Workshop Jurnalisme Sastrawi: Menulis Biografi Ulama

Selain mengikuti jejak langkahnya yang istikamah di jalan kebaikan, cara terbaik mencintai ulama, guru, dan para pembimbing masyarakat adalah menuliskannya dengan baik, tepat, detail, dan indah sekaligus. Mengapa?

Sebab, menulis adalah ikhtiar “menghadirkan”, “mensyiarkan”, bahkan “mengkloning” dalam bentuk dan medium berbeda. Dalam konteks menulis ulama, tidak mungkin kan kita menulis tidak bagus dan tidak tepat? Ada ulama panutan misalnya, maka tulisannya juga harus menjadi panutan. Tidak mungkin kan kita menulis ulama dengan jelek, karena sama saja mempromosikan kejelekan?

“Ada ulama yang pakar dalam kitab Ihya Ulumuddin, tapi kok setelah baca biografinya tidak menyentuh sama sekali kitab karya Imam al-Ghazali ini. Ada ulama perempuan begitu sayang sama umat, tapi kok ditulis tidak menggambarkan bahwa beliau penyayang masyarakat?” ujar Ulil Abshar Abdalla, seorang penulis keren dan kiai muda kita ini.

Sementara itu, Susi Ivvaty, salah satu pendiri Alif.ID dan jurnalis senior mengatakan bahwa belum banyak biografi ulama Indonesia, apalagi perempuan, yang ditulis dengan maksud dibaca publik luas. Kebanyakan, katanya, para kiai, nyai, ditulis untuk kalangan internal, padahal ulama kita layak sekali dibaca publik luas, bahkan oleh orang yang beda agama, budaya, dan tradisi.

“Saat ini nyaris tidak relevan lagi mengatakan bahwa ‘tulisan saya untuk kalangan terbatas’. Dunia sudah sedemikian terbuka karena revolusi teknologi dan informasi. Ini kesempatan kita mengenalkan dunia ulama ke publik luas,” tutur Ivvaty yang sudah malang melintang meliput peristiwa penting di berbagai negara.

Dalam konteks inilah, Alif.ID membuka kelas menulis atau workshop jurnalisme sastrawi dengan tema “Menulis Biografi Ulama”. Workshop ini dikhususkan untuk pengelola media keislaman, aktivis organisasi seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya serta santri Ma’had Aly (jenjang tertinggi pendidikan di pesantren). Target workshop ini menulis biografi bersama dalam satu buku.

“Ada fasilitas pendampingan agar alumni kelas ini menghasilkan karya bersama,” kata Rizal Mubit, panitia pelaksana workshop.

Mubit menginformasikan bahwa peserta dibatasi agar efektif dan juga berbayar guna memunculkan partisipasi. “Biaya dari peserta ini penting agar ada keseriusan dan partisipasi. 30% anggaran berasal dari peserta, selebihnya dari sponsor tidak mengikat,” pungkasnya.

Persyaratan Peserta

  1. Utusan pesantren, organisasi, komunitas, pengelola media keislaman, santri ma’had aly. (Dibuktikan dengan lampiran surat)
  2. Usia 22-28 tahun
  3. Mengisi formulir pendaftaran (1-30 Nopember 2019)
  4. Bersedia mengikuti seluruh proses workshop dan program penulisan pasca workshop
  5. Mengirim contoh tulisan tentang ulama (laki-laki/perempuan) sebanyak 300-500 kata
  6. Mampu berbahasa Arab atau Inggris
  7. Membayar biaya workshop Rp. 1.000.000,-

Kontak WhatsApp 0821 4122 1797 untuk pendaftaran dan info selengkapnya.