Sedang Membaca
Ulama Banjar (81): Syekh Abdul Karim Al-Banjary
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (81): Syekh Abdul Karim Al-Banjary

Syekh Abdul Karim Al Banjary

(L. 1342 H/1923 M – W. 1422 H/2002 M)

Syekh Abdul Karim adalah ulama besar kelahiran Banjarmasin. Beliau mengajar di Masjidil Haram. Merupakan orang Indonesia terakhir yang mengajar di Masjid termulia di dunia itu. Dikatakan demikian karena sesudah beliau wafat, sampai ditulisnya risalah ini, tidak ada lagi orang Indonesia yang mengajar di sana.

Beliau seorang “Tuan Guru” berlevel Internasional, karena menjadi guru di pusat peribadatan dan kiblatnya umat Islam di seluruh dunia. Murid-murid beliau tersebar di hampir sepertiga dunia, Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand dan Kamboja. Banyak di antara murid beliau yang menjadi ulama ternama. Di Kalimantan Selatan antara lain: KH. Sufyan Tatah Bahalang, KH. Haderawi dan KH. Syamsurrahman Kelayan. Dan di antara sahabat ketika menuntut ilmu di Mekkah, yang sangat ternama adalah: KH. Syarwani Abdan Bangil (Guru Bangil), pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Datu Kelampayan Bangil, Jawa Timur.

Nama lengkap beliau adalah Abdul Karim bin Muhammad Amin bin Al-Banjary Al-Makky Al-Arsyady. Beliau lahir di Kampung Kuin Banjarmasin (1342 H/1923 M) dan wafat di Mekkah Al-Mukarramah, pada subuh Ahad, 9 Zulhjjah 1422 H – 2002 M.

Berdasarkan silsilah Arsyadiyah, beliau turunan keempat dari syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, yaitu garis turunan dari ibu beliau Hj.Sa’diyah (bergelar Diyang Kacil) binti Syekh Ahmad Jazuli Nambau, bin Syekh Qadhi Abu Su’ud, bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.

Beliau tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang agamis dan ketat dalam pendidikan akhlak budi pekerti. Pendidikan awal kebanyakan dari ayah beliau KH. Muhammad Amin, seorang ulama tokoh masyarakat Kuin pada masa itu dengan metode “mengaji duduk” yaitu mendatangi tempat tinggal guru untuk belajar. Sebelum ke Mekkah, beliau sudah menguasa dasar-dasar ilmu bahasa Arab (Nahwu-Sharaf), Fikih, Tauhid, Tasawuf/Akhlaq, dan fasih dalam membaca Alquran.

Pada usia sekitar 15 tahun, beliau berangkat menuju Mekkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah. Pada masa itu, untuk dapat pergi ke tanah suci tidaklah semudah seperti sekarang ini, karena tanah air masih dalam cengkeraman penjajah Belanda. Keinginan beliau untuk belajar ke sana sangatlah kuat, sedangkan jalan menuju ke sana sangat sulit.

Untuk mewujudkan cita-cita mulianya, beliau bermunajat kepada Allah dalam shalat hajat dan do’a sesering mungkin agar cita-cita beliau dapat terwujud. Akhirnya beliau dipertemukan Allah dengan seorang kapten kapal perang berkebangsaan Jerman yang mencari seorang guide. Sang kapten itu sangat suka terhadap kepribadian beliau dan merasa puas dengan pelayanan beliau.

Pada suatu kesempatan, beliau mengemukakan cita-cita untuk dapat pergi ke Mekkah, kapten bersedia membawa beliau dengan kapal perang yang akan dibawa pulang ke Jerman. Setelah melewati dan singgah dibeberapa negara, dalam waktu yang berbulan-bulan, akhirnya sampai di kota Jeddah, dan selanjutnya berangkat ke Mekkah.

Di Mekkah, beliau ditampung oleh seorang pedagang berasal dari Banjar. Abdul Karim membantu menjaga toko sambil belajar dengan beberapa guru yang terkenal pada waktu itu, di antaranya:

  1. Al-‘allamah al-Fiqih Syekh Muhammad Ahyad bin Idris Al-Bugury Al-Makky, salah seorang ulama besar Syafi’iyah yang termasyhur pada jamannya, tempat lahir ulama ini adalah kota Bogor Indonesia, karena itu digelari Al-Bugury. Tetapi karena sudah menetap sejak muda di mekah maka digelari Al-Makky. Dari ulama ini beliau banyak menimba ilmu Fiqih.
  2. Al-‘Allamah syekh Mukhtar ‘Atharid, seorang muallim yang mengajar di Masjidil H Halaqah beliau di dekat pintu “Bab Nabi SAW”. Dari ulama ini, Syekh Abdul Karim banyak menimba ilmu hadits, tafsir dan fiqih.
  3. Al-‘Allamah Abu Hafs Syekh Umar bin Hamdan Al-Mhrisy, mu’allim yang mengajar di Masjidil Haram dan di Perguruan Salatiyah Makkah. Dari ulama ini beliau banyak menimba ilmu Nahwu, Sharaf dan Balagah, serta Tafsir dan Hadits.
  4. Al’Allamah Syekh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib Al-Mandaily, kelahiran daerah Mandailing Sumatra Utara, yang juga mengajar di Masjidil-Haram.
  5. Al-‘Allamah Al-Qadhi Syekh Hasan bin Muhammad Al-Massyath Al-Maliky. Dari ulama ini beliau beliau banyak mendapatkan ilmu Hadits.
  6. Al-Allamah Sayyid Alwi bin Abbas bin Abdil Aziz bin Abbal Al-Hasany Al-Idrisy Al-Makky Al-Maliky, yang mengajar di Masjidil-Haram dan di Perguruan Al-Falah Makkah. Dari ulama ini beliau banyak mendapatkan ilmu Tafsir dan Hadits.
  7. Al-‘Allamah Syekh Hasan bin Said Al-Yamany Al-Makky. Muallim yang mengajar di Masjidil Dari ulama ini beliau menuntut ilmu khusus Fiqih Mazhab Syafi’i.
  8. Al-‘Allamah Syekh Ali bin Abdul bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary Al-Makky. Dari ulama ini, beliau memperoleh berbagai ilmu keagamaan, karena selalu menghadiri majelis ta’lim di rumah syekh ini di kawasan Syamiyah Mekkah.
Baca juga:  Juni dan Penggubah Puisi (2): Taufiq Ismail; Kelucuan dan Pujian

Sedangkan guru-guru beliau di Madinah Al-Munawwarah yaitu sebagai berikut:

  1. Syekh Muhammad bin Ja’far Al-Kinany.
  2. Syekh Sayyid Ali bin Thahir Al-witry.
  3. Syekh Sayyid Ahmad bin Isma’il Al-Barzanji.
  4. Syekh Falih A-Zhahiry.

Setelah mengajar sekian lama, dan telah mendapatkan ijazah dari guru-guru beliau, maka pada tahun 1369 H/1950 M, beliau mendapatkan izin sekaligus surat pengangkatan sebagai guru yang mengajar di salah satu “halaqah” Masjidil Haam dari penguasa Arab Saudi pada masa itu. Murid-murid beliau yang mengikuti halaqah pengajian beliau, selain dari Indonesia, juga dari Thailand, Brunei, dan Filipina.

Di antara pelajaran yang beliau ajarkan di halaqah Masjidil-Haram adalah:

  1. Al-Hadits: dengan kitab Riyadhus Shalihin bersama syarahnnya Dalilul Falihin, Arba’in An-Nawawiyah bersama syarahnya Fathul Mubin.
  2. Tafsir: dengan kitab Al-Jalalain, dan Tafsir Ibnu Katsir.
  3. Fiqih: dengan kitab Maniyyatul Mushalli.
  4. Akhlaq/Tashawwuf: dengan kitab Risalatul-Mu’awanah wal-Muzhaharah, Mau’izhatul-Mu’minin, ‘Ilajul-Qulub (penawar bagi hati)
  5. Qawa’id Al-‘Arabiyah (tata bahasa Arab): dengan kitab Al-Jurumiyah, Al-Asymuni, dan Jauharul-Maknun fil-Balaghah.

Kebanyakan waktu untuk pengajaran beliau di Masjidil Haram adalah antara Shalat Maghrib dan Isya. Kadang-kadang beberapa murid datang ke rumah beliau di Jarwal/Gaslah untuk mendapatkan bimbingan lebih dalam tentang pelajaran yang mereka ikuti d Masjidil Haram. Selain itu beliau juga membuka Majelis Taklim untuk ibu-ibu di rumah beliau setiap hari Kamis pagi dengan materi Fikih dan Akhlak.

Pada usia 27 tahun H. Abdul Karim dinikahkan dengan seorang gadis dari Kandangan bernama Burhaniyah yang dibawa oleh keluarganya melaksanakan ibadah haji. Hj. Burhaniyah tinggal di Mekkah mendampingi suaminya dengan setia sampai akhir hayatnya. Syekh Abdul Karim sendiri wafat pada tahun 2005 M.

Baca juga:  Dakwah Lembut Habib Nusantara (3): Habib Jindan Dan Membangun Citra Islam

Sebelum berpulang ke rahmatullah, Syekh Karim sempat meninggalkan beberapa wasiat kepada murid-murid beliau, sebagian di antaranya adalah:

  1. Bertaqwalah kamu kepada Allah, dan lazimkan taat kepada-Nya, serta biasakan berdzikir dengan lisan dan hati.
  2. Di antara zikir yang baik diamalkan setiap hari;
  3. Kalimat tauhid “Laailaha-illallah” tanpa batas banyaknya.
  4. Ya Hayyu ya Qayyum Laailaaha illa anta” 41x sehari.
  5. Subhanallahi wa bihamdih, subhanallahi al-‘azhim, astaghfirullah” 100 x sehari.
  6. Rabbigfirli wa tub ‘alayya, innaka antattawwaburrahim” 100 x sehari.
  7. Hendaklah kalian berakhlak mulia, dan contohlah kepribadian Rasulullah SAW.
  8. Hendaklah kalian berhubungan baik dengan para ulama, hadirilah Majelis Taklim mereka, berkhidmatlah kepada mereka, gali dan timbalah ilmu mereka, ikutilah “thariqat” mereka, kaina di balik yang demikian itu terdapat rahasia keberhasilan dunia akhirat.

Syekh Karim memiliki beberapa orang saudara, yang juga merupakan ulama terkenal, yaitu:

  1. Tuan guru H. Abdul Wahhab, menetap dan mengajar di daerah Kandangan dan Nagara, seorang ulama besar pada zamannya. Wafat sekitar tahun 1972 M
  2. Tuan guru H. Abdus Samad, terakhr menetap di Kandangan. Seorang ulama besar pula pada zamannya. Wafat malam Jum’at, tanggal 2 Rabiul Awwal 1419 H/26 Juni 1998 M. dalam usia kurang lebih 90 tahun. Dimakamkan di dekat masjid Darul-Khaliq Kandangan.
  3. Aminah, menetap di Banjarmasin, wafat dan dimakamkan di Banjarmasin.
  4. Khamsiah, menetap, wafat dan dimakamkan di Banjarmasin.
  5. Aisyah, kawin dengan seorang warga Negara Arab Saudi keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Menetap sampai wafat dan dimakamkan di Mekkah Al Mukarramah.

Pada tahun 2002 M/1422 H Syekh Karim melaksanakan ibadah haji sekeluarga, dan ternyata menjadi rukun Islam kelima yang ditunaikan saat itu merupakan “Haji Wada” (Haji Perpisahan). Dikatakan demikian karena pada subuh hari Ahad, tanggal 19 Zulhijjah 1422 H/ 2002 M. dalam usia kurang lebih 79 tahun, Allah memanggil beliau ke hadirat-Nya.

Beliau dishalatkan di Masjidil Haram sesudah shalat Ashar, dan dimakamkan di Ma’la. Dari masjidil Haram ke Ma’la, jenazah beliau diusung sambut-bersambut oleh para murid dan kelurga, serta oleh sebagian warga negara Arab, bagaikan terbang. Selama tiga malam sesudah diadakan “Garayah” (pembacaan Alquran Nuqaddam) serta tahlil dan do’a dirumah beliau dikawasan Khalidiah Mekkah, dan setiap tahun diadakan “haul’ yang dihadiri oleh para murid dan keluarga, juga dihadiri oleh sebagian para jema’ah haji dari Kalimantan Selatan yang belum pulang.

Beliau meninggalkan zuriat yang shaleh dan shalihat sebanyak 6 orang anak, yaitu:

  1. Muhammad Rafi’ie bin Abdul Karim Banjar, dokter mata, bekerja di salah satu rumah sakit di Jeddah Arab Saudi
  2. Ahmad Rif’at bin Abdul Karim Banjar, Ustadz di salah satu Madrasah Negeri Arab Saudi di Mekkah.
  3. Rabi’ah binti Abdul Karim Banjar, Ustadzah di salah satu Madrasah di Mekkah.
  4. Ramlah binti Abdul Karim Banjar, wafat terdahulu beberapa tahun dari Syekh Karim
  5. Ramziyah binti Abdul Karim Banjar, Ustadzah di salah satu Madrasah di Mekkah.
  6. Ruwayda binti Abdul Karim Banjar, Ustadzah di salah satu Madrasah di Mekkah.
Baca juga:  Wawancara Khusus Prof. Azyumardi Azra dengan Prof. Nurcholis Madjid 37 Silam: Tentang Demokrasi, Asas Tunggal, Pembaharuan dan Sekulerisasi (3)

Sebagai seorang ulama besar tentu saja Syekh Karim banyak sekali memiliki murid, dan murid-murid beliau itu terdiri dari berbagai daerah bahkan dari beberapa negara. Dalam hal ini tidak terkecuali yang berasal dari Kalimantan dan daerah-daerah lainnya di tanah air. Beberapa murid Syekh Karim dimaksud hanya sebagian kecil yang dapat disebutkan di sini, yaitu sebagaimana tercantum di bawah ini.

a.Murid dari Kalimantan:

  1. Syekh Muhammad Husni Tamrin bin Jaferi Al-Banjary, setahun terakhir ini mengasuh salah satu majelis ta’lim di Banjarbaru
  2. Haderawi. H.K, pengasuh beberapa majelis ta’lim di Banjarmasin, tuan guru yang cukup ternama di Kalimantan Selatan.
  3. Ahmad Sufian, ulama yang ternama, da’i kondang di Kalimantan Selatan, juga mengasuh beberapa majelis ta’lim di Banjarmasin.
  4. H Syamsur Rahman, ulama yang cukup ternama di Banjarmasin, juga mengasuh beberapa majelis ta’lim di Banjarmasin.
  5. Abdul Muthalib Matasin Gambut.
  6. Saberan Antung Gambut.
  7. Muhammad Matli Kandangan.
  8. Muhammad Thayyib Martapura
  9. Al-Ustadz H.Hasyim Martapura.
  10. Ustadz H. Ibrahim Amuntai
  11. Ustadz H. Abd. Salam bin Abd. Rahman Barabai.
  12. Ustadz H. Muhyiddin Saubi, Nagara.
  13. Ustadz H. Bushairi Rantau Bujur.
  14. Ustadz H. Suryani Sulaiman Anjir.
  15. Ustadz H. Muhammad Zaini Tambul
  16. Ustadz H. Abd. Syukur Anjir
  17. Ustadz H. Muhammad Yasin Amuntai
  18. Murid asal Kalimantan yang mukim di Mekkah adalah sebagai berikut:
  19. Syekh H. Azhari Sya’ya bin Ja’far bin Abd. Samad Al-Banjary.
  20. Syekh H. Ahmad Sya’rani Thayyib Al-Martapury ad-Dary.
  21. Syekh H. Marbu bin Abdullah bin Thayyib Al-Banjary.
  22. Murid dari Thailand antara lain adalah sebagai berikut:
  23. Syekh H. Ayang Halwang bin Ji’uma Al-Fathany
  24. Ustadz H. Muhammad Zaini Ismail Al-Fathany
  25. Ustadz H. Abdullah Ibrahhim Al-Fathany
  26. Ustadz H. Muhammad Ramli Al-Fathany
  27. Murid dari beberapa daerah Indonesia, antara lain sebagai berikut:
  28. Ustadz H. Abd. Raim At-Timory (Timor)
  29. Ustadz H. Abd. Latif Syamsuddin Al-Ambory
  30. Ustadz H. Abd. Qadir Ambon
  31. Ustadz H. Mahmud Nifan Jakarta
  32. Ustadz H. Muhammad Yusuf Bima (NTB)
  33. Ustadz H. Ali Betawi
  34. Ustadz H. Burhanuddin Palembang
  35. Ustadz H. Ahyan sambas (Kalbar)
  36. Ustadz H. Safaruddin bin Athar Ampenan
  37. Ustadz H. Baderun Puyung Ampenan
  38. Ustadz H. Tarmizi Bangu Ampenan
  39. Ustadz H. Lalu Masyat Ampenan
  40. Ustadz H. Muhsin Fanujak Ampenan
  41. Ustadz H. Lalu Zakaria Abd. Azhim Ampenan
  42. Ustadz H. Azhar Lombok
  43. Ustadz H. Bahruddin Lombok
  44. Ustadz H. Zainal Arifin Lombok
  45. Ustadz H. Marzuki Dahlan Betawi
  46. Ustadz H. Sulaiman Dahlan Betawi
  47. Ustadz Dr H. Yasin Jakarta
  48. Ustadz H. Hamim Banten
  49. Ustadz H. Syamsuddin Ajyad mandailing (Sumut)
  50. Ustadz H. Ahmad Dasturi Ketapang
  51. Ustadz H. Ali Gusti Mandailing (Sumut)
  52. Ustadz H. M. Marzuki Noor Jakarta.

Selain nama-nama yang disebutkan di atas sebenarnya masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan disini. Dalam hal ini khususnya mereka yang berasal dari kawasan Asia Tenggara seperti dari Malaysia, Filipina, dan Kamboja.

“Ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu, maghfirah-Mu, dan Syafaat-Mu kepada beliau, dan kepada orang-orang yang menghormati beliau, dan tempatkanlah kami bersama beliau di surga tertinggi-Mu, Aamiin.”

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top