Abdullah Faiz
Penulis Kolom

Alumni Pondok Pesantren Salaf Apik Kaliwungu dan sekarang Kuliah di UIN Semarang.

Resensi Buku: Persahabatan Rasulullah SAW dengan Pemeluk Agama Lain

Persahabatan Rasulullah SAW Dengan Pemeluk Agama Lain

Menjadi muslim merupakan anugerah yang sangat besar sekaligus tanggungan. Agama Islam yang mempunyai misi mulia yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam menjadi tanggung jawab bagi umatnya. Di tengah gencarnya gerakan intoleransi kita perlu mengampanyekan toleransi (tasamuh) lebih getol lagi. Mengingat kerahmatan islam tidak hanya untuk umat islam saja melainkan untuk pemeluk agama lain bahkan binatang dan ciptaan lainnya.

Persahabatan dengan Yahudi

Layaknya seorang muslim pada umumnya kerapkali di antara kita yang menjalin persaudaraan dengan pemeluk agama lain dianggap telah tersesat dan seolah melakukan dosa besar, padahal Rasulullah Saw sama sekali tidak mengajarkan hal demikian. Melainkan Rasulullah Saw sangat mesra berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan misalnya, Beliau pernah menasihati Aisyah yang enggan berbagi makanan kepada tetangganya yang beragama Yahudi.(hlm.67)

Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa Aisyah mengadakan tasyakuran kemudian Rasulullah Saw bertanya “Apakah masakan ini sudah kau bagikan kepada si fulan..?” Aisyah menjawab “Belum. Dia seorang Yahudi dan saya tidak akan membagikanya.” Mendengar jawaban tersebut Rasulullah Saw lantas mengatakan “Meskipun dia Yahudi tetapi dia tetangga kita.” Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga sekalipun berbeda agama.

Selain itu Rasulullah Saw juga menjaga persahabatan dengan Mukhairiq salah satu tokoh Yahudi yang kaya raya. Sejarah mencatat bahwa Mukhairiq adalah tokoh yang membantu Rasulullah Saw ketika menghadapi kamu kafir Quraisy dalam tragedi perang Uhud bahkan Mukhairiq sempat mengajak kaum Yahudi untuk membantu Rasulullah Saw dalam perang tersebut. Sayangnya ia gugur dalam peperangan dan mewariskan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah Saw. (hlm.34)

Baca juga:  Sastra (Pesantren), Bukan Sekadar Bercerita

Kapasitasnya sebagai rasul sudah semestinya menjaga hubungan baik dengan pemeluk agama lain. dalam perjuanganya beliau juga tidak segan-segan untuk memberikan do’a kepada orang Yahudi. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah Saw tidak henti-hentinya mendoakan non muslim agar diberi hidayah. Pernah satu kesempatan beliau duduk bersama dengan orang Yahudi kemudia ia bersin lantas Rasulullah Saw mendoakanya dengan doa Yahdiyakumullah wa yushlihu baalakum (Semoga Allah swt memberikan petunjuk dan memberbaiki kehidupanmu). Kisah serupa juga pernah dialami Rasulullah Saw ketika beliau kehausan kemudian meminta minum kepada orang Yahudi kemudian ia memberikan air minum lantas Rasulullah mendoakanya atas kebaikanya. (hlm.58)

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Mereka yang bukan saudaramu dalam seiman adalah saudaramu dalam kemanusiaan” ungkapan ini mempunya power yang luar bisa, sebab, berawal dari sini dapat mewujudkan perdamain antar umat beragama. Hal ini berkaca pada kisah Rasulallah Saw yang berdiri menghormati jenazah orang Yahudi ketika hendak di kebumikan. Disebutkan dalam kitab Fathul Barri bahwa Rasulullah Saw menghormati jenazah Yahudi tersebut karena semua makhluk di bumi ini adalah ciptaan Allah swt yang harus kita hormati. (hlm.50)

Persahabatan dengan Nasrani

Dalam buku “Persahabatan Rasulullah SAW dengan Pemeluk Agama Lain” ini juga dibahas persahabatannya Rasulullah Saw dengan pemeluk agama Nasrani. Misalnya kisah hijrahnya umat muslim ke Habasyah. Sebuah negara yang penduduknya mayoritas beragama Nasrani. Mereka melindungi Rasulullah Saw dan umatnya ketika mendapatkan kekerasan dari kaum kafir Quraish. Kebaikan mereka memberikan kesan mendalam bagi umat muslim kala itu. Bahkan ketika mereka berkesempatan sowan kepada Rasulullah saw, beliau sangat menghormatinya dengan menempatkanya di masjid dan disambut dengan hangat. (hlm.41)

Baca juga:  Resensi Buku: Dalil-dalil Gus Muwafiq Merawat Tradisi Nusantara

Selain itu tulisan selanjutnya tidak kalah menarik, yaitu membahas sikap toleran Rasulullah saw terhadap orang Nasrani. Suatu hari Rasulullah mengijinkan orang-orang Nasrani bani Najran untuk menjalankan kebaktian di dalam masjid. Hal ini tentunya membuat para sahabat kebingungan bukan main. Namun kelembutanya telah menutupi mereka yang hendak melarang kaum Nasrani tersebut. (hlm.11)

Kisah ini menunjukan betapa tolerannya Rasulullah terhadap pemeluk agama lain. Ketika beliau ditanya kenapa engkau tidak melarangnya? Beliau hanya menjawab “biarkan saja mereka” dengan santai beliau tidak ekstrim dalam mengajarkan agama yang indah dan sejuk. Sejalan hal ini banyak kajian yang akhirnya membolehkan orang non muslim masuk ke masjid.

Dari beberapa kisah di atas menggambarkan bahwa Rasulullah Saw sangat menjaga hubunganya dengan orang nonmuslim meskipun hanya sebatas urusan duniawi.

Dalam buku “Persahabatan Rasulullah SAW dengan Pemeluk Agama Lain” disampaikan dengan bahasa yang santai dan mudah untuk difahami. Secara garis besar buku ini notabenya kumpulan tulisan yang mengulas tentang hubungan Rasulullah dengan pemeluk agama lain melalui kisah-kisah dari Hadist, Qur’an dan kitab klasik. Hebatnya buku ini bisa membawa pembaca untuk hadir didalam kisah tersebut, tentu saja karena pembawaan bahasannya yang relatif ringan menyesuaikan pembaca era sekarang.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (82): Al-‘Arbain fi Ushul ad-Din, 40 Butir Intisari ‘Ulumul Qur’an Karya Imam Al-Ghazali

Judul Buku: Persahabatan Rasulullah SAW Dengan Pemeluk Agama Lain

Tahun Terbit: Desember 2020

Penerbit : Islami.co

Tebal Halaman: 82 hal.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top