Sedang Membaca
Timnas Indonesia dan Kenangan Saya dengan Tabloid Bola
Khairul Anwar
Penulis Kolom

Dosen STAIKAP & UIN Gus Dur, Sekretaris LTNNU Kab. Pekalongan, serta penulis buku.

Timnas Indonesia dan Kenangan Saya dengan Tabloid Bola

tabloid bola

Akhir-akhir ini, saya sangat senang melihat perkembangan sepakbola Indonesia, wabil-khusus Timnas Indonesia yang semakin enak dipandang mata. Dari segi permainan, anak asuh Shin Tae Yong mampu menunjukan performa yang aduhai di atas rerumputan hijau. Tim sekaliber Arab Saudi dan Australia mampu diimbangi. Meski di dua laga setelahnya, melawan Bahrain dan China, tim Garuda hanya bisa merengkuh satu poin, saya masih tetap dalam mode optimis Indonesia akan lolos ke Piala Dunia 2026, meski untuk menuju kesana membutuhkan perjuangan yang “berdarah-darah” dan bersusah payah.

Terkait kinerja timnas Indonesia, yang dianggap netizen, menunjukan perkembangan yang lebih baik secara signifikan, tentu, keberhasilan ini tak lepas dari banyak faktor. Diantara faktor-faktor itu, menurut para pengamat, adalah berkat kehadiran para pemain keturunan. Kehadiran pemain diaspora memang tak dapat dipungkiri berhasil mendongkrak permainan Timnas Indonesia. Saya juga mengakui itu. Tapi saya tak akan terlalu banyak membahas faktor-faktor yang bikin permainan timnas Indonesia berkembang. Saya serahkan kepada ahlinya saja.

Bicara timnas Indonesia, saya jadi teringat Tabloid BOLA, sebuah media cetak yang rutin saya baca sejak kelas lima MI sampai Tabloid BOLA itu tutup alias berhenti cetak pada 26 Oktober 2018. Bahkan saya masih ingat betul, ketika edisi terakhir Tabloid BOLA terbit, posisi saya sedang berada di tempat KKN. Karena saya tak ingin melewatkan sajian terakhir dari Tabloid BOLA, saya meminta teman untuk mengantarkan Tabloid BOLA itu ke tempat posko KKN yang ada di pegunungan daerah Pemalang.

Secara detail, saya tak ingat betul kapan pertama kali berjumpa dengan Tabloid yang disebut-sebut sebagai Kitab Suci Olahraga Indonesia itu. Namun, bisa dipastikan, perjumpaan saya dengan Tabloid BOLA mungkin terjadi pada akhir tahun 2006. Saat itu saya sedang membutuhkan koran yang mengulas klasemen Asian Games 2006, guna keperluan tugas sekolah kelas lima. Saya tak ingat mapel apa waktu itu.

Baca juga:  Mitos Kemunduran Dunia Intelektual Islam

Sejak itu, saya rutin membaca Tabloid BOLA. Lebih-lebih ketika saya mulai menggandrungi Timnas Indonesia sejak gelaran Piala AFF 2007 yang berlangsung di bulan Januari. Periode 2007-2009, ketika ingin baca Tabloid BOLA, saya selalu meminta koran itu kepada kakak saya. Kebetulan, setiap pekan sekali, kakak selalu membelinya. Lalu pada periode 2010-2018, saya bisa membeli dengan uang sendiri. Kadang pakai sisa uang saku sekolah atau uang saku kuliah. Tidak lagi terlalu mengandalkan kakak.

Di era yang saya sebutkan tadi, Tabloid BOLA berjalan sangat dinamis. Ia pernah terbit dua kali dalam sepekan (Selasa dan Jumat), tiga kali dalam sepekan, dan pernah pula terbit setiap hari (dalam bentuk koran harian).

Tabloid BOLA telah menemani saya sejak kelas lima MI, atau saat masih berusia 10 tahun. Jika mengingat-ingat lagi momen itu, rasa-rasanya ingin kembali lagi ke masa lalu. Masa ketika anak-anak hingga remaja dihiasi dengan rutin baca koran dan nonton TV. Kadang di waktu pagi, siang, sore atau malam hari. Bagi saya, membaca koran, lebih-lebih koran olahraga adalah sebagai asupan kebutuhan setiap pekan. Terlebih di akhir pekan, banyak pertandingan, baik kompetisi sepakbola di Eropa atau Liga Indonesia. Apalagi kalau ada laga big match, El Clasico (masih ada rivalitas Messi dan Ronaldo) misalnya, maka membeli Tabloid BOLA (terkadang juga SOCCER) menjadi sebuah keharusan.

Baca juga:  Wabah Menghancurkan Pasukan Paderi

Ketika membaca Tabloid BOLA, menu pertama yang saya buka adalah lembar Ole Nasional, yang mengulas berita atau artikel tentang sepakbola Indonesia. Menu ini terdiri dari delapan halaman. Lembar yang ada Timnas Indonesia-Nya akan saya baca terlebih dahulu. Seperti misalnya, berita Piala AFF, atau laga Timnas Indonesia di ajang internasional yang lain. Tabloid BOLA, dalam hal ini, turut berjasa bikin saya ngefans Timnas Indonesia sampai saat ini.

Jika teman-teman saya ngefans berat sama satu klub eropa, maka saya tidak. Selama karir menyukai dunia si kulit bundar, belum ada satu klub pun yang bikin saya tergila-gila padanya. Saya memang suka Liverpool, tapi tak cinta-cinta banget, saya juga ngefans Real Madrid tapi tak fanatik sekali, saya juga mengidolakan Bayern Munchen, tapi biasa saja. Sederhananya, saya nggak ngefans berat sama satu klub saja. Jika ada tim sepakbola yang benar-benar membuat saya jatuh hati padanya, maka bisa dipastikan itu adalah Timnas Indonesia. Setiap laga Tim Garuda yang tayang di tv, “haram” bagi saya melewatkannya. Hukum nonton timnas Indonesia berlaga ibarat seperti hukum mencari ilmu.

Saya mengenal tentang Timnas Indonesia, dari pemainnya hingga bahkan konflik di tubuh PSSI, selain dari TV, Media Sosial, juga dari Tabloid BOLA. Bagi saya, Tabloid BOLA telah mengantarkan saya mengetahui sisi-sisi dari dunia olahraga. Selain ulasan mengenai sepakbola Indonesia, saya juga jarang sekali melewatkan artikel sepakbola Eropa, badminton, dan sesekali juga membaca berita MotoGP dan berita olahraga lainnya. Ah, pokoknya banyak sekali kenangan terhadap Tabloid yang lahir sejak 1984 ini.

Baca juga:  Filsafat Peripatetik Islam: Pewaris ajaran Aristotelianisme dan Neoplatonisme (2)

Andai saja Tabloid BOLA masih eksis di era sekarang, sudah pasti saya akan membelinya, dan lalu membacanya. Duduk di ruang tamu atau di kamar, membuka lembar demi lembar, sambil sesekali makan gorengan dan minum teh hangat. Tak peduli dengan semakin maraknya berita online, saya akan tetap membeli Tabloid BOLA jika memang masih ada.

Sialnya, harapan saya mungkin tak akan pernah terwujud. Tabloid BOLA berbentuk media cetak itu perannya kini telah digantikan oleh berita daring yang untuk bisa menikmatinya, kita harus ada kuota internet. Jika saja Tabloid BOLA masih hadir menyapa pembacanya di tahun 2024 ini, bisa dipastikan, cover halaman depan edisi 16 November 2024 nanti akan terpampang tulisan “Indonesia Bungkam Jepang” dengan huruf kapital semua, lengkap dengan gambar pemain timnas sepakbola Indonesia kesayangan kita semua.

Itu kan yang kita harapkan? Tapi kita juga perlu realistis, Jepang adalah tim yang sangat kuat. Untuk bisa mengalahkannya, segala aspek harus diperkuat dan ditingkatkan. Tapi bola itu bundar. Yakin saja, kalau toh kita tak bisa menumbangkan tim matahari terbit, kita masih punya peluang mengalahkan tim-tim lainnya (Arab Saudi, Bahrain, China, dan Australia). Semoga harapan kita Indonesia bisa melenggang ke ajang tertingi sepakbola dunia dapat tercapai. Aamiin. Alfatihah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top