Di suatu hari raya Idul Fitri Asyibli mengenakan dua pakaian baru. Sementara ia melihat orang lain memakai pakaian ala kadarnya tengah mengucapkan salam kepada sesamanya.
Seketika itu Asyibli melepaskan pakaian yang ia kenakan dan melemparkannya ke tungku perapian.
Orang-orang yang melihatnya pun keheranan. Mereka bertanya kepada Asyibli, “Kenapa engkau lakukan itu?”
“Aku hendak membakar apa yang disembah oleh orang banyak,” jawab Asyibli. Lalu ia memakai pakaian biasa berwarna biru dan hitam.
Ia kemudian melantunkan bait puisi:
Orang-orang berhias di hari raya karena (untuk) hari itu
Sementara aku mengenakan pakaian ini
Mereka riang gembira menyambut hari raya
Dan aku pergi menuju-Mu sambil meratapi nestapa
Orang-orang tengah dilanda kegembiraan
Sedangkan aku dalam kesedihan yang mendalam
Dua kondisi yang saling bertolak belakang dalam menyambut hari raya
Siapa Asyibli dalam cerita ini?
Ia adalah salah satu sufi agung dalam sejarah sufisme Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Dulaf bin Ja’far bin Yunus As-Syibli lahir di Samara’ pada tahun 247 H atau bertepatan dengan tahun 861 M. Orang tuanya adalah salah satu pejabat di pemerintahan Samara’ ini sejak kecil tumbuh besar di lingkungan istana bersama anak-anak pejabat.
Mengenai kesufian dan maqam spiritual Asyibli ini banyak para tokoh yang menaruh hormat tinggi kepadanya. Imam Junaid al-Baghdadi, yang juga sufi agung sekaligus guru dari Asyibli ini tak ragu memuji tingkat kesufiannya.
“Setiap kelompok memiliki pemimpin, dan pemimpin kelompok sufi adalah Abu Bakar as-Syibli,” demikian Imam Junaid Al-Baghdadi menyanjungnya.