Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Bagaimana Rasulullah Mendidik si Pemabuk?

Bagaimana Rasulullah Mendidik si Pemabuk?

Pada masa Rasulullah Saw, ada seorang sahabat yang hobinya mabuk-mabukan. Namanya Abdullah. Teman-temannya memanggil dia dengan sebutan “keledai” (kalau di Jawa mungkin dipanggil celeng, asu, wedus dan sejenisnya) karena saking bandelnya. Dia tak bisa meninggalkan kebiasaan mabuknya namun dia ini cinta sekali kepada Rasulullah.

Suatu ketika dia menemui Rasulullah, “Ya Rasulullah saya ini memang bukan orang baik. Saya seorang pemabuk tapi saya senang dengan panjenengan ya Nabi. Kalau tak ketemu, aku rindu padamu.”

Rasulullah selalu adil sehingga setiap mabuk, Abdullah si keledai ini selalu dihukum cambuk. Dan Abdullah sang keledai ini tidak pernah kapok. Bahkan dia baru puas bila sedang mabuk berada di dekat Rasulullah. Dia bahagia sekali bila dekat dengan Rasulullah.
Sampai suatu saat bukan Rasulullah yang menghukum. Dia dicambuk oleh sahabat dan dimaki-maki oleh para sahabat.

“Kamu ini suka kanjeng Nabi kok ya masih hobi mabuk. Dasar! Mudah-mudahan laknat Allah segera datang padamu!”

Rasulullah yang mendengar doa buruk sahabat kepada Abdullah pun menegur sahabat yang memaki, “Kamu jangan melaknat dia. Meskipun dia suka mabuk-mabukan, Abdullah ini suka kepada Allah dan Rasulnya.”

Nggih, Ya Nabi. Maaf kami keliru.”

Sahabat pun tak lagi melaknat Abdullah yang suka mabuk itu. Dan setiap kali Abdullah mabuk, dia tetap dihukum. Namun lama-lama dia mengurangi mabuknya.

Baca juga:  Menangkap Ceramah Habib Luthfi

Kisah ini bisa kita baca di dalam kitab Shahih Bukhori bab Hudud.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
3
Terhibur
3
Terinspirasi
5
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top