Jamak diketahui, jika Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M. Namun, deklarasi pendirian itu, tak lantas langsung mendapat legalitas dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu.
Butuh empat tahun untuk mengurusnya. Tepat tanggal 6 Februari 1930, sebuah legalitas atau disebut dengan rechtspersoon dikeluarkan. Dengan demikian, NU menjadi organisasi yang memiliki badan hukum dan memiliki kemudahan untuk mengembangkan diri ke pelbagai daerah.
Atas keluarnya rechtspersoon itu, NU menggelar tasyakuran. Perayaan, begitu tertulis dalam Swara Nahdlatoel Oelama yang memberitakan acara tersebut. Bertempat di Kantor Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama di Bubutan, Gang I Surabaya, perayaan atas terbitnya rechtspersoon NU. Tepat Sabtu malam, 22 Syawal 1348 H atau 24 Maret 1930 M.
Selain Pengurus Besar NU dan sejumlah pengurus cabang dari berbagai daerah, acara itu juga dihadiri oleh segenap tamu undangan. Sedikitnya 300 tamu yang diundang pada acara perayaan tersebut. Rangkaian acaranya sederhana. Setelah pembacaan ayat suci Alquran oleh Muhammad bin Kiai Amin Peraban Surabaya, lalu dilanjutkan khutbah iftitah oleh Rais Aam PBNU Hadratusysyekh KH. M. Hasyim Asy’ari.
“Dipun suwun sedaya hadirin supados hamirengaken kang kaliyan mikir saestu. Saha dipun suwun samiha gadah kaniyatan ngelampahi punapa kang pun kacarihas wonten sak lebeti pun khutbah.”
Peringatan tersebut, meminta kepada segenap hadirin supaya mendengarkan pidato dari Kiai Hasyim Asy’ari dengan pikiran yang konsentrasi, seraya menanamkan niat untuk menjalankan apa yang disampaikan dalam khutbah tersebut.
Setelah hadirin bisa dikondisikan, Kiai Hasyim dihaturkan untuk menyampaikan khutbahnya. Akan tetapi, pimpinan tertinggi NU itu, tidak maju secara langsung. Ia meminta kesediaan santrinya, Umar bin H. Burhan, untuk membacakan naskah pidatonya yang berbahasa Arab.
Umar pun membacakan teks tersebut:
بسم الله الرمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة والسلام علي رسول الله وعلي اله واصحابه ومن اتبع هداه
(ايهاالاخوان) ماكنا نحب ان اكونا من اهل الجمعية فضلا ان اكون من رءيسهابل كنا نكتفي باءخوة الاسلام التي عقدها ديننا. ولكن لما رءينا بعض اهل هذا الزمان يدعون الي الاسلام ويجعلون انفسهم من زعماء اهله يحدثون دعاية نقصد الي صرف القلوب عن الهدي. وتسعي الي ان تفتح في وجوه شباتنا وتسباتنا طرق المجن والخلاعة. ويفتحون لهم باب اللهو ويحرصون علي ان لايبقي لشريعة الاسلام اثر ولا عين. ويجعلون النقص والرذالة لعلماء الاسلام ويجعلون الفضل والفخر في كل صالحة الي غير المسلمين. راءيناانفسنا ان تنتسبح مع اهل الجمعية غيرة علي دين الاسلام. وحرصا علي سلامة قومنا من التفرق.
(اخواني) قد كان المضللون في ما مضي من العصور يحاولونا الكيد للاسلام في شيء من الخفاء و علي شيء من الحياء. امااليوم فهم يرفعون اصواتهم بالطعن علي الاسلام في قاحة استطاعوا بها ان يملوءا اءفواههم الشكوك والاوهام. ولم يكتفوا بذلك بل عملوا لذلك جمعية وارسلوا لذلك الجراءد السيارة.
(اخواني) قد انتسبح بيني وبينكم من الصحبة والمودة. ما يجري القرابة. ويقتض دوام المواصلة واني مع قلة بضاعتي لاصلكم بصلة هي افضل من الدنيا وهي نصيحة.
Artinya kurang lebih demikian:
Dengan Asma Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah, dan salawat serta salam ke atas Rasulullah, keluarganya, para Sahabatnya serta sesiapa yang mengikuti petunjuknya.
(Wahai saudaraku) Tidaklah lebih kami sukai menjadi anggota organisasi (NU) terlebih menjadi ketuanya, tetapi cukuplah kita dengan – ukhuwwah Islam – yang digariskan agama kita. Akan tetapi ketika kami melihat sebagian dari masyarakat pada masa kini, mereka menyeru kepada Islam dan menjadikan diri mereka sendiri pemimpin bagi kelompoknya, membuat iklan (bagi kepentingan/popularitas diri sendiri), dengan maksud mengalihkan hati dari petunjuk (hidayah/kebenaran) dan berupaya membuka wajah para pemuda kita kepada jalan-jalan kebodohan. Dan mereka membuka pintu-pintu hedonisme bagi generasi muda dan berusaha untuk tidak meninggalkan sedikitpun sisa-sisa ajaran (syariat) Islam. Dan mereka menonjolkan kekurangan dan sisi negatif (kehinaan) ulama-ulama Islam dan sebaliknya menjadikan kelebihan dan kebanggaan dari setiap kebaikan kepada selain kaum muslimin. Kami melihat (merasakan) sendiri jalinan kami bersama organisasi (NU) dengan semangat kepada agama Islam dan demi menjaga keselamatan masyarakat (kaum) kami dari perpecahan.
(Saudara-saudaraku) Orang-orang yang menyesatkan, sedari dulu berusaha untuk melakukan tipu daya (serangan) terhadap Islam secara sembunyi dan malu-malu. Tetapi saat ini mereka melantangkan suara mereka untuk menyerang Islam dengan sabar, mereka mampu memenuhi mulut-mulut mereka dengan keragu-raguan dan kebingungan. Tak cukup dengan hal itu, mereka turut melakukannya kepada organisasi (NU) dan mengirimkan koran-koran dengan mobil.
(Saudara-saudaraku) Telah terjalin antara saya dan kalian persahabatan dan kasih sayang yang mengalir menuju persaudaraan (kekerabatan) dan meneruskan langgengnya ikatan, meski saya dengan minimnya modal ikatan ini tetapi ia lebih utama dari dunia, yaitu nasihat.
***
Lantas, nasehat apa yang disampaikan oleh muasis NU tersebut?
Cukup panjang sebenarnya isi lengkap nasehat tersebut. Ada kutipan ayat dan haditsnya. Namun, dalam tulisan ini, saya kutipkan beberapa mutiara nasehat yang berasal dari redaksinya Kiai Hasyim sendiri. Nasehat yang penting direnungkan bagi setiap warga Nahdliyin.
Nasehat Pertama:
ايهاالاخوان اصرفوا الي هذاالمهم. وراقبواسريراتكم وعلانيتكم وقصدكم وافعالكم واقوالكم اهي متوجهة الي مايقربكم الي الله تعالي ويوصلكم الي سعادة الابد. ام هي مصروفة الي مايعمر دنياكم ويصلحها ويبقيها غافلة عن الاخرة؟
“Wahai saudara-saudara sekalian, berpalinglah kalian terhadap sesuatu yang penting ini. Ingatlah ketika kalian berada dalam keadaan yang tersembunyi, terang-terangan dan dengan tersengaja, perbuatan dan perkataan kalian itu akankah mendekatkan kalian kepada Allah Ta’ala dan menjadi perantara menuju ke kenikmatan yang abadi (surga) ataukah justru dipergunakan terhadap perkara yang memakmurkan dunia kalian dan mengantarkan serta melanggengkan terhadap sesuatu yang melupakan akhirat?”
Nasehat Kiai Hasyim begitu penting untuk dicermati. Sebagai pembuka, ia menasehatkan pentingnya orientasi dalam berorganisasi. Akankah keterlibatan pada organisasi dan hal lainnya ini, semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT ataukah justru sebaliknya?
Setelah itu, menarik pula mencermati nasehat kedua ini.
واياكم ان تستغلوا بجمع الاموال فقط فان فرحكم به ينسيكم الاخرة وينزغ حلاوةالايمان من قلبكم. ثم اعلموا رحمكم الله ان جمعيتكم هده جمعية حسنة. يقوم بها ما وجب عليكم من اعزاز الدين و اخمال المبتداعين. فاصبرواعليها ولاتختلفوافيها. واطيعواالله ورسول الله.
“Ingatlah kalian semua, jika kalian hanya menyibukkan diri untuk mengumpulkan harta saja, maka sesungguhnya kebahagiaan kalian atas itu, akan melupakan akhirat dan tercerabutnya rasa manisnya iman dari hati kalian. Ketahuilah bentuk rahmat Allah kepada kalian adalah dengan mengumpulkan kalian semua di perkumpulan yang baik ini (NU). Perkumpulan ini berdiri atas apa yang diwajibkan pada kalian untuk memuliakan agama (Islam) dan menghilangkan berbagai bid’ah. Maka, bersabarlah atas hal tersebut, dan jangalah mengingkari atas hal itu. Taatlah kepada Allah dan Rosulullah.”
Penegasan ini penting. Bahwa berorganisasi bukan untuk mencari harta, apalagi mencari jabatan. Berkiprah di NU semata-mata untuk mendakwahkan dan memuliakan Islam.
Jika pun harus mengumpulkan harta ataupun mengejar jabatan, maka niat yang harus diutamakan adalah untuk tujuan yang awal; mendakwahkan dan memuliakan Islam.
Dari dua nasehat di atas, maka nasehat ketiga ini, menjadi penutup yang penting. Menjalankan dua hal di atas bukanlah perkara yang mudah. Akan datang serangkaian cobaan dan aneka fitnah.
وامرناالله بالجهاد في نصرة دينه. الا ان سلاح العلماء علمهم والسنتهم كما ان سلاح الملوك سيفهم وسنانهم. فكما لا يجوز للملوك اغماد اسلحتهم عن الملحدين لا يجوز للعلماء اغماد السنتهم عن الزا ءغين والمبتدعين. فمن ناضل عن الله واظهر دينه كان حقيقا ان يحرسه الله بعينه التي لا تنام ويعزه بعزة الذي لا يظام ويحوطه بركنه الذي لايرام. ويحفظه من جمبع الانام. ولو شاءالله لا نتصر منهم ولكن ليبلو بعضكم ببعض وجعلنا بعضكم لبعض فتنة اتصبرون.
“Allah memerintahkan kita untuk berjihad menolong agama-Nya (Islam). Sesungguhnya senjata para ulama adalah ilmu dan lisannya, sebagaimana senjata para raja yang berupa pedang dan kekuasaannya. Maka sebagaimana para raja yang tak boleh membiarkan senjata-senjatanya ketika menghadapi orang-orang yang kafir, maka tidak boleh juga bagi ulama untuk membiarkan lisannya terhadap orang-orang yang menyimpang dan orang-orang yang melakukan bid’ah. Barangsiapa yang membela Allah dan mengangkat agama-Nya, maka sesungguhnya Allah akan menjaga dengan mata-Nya yang tak pernah tidur,
memuliakan-Nya dengan kemuliaan yang tak ada yang mengunggulinya, dan Allah akan meliputinya dengan kekuasaan-Nya yang tak ada tandingannya. Allah akan melindunginya dari seluruh manusia. Meskipun Allah mampu mengalahkanya langsung, akan tetapi Allah akan menguji kalian dengan sebagian yang lain dan menjadikan yang lain fitnah bagi yang lain. Maka bersabarlah kalian.”
***
Dari pengantar awal dan serangkaian nasehat di atas, apa yang disampaikan oleh Kiai Hasyim begitu timeless. Tidak terbatas waktu. Meski telah berjarak lebih dari 80 tahun, konteks pidato itu masih relevan.
Fitnah pada NU, menghalangi syiar dakwah yang sesungguhnya, propaganda negatif dan lain sebagainya semakin masif kita temui saat ini.
Zaman kiwari yang semua serba digital, semakin mengamplifikasi hal tersebut. Propaganda tak lagi disebarkan lewat koran yang diantar kendaraan, tapi cukup copy-paste-klik tersebarlah ke setiap orang di penjuru dunia.
Maka, menghadapi hal tersebut, jangan mudah terprovokasi dan tersulut fitnah. Bersabarlah. Cek dan kroscek dulu dengan cermat setiap kabar dan peristiwa! (*)