Sedang Membaca
Inilah Profil 7 Profesor yang Meninggal karena Covid-19
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Inilah Profil 7 Profesor yang Meninggal karena Covid-19

71269 Guru Besar Ugm

Menurut informasi dari Kompas.com tadi malam pukul 22.24 WIB, tercatat ada 104 dokter yang meninggal karena Covid-19. Tujuh di antaranya menyandang gelar profesor atau guru besar di berbagai bidang.

Wafatnya para ahli adalah duka mendalam kita semua, satu di antaranya terbilang masih muda, semisal Prof. Dr. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D yang wafat di usia 57 tahun.

Berikut ini tujuh profil singkat para profesor yang wafat karena Covid-19 yang dihimpun dari berbagai sumber:

Prof. Dr. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D.

Prof Iwan lahir di Surabaya, pada 8 April 1962, dan meninggal pada 24 Maret 2020, diusia sangat muda, yakni 57 tahun. Sebagaimana diberitakan oleh media, bahwa prof Iwan menjadi salah satu dokter yang meninggal akibat terinfeksi COVID-19 pada 24 Maret 2020 di RSUP Dr. Sardijito Yogyakarta, dan dimakamkan di Pemakaman Sawit Sari, kompleks Universitas Gadjah Mada.

Prof Iwan merupakan Guru Besar Farmakologi Universitas Gajah Mada (UGM). Bidang penelitian yang ditekuninya adalah farmakologi dan farmakoepidemiologi. Prof Iwan dikenal baik (friendly) oleh kerabat maupun mahasiswanya, di antaranya dokter ngegas, dr. Tirta. Pengakuannya melalui laman Tribunnews, Prof Iwan ini menjadi guru favorit dr Tirta, beliau merupkan sosok yang telah menginspirasi banyak orang, terutama perjuangannya dalam mengedukasi masyarakat.

Di laman Wikipedia ditulis mengenai capaian pendidikan Prof Iwan, S1 diraih di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1987), lalu dilanjut Master degree on Pharmacoepidemiology, di University of Newcastle, New South Wales, Australia (1994), dan terakhir gelar doktornya diambil dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), Inggris (2000).

Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, MHSc

Ketika mendapatkan kabar duka pada Senin 23 Maret 2020, mahasiswa Prof Bambang sangat terkaget, pasalnya pada tanggal 21 Maret beliau masih memberikan perkuliahan daring. Berdasarkan pengakuan putrinya (@nonznonz) melalui IG stories, beliau tertular covid-19 dari pasiennya sendiri. “Ternyata pasien yang dibilang kasian itu adalah suspek COVID dengan rontgen paru2 uda putih semua. Pasien tersebut yang pulang paksa dari RS Bintaro karena ini dan itu.” tulisnya.

Baca juga:  Dibuka Pendaftaran Lomba Kaligrafi Batik Nasional, Ini Cara Daftarnya

Prof Bambang merupakan Guru Besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), gelar masternya diambil dari Johns Hopkins University dan S3-nya kembali diraih di Universitas Indonesia.
Di antara materi yang beliau ajarkan diperkuliahan adalah ilmu genetic epidemiology, moluculer epidemiology, macro epidemiology, epidemiology bencana, dan epidemiology klinik.

Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH

Belum genap satu bulan setelah berpulangnya Prof Bambang, kampus UI kembali berduka. Salah satu pengajarnya kembali terpapar COVID-19 yang kemudian meninggal dunia pada Jumat, 3 April 2020 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Prof Nasrin merupakan Guru Besar Epidemiologi FKM UI. Gelar masternya diambil dari MPH (Tulane University–USA), dan S3-nya diraih di Universitas Indonesia. Dari laman ui.ac.id disebutkan bahwa Prof Nasrin ini menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilence FKM UI dan sebagai Pimpinan Redaksi Jurnal Ilmiah. Selain itu, beliau juga aktif sebagai pengurus Perkumpulan Epidemiologi Indonesia.

Semasa hidupnya, Prof Nasrin diketahui mengajar sejumlah mata kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, di antaranya Epidemiologi Kebijakan dan Epidemiologi Penyakit tidak menular.

Salah satu quote-nya yang paling familiar adalah: “ciri ilmuan adalah integritas (amanah), berfikir cerdas dan positif (fatonah), serta konsiten (istiqomah)”.

Prof. Dr. H. Hasan Zain, Sp.P

Prof Hasan Zaini lahir di Peruk Cabu 15 November 1945 dan meninggal dunia pada 15 April 2020 diusianya yang ke 75 tahun. Ex Direktur RS Islam dan RSUD Ulin Banjarmasin ini meninggal karena terinfeksi virus COVID-19.
Dari laman Kumparan disebutkan bahwa Prof Hasan Zaini pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat IDI Kalsel, Ketua ICMI Kalsel 2000-2014, Ketua KAHMI Kalsel. Selain itu juga menjadi Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan (Uniska).

Baca juga:  Corona: Praktik Keagamaan dan Praktik Sekuler

Semasa hidupnya, selain dikenal sebagai sosok cendekiawan dan tokoh masyarakat di Kalimantan Selatan, Prof Hasan Zaini adalah dokter ahli paru yang paling senior di Kalimantan Selatan sekaligus sebagai yang pertama di Kalsel.

Prof. dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG (K)

Wafatnya ulama besar Kota Palembang, Prof dr Usman Said sempat dikatakan sebagai berita hoax akibat positif Covid-19 dari pihak Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang.

Awalnya, Prof. dr. Mgs. H. Usman Said SpOG(K) yang wafat hari Kamis, 16 April 2020 jam 15.53 WIB tidak diberitakan sebagai pasien Covid-19. Beredar di WA, Facebook, bahkan media-media lokal membantah bahwa Usman Said positif. Namun, putra almarhum Namun anak keempat almarhum, Faisal Usman melalui melalui akun Facebooknya, membenarkan kalau ayahnya sempat mengalami Covid-19 saat menjalani perawatan di RSMH, seperti yang dilansir http://rmolsumsel.id/.

Ketua RMI Sumatera Selatan Kiai Hendra Zainuddin mengatakan almarhum adalah orang Sumsel pertama yang wafat dan prosesi pemakamannya dilakukan sesuai protokol Covid-19. Usman Said –wafat di usia 77 tahun—adalah guru besar yang mengajar di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri).

Selain terkenal sebagi pengajar dan dokter senior, almarhum yang lahir di Palembang 4 April 1943 dikenal sebagai pendakwah. Ia pernah menjadi Ketua Yayasan Masjid Agung Palembang dan Ketua DPD FPI Sumatera Selatan. Tak heran jika almarhum dipanggil seorang kiai.

Prof. Dr. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG

“Innalillahi wainnailaihi rojiun…telah berpulang orgtua/guru kami tercinta Prof.Arifuddin Djuanna,SpOG pagi ini pukul 11:15, In syaa Allah smg Beliau husnul khotimah diangkat derajat beliau oleh Allah Taala dan mendapat tempat yg teebaik di sisi Allah Taala,” demikian kutipan berita duka yang tersebar luas di group WA alumni Fakultas Kedokteran Unhas. Redaksi AlifID mengutipnya dari sulselsehat.com.

Baca juga:  Program 5000 Doktor Siapkan Duta Moderasi Beragama

Almarhum dirawat di Infection Center (IC) RS Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan hasil swab positif Covid-19.

Prof. Dr. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG dilahirkan di Barru, 24 Desember 1942. Dokter Andi Arifuddin Djuanna termasuk dokter senior di Makassar. Menurut sulselsehat.com, almarhum sedang menjabat sebaga Kepala Departemen Obstetry dan Gynecology (Obgyn) di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Selain sebagai dokter, almarhum dikenal sebagai orang yang belajar tanpa henti. Menyelesaikan pendidikan dokter umum pada tahun 1976, ia lalu mengambil spesialis Obgyn dan selesai tahun 1981. Almarhum diangkat menjadi Guru Besar pada tahun 2005 dan setahun berikutnya meraih gelar doktoral.

Prof. Dr. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK.

Dari penelusuran redaksi, dokter bergelar profesor yang wafat baru dua pekan lalu adalah Prof. Dr. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK.

Almarhum. Almarhum meninggal Selasa, 18 Agustus 2020, di Malang. Muljohadi Ali merupakan Guru Besar Farmakologi di Universitas Brawijaya Malang.

Almarhum yang lahir di Pamekasan, 6 September 1947 adalah Guru Besar Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Ia menyelesaikan pendidikan di S3 Universitas Airlangga Ilmu Kedokteran. Dan pernah Post Doc di NUS. Ia termasuk dokter dan akadmisi yang banyak membuat karya ilmiah berupa buku ataupun artikel di jurnal.

“Beliau sangat sabar, telaten dan tidak pelit ilmu, bab pembahasan alkohol secara Farmakolgi saja beliau sempat bahas hingga ke hukum islam, kalau saya tidak salah ingat, saya dulu termasuk mahasiswa yang rame dan sering ngobrol di kelas saat kuliah, tapi beliau dengan sabar mengingatkan dan memberikan contoh sehingga yang timbul adalah rasa segan bukan rasa takut kepada dosen,” kenang dr. Heri Munajib, mahasiswa Prof. Dr. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK. (mau/hs)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top