Dalam sejarah perkembangan tarekat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah di bumi Nusantara, tercatat bahwa KH. Cholil Juraimi dari Demak yang juga menantu KH. Tamim Irsyad, pendiri pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, merupakan salah satu pembawa gerakan tarekat yang dikombinasikan oleh Syekh Ahmad Khotib As Sambas. Martin Van Bruinessen dalam bukunya menyatakan bahwa KH. Cholil Juraimi menerima ijazah tarekat tersebut melalui jalur Syekh Ahmad Hasbullah Al Maduri.[1]
Seiring berjalannya waktu, pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang mengalami peningkatan jumlah santri. Mengingat banyak dari mereka yang ingin mendalami ilmu tarekat kepada KH. Cholil Juraimi. Jumlah santri yang kian bertambah secara signifikan menyebabkan kurangnya tenaga pengajar di pesantren tersebut. Maka dari itu, Kiai Cholil pada kurun akhir abad XIX memanggil adiknya, yakni Kiai Syafawi untuk membantu mengajar dikarenakan beliau memiliki spesialisasi kealiman di bidang ilmu alat dan fikih.[2]
Ketika penulis sebagai alumnus pesantren Darul Ulum Jombang melakukan anjangsana kepada KH.Chozin Dahlan pada bulan Maret tahun lalu, Kiai Chozin yang kerap disapa dengan Gus Chozin juga sempat bercerita tentang sosok Kiai Syafawi ini. Menurut beliau, meski Kiai Syafawi ini memiliki kekurangan dalam hal penglihatan, setidaknya Kiai Syafawi ini juga memiliki kelebihan yakni mengajar para santri di bidang kajian ilmu alat dan fikih serta pernah melukis potret sosok iparnya, KH. Romly Tamim. Hal ini menunjukkan bahwa Kiai Syafawi memiliki Ainul Bashirah yang tajam serta menunjukkan bahwa pesantren Darul Ulum mampu mengimbangi antara ilmu syari’at dan ilmu hakekat.
Baik Kiai Cholil Juraimi, Kiai Syafawi, dan adik-adiknya yang lain hidup dalam perantauan, seperti Kiai Hanafi yang bermukim di Jember dan Nyai Marsinah yang bermukim di Pare, Kediri. [3] Hal ini menunjukkan bahwa Kiai Cholil Juraimi dan saudara-saudaranya mengkhidmatkan diri berbakti serta menebar manfaat kepada ummat. Waba’du keberlangsungan Kiai Syafawi mengajar di pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang tidak berlangsung lama. Pada tahun 1904 beliau berpulang kehadapan Ilahi Robbi dan jasad Kiai Syafawi pun dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di dusun Dukuhan, Peterongan, Jombang atau dekat dengan SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT – CIS.
[1] Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, 92
[2] M. Chozin Dahlan, Kyai Cholil Juraimi : Pendiri Pesantren Rejoso Peterongan, 2012, 44
[3] Buku Sejarah Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, 2013, 12