Ilustrasi
Grand Launching Hari Santri Nasional digelar PCNU Sumenep pada tanggal 6 Oktober kemarin. Dari sekian kegiatan yang paling menarik bagi saya adalah bazar kuliner yang diikuti 99 UKM dari 120 yang terdata. Kenapa menarik? Karena kegiatan ini yang mestinya menjadi agenda utama gerakan santri ke depan, bersama rakyat kecil membangun kekuatan dengan merebut ruang ekonomi yang penuh sesak dikuasai pemodal besar.
Kegiatan yang diinisiasi PC LPNU Sumenep ini berawal dari gagasan sederhana, bagaimana grand launching HSN bisa memberi dampak bagi pelaku ekonomi kecil-menengah, bukan sekedar “gebyar yang kurang makna”. Maka muncullah gagasan BAZAR KULINER (utamanya jajanan lokal) dengan mengorganisir pedagang kecil-menengah. Sejali lagi diorganisir.
Beberapa bulan sebelum Grand Launching HSN digelar, LPNU mendata pedagang kuliner yang ada dikota, kecamatan, hingga desa. Dalam mendata, LPNU juga melibatkan MWC NU. Setelah data ada, mereka diundang ke kantor PCNU untuk berembuk soal tehnis pelaksanaan. Inilah kebanggaan pertama yang muncul bagi panitia dan pengurus NU. Pedagang kecil bisa datang ke kantor PCNU, tahu PCNU, dan mau bermitra dengan LPNU. Bahkan kebanyakan pedagang kecil baru pertama kali mengunjungi kantor PCNU. Senang bukan?
Setelah tehnical meeting, mereka menyepakati bikin grup WA. Adminnya LPNU. Di situ mereka bertukar informasi hingga pelaksaan bazar kuliner tiba. Di sini saya melihat mereka telah mampu mengindentifikasi diri sebagai sesama pedagang kecil yang membutuhkan wadah konsolidasi sekaligus sebagai media gerakan atas dasar kesamaan naaib. Ini adalah inisiasi cerdas karena sebelumnya mereka bergerak sendiri-sendiri.
Saat Bazar dimulai, saya datang sekitar 07.40. Pelapak sudah menempati tenda yang sudah dipersiapkan di sisi selatan dan timur Taman Bunga, depan masjid Jamik Sumenep. Ada sebagian peserta yang baru datang, sama telatnya dengan saya. Tetapi mayoritas datang pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00.
Jam 09.00 sehabis menyaksikan parade Drum Band, saya beringsut menemui panitia Hari Santri yang duduk lesehan di belakang tenda pelapak. Capek tidak mereka rasakan, bahkan dari wajah mereka muncul kegembiraan karena bisa melayani pedagang kecil, meski sebatas memfasilitasinya di even tahunan.
Rata-rata jajanan yang dibazarkan dalam kegiatan ini adalah jajanan lokal madura. Saya menemukan di lokasi bazar makanan apem, “tupaserat”, “lopes”, sosis dilumuri potongan-potongan singkong dan saos, “kalemben”, soto madura, nasi jagung, onde-onde, “kolpang”, “gula ampas”, kerupuk, minuman dari beragam bahan dan macem-macem kemasan. Dari sisi kemasan sangat menarik dan kreatif. Potensinya menurut saya luar biasa. Sayang, dari sisi omset belum bisa dihitung karena kesibukan panitia.
Untuk memastikan kepuasan pedagang, panitia datang menemui pedagang di semua tenda. Semua pedagang menyatakan puas dan mengucapkan terimakasih bisa dilibatkan dalam kegiatan ini. Dagangan mereka ludes, bahkan hingga 3 kali lipat melebihi dagangan mereka di kegiatan-kegiatan lain yang mereka ikuti.
Di grup yang dibuat bersama PC LPNU Sumenep tak henti-hentinya para pedagang mengucapkan terimakasih terhadap panitia. Kata sebagian paniatia bahkan cenderung “lebay”. Tapi saya memaknai, ada harapan besar dari mereka terhadap NU. Mereka butuh disapa, diayomi, diorganisir, difasilitasi, dibela, dan seterusnya yang bisa menjadikan mereka kuat menghadapi tekanan sistem ekonomi yang kapitalistik dan makin barbar.
Paska bazar, penting bagi LPNU untuk merespon harapan-harapan mereka, misalnya perlu ada bazar reguler seperti bazar yang diinisiasi pemda setiap minggu. Apalagi mereka semua sangat bersedia menjadi mitra LPNU. Dengan segenap potensi yang dimiliki NU di Sumenep, sangat mungkin bagi NU memberikan akses bagi pedagang kecil sejak pengorganisasian, akses modal, kebijakan, pemasaran, dsb. Memang ini tidak mudah, tapi katagori wajib dilakukan NU untuk memberdakan jamaahnya. Semoga.
Baca Juga
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0 Ingin Tahu
0 Senang
0 Terhibur
0 Terinspirasi
0 Terkejut
0