Sedang Membaca
Buku The Tale of Despereaux: Imajinasi, Rasionalitas, dan Kemanusiaan
Yulita Putri
Penulis Kolom

Sedang menemouh pendidikan S2 Program Studi Pendidikan Agama Islam UNU Surakarta 2022.

Buku The Tale of Despereaux: Imajinasi, Rasionalitas, dan Kemanusiaan

Buku The Tale of Despereaux: Imajinasi, Rasionalitas, dan Kemanusiaan

Manusia tidak hanya mengolah daging, susu, dan tenaga dari binatang, tapi juga kisah. Sederet hewan dijadikan pemeran utama dalam berbagai cerita. Di Inggris, George Orwell melalui Binatangisme (Penerbit Iqra, 1945), sebuah novel bergenre fabel dan satire mengisahkan beragam hewan melakukan penggulingan kekuasaan manusia di sebuah peternakan. Cerita memperlihatkan kebobrokan manusia dalam kepemimpinan.  Di Amerika, tikus, oleh Kate DiCamillo dijadikan tokoh kunci dalam buku anak berjudul The Tale of Despereaux (Penerbit GPU, 2005).

Tale of Despereaux  mengisahkan beragam tokoh-tokoh unik. Despereaux, tikus bertubuh kecil dengan telinga besar diceritakan sebagai sosok pendamba cinta, cerita, musik dan putri Pea. Lalu Chiaroscuro, tikus got pencari cahaya, menjadi sosok yang dipenuhi dendam dan kemarahan. Lalu, Miggery Snow, gadis yatim bertelinga lebar dengan kecerdasan lamban yang percaya impian. Cerita terjalin dalam kastil  gemerlap dan ruang tahanan bawah tanah yang mengerikan.

Isi buku mengajarkan anak banyak hal. DiCamillo menyuguhkan beragam imajinasi, nilai moral dan cara berpikir. Dalam dunia nyata, tikus lekat dengan kotor, bau, dan pengerat. Di dalam buku, Despereaux menjadi tikus spesial. Ia digambarkan tidak memakan buku melainkan membacanya, punya selera musik, dan memiliki pengetahuan dalam berbahasa. Kelak, keistimewaan itu menyelamatkannya dari kematian di ruang tahanan bawah tanah: “Karena kau, tikus, bisa bercerita pada Gregory. Cerita ibarat cahaya. Cahaya sangat berharga di dunia yang begini gelap. Mulailah dari awal. Berceritalah pada Gregory. Hadirkan cahaya.”

Baca juga:  Memunculkan Rasa Kemanusiaan dalam Beragama

Dikisahkan, Despereaux, tikus kastil harus dihukum mati di ruang tahanan bawah tanah karena berbeda dengan tikus pada umumnya. Masyarakat tikus melihat keanehan dari hidup Despereaux. Ia tidak mencuri, tidak menghindari manusia, tidak rakus, dan tidak buta huruf. Keanehan itu dipercayai telah menyalahi aturan, sehingga Despereaux harus dihukum mati. Namun, ternyata bukan kematian yang menemui takdirnya melainkan petualangan dan kehidupan baru yang lebih baik.

Kita teringat pada Sarah, tokoh utama pada cerita Little Princes (2019) gubahan Frances Hodgson Burnett. Keseluruhan nestapa dalam hidupnya tertolong oleh kegemarannya pada buku dan cerita. Lalu sederet tokoh seperti Thomas Alva Edison, Abraham Lincoln, dan Buya Hamka juga terbentuk dan tertolong karena cerita di masa anak-anak. DiCamillo, melalui bukunya membuat anak berpikir pentingnya buku dan cerita lewat kisah seekor tikus, tidak menggurui.

Alur cerita campuran yang digunakan DiCamillo membuat pembaca menemukan  kejutan-kejutan antar cerita. Pembaca dibuat penasaran dan tekun menyimak lewat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan narator. Yang tak kalah penting, cara berpikir yang dipromosikan oleh penulis kepada pembaca: “Semakin sedikit yang didengar Mig, semakin sedikit yang dimengertinya. Semakin sedikit yang dimengertinya, semakin banyak yang salah dilakukannya, semakin sering ia dijewer, dan semakin sedikit yang didengarnya. Inilah yang  disebut lingkaran setan. Dan Miggery Sow persis berada di tengah-tengahnya.”

Baca juga:  Sabilus Salikin (17): Beragam Tarekat Satu Hakikat

Pembaca diajak mengetahui konsekuensi perilaku atau cara berfikir yang logis untuk mencari sebab akibat dari sebuah tindakan. Penulis tidak hanya menampilkan satu akibat tetapi beberapa akibat lanjutan. Pembaca dituntut untuk belajar bertanggung jawab.

Dalam buku ini juga ditampilkan keadaan yang selalu bertolak belakang. The Tale of Despereaux  memuat kekayaan juga kemiskinan, cinta juga benci, harapan juga keputusasaan, cahaya juga kegelapan, kebaikan juga kejahatan, bodoh juga cerdas. Realitas yang berlawanan itu dikemas sebagai keniscayaan dalam hidup. Pembaca dibuat mengerti dunia tidak tunggal, selalu ada hal lain. Dan segala kesemrawutan itu bisa diterima dan dijalani.

Terlepas segala nilai yang bisa diambil anak-anak sebagai pembaca, novel ini juga bisa dikatakan seperti cermin psikologis manusia. Despereaux, tikus kastil itu seperti simbol dari kesadaran manusia yang kerap ditampilkan di permukaan: Senang, optimis, berani. Sementara Chiaroscuro, tikus got bawah tanah seperti simbol dari kesadaran manusia yang letaknya berada pada lapisan terdalam: Dendam, benci, marah, penderitaan rasa sakit. Lalu Miggery Sow,  simbol pengaruh pendidikan keluarga bagi hidup  anak.

The Tale of Despereaux  sepertinya tidak hanya layak menjadi bacaan bagi anak-anak tetapi juga orang dewasa. Pembaca bisa menemukan banyak lapisan pesan dan realitas hidup yang ditampilkan dengan gamblang.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top