatas perutnya.

Bahkan penderitaan yang dialami Nabi Muhammad SAW lebih besar dari para sahabatnya, Dimana beliau harus menerima berbagai siksaan serta celaan dari kamu kafir quraisy yang merupakan kerabatnya sendiri dan menyaksikan siksaan yang diterima umatnya akibat dari mengikuti ajaran yang telah beliau sampaikan.

Dilihat dari persamaan pengalaman yang dialami oleh karakter Sasuke dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW, mungkin memberikan kita asumsi bahwa dampak psikologis yang akan mereka rasakan akan sama dengan karakter Sasuke.

Pada kenyataannya, sangat bertolak belakang. Mereka tidak mempunyai rasa kebencian serta keinginan untuk membalas dendam terhadap para kafir quraisy, justru mereka selalu mendoakan yang terbaik untuk para kafir quraisy agar diberikan petunjuk serta kelapangan hati untuk menerima ajaran islam. Rasa kesal serta marah mungkin juga mereka rasakan, akan tetapi mereka tutupi atas dasar keimanan serta tawakkal akan semua takdir yang telah Allah tetapkan.

Berikut beberapa hal yang para sahabat Nabi terapkan dalam menghadapi segala problematika kehidupan:

  1. Mendasari semuanya dengan keimanan

Para sahabat mendasari ketetapan serta kesabaran mereka dengan keimanannya kepada Allah SWT. Mereka percaya bahwa Allah SWT akan memberikan balasan yang baik untuk orang orang yang bersabar dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Kecintaan serta keyakinan mereka terhadap Allah SWT lebih besar daripada seluruh penderitaan yang mereka terima di dunia.

  1. Menerima takdir yang telah ditetapkan

لا يكلف الله نفسا الا وسعها

“Allah tidak akan menguji seorang hamba sesuai dengan kesanggupannya”

Quran surat Al-Baqarah ayat 286 menjadi semboyan dalam kehidupan para sahabat dalam menerima segala problematika kehidupan. Para sahabat percaya bahwa Allah SWT memberikan ujian kepada mereka sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga akhirnya para sahabat selalu memfokuskan diri mereka pada Solusi dari permasalahan tersebut bukan pada permasalahannya.

  1. Bersabar seraya meminta petunjuk kepada Allah SWT
Baca juga:  Euforia Wayangan: Media Dakwah dan Tendensi Elite Penguasa

Sabar bukan berarti diam, sabar memberikan arti untuk terus berusaha tanpa harus menyalahkan keadaan serta pihak pihak lainnya. Para sahabat menghadapi segala ujian kehidupan yang mereka alami dengan sabar dan shalat meminta petunjuk kepada Allah SWT. Sesuai dengan anjuran yang telah tertera dalam al-Quran :

واستعينوا بالصبر و الصلاةۗۗ وانها لكبيرة الا على الخشعين

(Al-Baqarah : 45 )

  1. Tawakal kepada Allah SWT

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI), tawakal berarti pasrah diri kepada Allah SWT, Percaya dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Para sahabat percaya bahwa segala sesuatu yang mereka miliki di dunia adalah milik Allah semata dan akan kembali kepada-Nya. Termasuk ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat merupakan milik Allah semata. Para sahabat percaya bahwa seluruh anggota keluarga, kekayaan, kekuasaan, serta jabatan yang mereka miliki hakikatnya milik Allah. Sehingga mereka selalu berpasrah atas apa yang telah terjadi atas mereka.

اللذين اذآاصابتهم مصيبة ۗ قالوا انا لله و انا اليه راجعون

(Al-Baqarah : 156 )

Trauma yang terjadi di masa lalu, tidak harus serta merta menjadikan kita lemah dan  terpuruk pada kondisi tersebut secara berkelanjutan. Beberapa karakter diatas memiliki kasus yang sama yakni trauma masa lalu akan pembunuhan keluarga yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri.

Perbedaan dari beberapa karakter di atas adalah bagaimana mereka menyikapi rasa traumatis tersebut. Sasuke menyikapi rasa traumatisnya dengan kebencian dan dendam sedangkan para sahabat menyikapinya dengan sabar dan tawakal. Apabila karakter Sasuke dalam kehidupan nyata meyikapi traumatisnya dengan cara para sahabat, maka ia tidak akan mungkin menjadi seorang kriminal yang akhirnya menimbun banyak penyesalan. Akan tetapi, walau begitu ada sisi positif yang bisa kita ambil dari penyikapan traumatis Sasuke yakni kegigihan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top