Bila Anda ingin mencari tahu tentang perkembangan agama Islam Indonesia khususnya di Jateng paling tepat dengan menyambangi Museum Perkembangan Islam di Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid yang yang berlokasi di komplek Masjid Agung Jawa Tengah ini yang menyimpan banyak artefak dan koleksi kuno terkait dngan perkembangan Islam di Indonesia wabil chusus barang-barang peninggalan sejarah selama penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.
Museum ini lokasinya berada di lantai 2 dan 3 dari Tower Asmaul Husna di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah , Jalan Gajah Raya, Semarang, Jawa Tengah. Museum ini membuka Jam layanan pada hari Selasa sampai minggu pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB .Sedangkan untuk hari Senin libur.
Koleksi-koleksi yang tersaji antara lain; artefak- artefak seperti Iluminasi Alquran, Wayang golek Menak, Wayang Sadat, Gayor Masjid Sunan Muria, Gamelan, Ornamen Dua Sisi, Ornamen Masjid Mantingan, Keramik, Koleksi peninggalan Islam Awal, Artefak Kapal dagang, dan Miniatur menara Kudus.
Pada ruang museum yang berada di lantai 2, terdapat koleksi yang memperlihatkan tentang masa penyebaran agama Islam di Jawa melalui perdagangan antara lain; koleksi keramik dan sutera menunjukkan interaksi pertama pedagang muslim dari Gujarat, Persia, dan China di pelabuhan pesisir Utara Jawa Tengah yang menyebarkan ajaran Islam sambil berniaga. Salah satu koleksi yang menarik berupa bongkahan kayu tua yang merupakan bagian kapal dagang yang terdampar pada abad 16 dan ditemukan di Tambak Lorok, Semarang.
Kemudian catatan dan visual ketika Islam semakin berkembang di Jawa Tengah dan mulai berdiri tempat ibadah. Ini nampak pada tampilan gambar-gambar ornamen masjid sesuai dengan perkembangan zamannya. Contohnya, ornamen Masjid Mantingan yang berupa lingkaran dengan pahatan indah dan unik berbentuk sulur dan tumbuhan.
Koleksi lainnya, terlihat Tatal, yaitu bagian dari tiang utama yang bersejarah Masjid Agung Demak (Saka Sunan Kalijaga). Selain itu dipasang juga replika pintu Bledheg Masjid Agung Demak. Pintu aslinya merupakan buatan Ki Ageng Selo yang dipercaya bisa menangkap petir dan memanfaatkannya untuk mengukir di kayu.
Ditambah lagi koleksi benda-benda atau alat yang dijadikan bahan untuk metode penyebaran agama islam, antara lain; wayang, gamelan, dan mimbar. Benda-benda lainnya juga cukup menarik untuk dilihat, seperti Mustaka Masjid, Jadwal Salat kuno yang ditulis menantu KH Soleh Darat tahun 1900, dan benda lainnya.
Sedangkan para ruang museum yang di lantai 3, ada sejuml;ah keris buatan Semarang dan juga risalah terkait hubungan pesantren yang berkaitan dengan nasionalisme warga Indoenesia pada masa kolonial Belanda.
Kemudian, ada koleksi busana santri yang dikenakan pada zaman perjuangan kala Indonesia dijajah. Bahkan ada pedang besar yang konon digunakan untuk melawan Belanda oleh seorang santri. Koleksi lainnya yaitu Alquran kuno dari tahun 1800-an, ada juga Alquran yang sudah disadur dalam aksara jawa oleh Agus Ngarpah seorang abdi dalem Kraton Surakarta pada tahun 1835.
Disamping itu, disimpan juga koleksi surat kuno yang ditulis tangan oleh KH Ahmad Rifai dengan huruf Arab gundul. Surat 2 halaman tersebut ditulis ketika KH Ahmad Rifai ditahan penjajah di Ambon. Selain itu, pengunjung juga disuguhi koleksi-koleksi Alquran kuno yang ditulis oleh tokoh-tokoh agama dalam perkembangan Islam di Jawa.
Koleksi di lantai 3 ini juga dilengkapi dengan foto beberapa tokoh agama. Tak ketinggalan tentunya juga dipajang risalah sejarah pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) berupa miniatur dan foto-foto dokumentasinya.