Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Refleksi Hijrah Nabi
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Refleksi Hijrah Nabi

Whatsapp Image 2020 07 25 At 7.40.19 Pm

Tidak terasa, saat ini kita sudah masuk pada tahun 1441 Hijriyyah. Tidak seperti ketika datang Tahun Baru Masehi yang disambut dengan penuh semarak dan suka cita oleh seluruh elemen masyarakat di pelosok dunia. Akan tetapi, Tahun Baru Hijrah lebih disikapi oleh kaum Muslim dengan biasa-biasa saja. Dalam arti, tidak dengan semarak foya-foya pesta kembang api dan hingar bingar suara terompet dan sepeda motor. Akan tetapi dengan renungan dan do’a bersama.

Ketika menjelang tahun baru, di sore harinya, kita membaca do’a akhir tahun bersama keluarga, dan seusai maghrib, kita membaca do’a awal tahun, ada juga di beberapa masjid yang mengadakan khataman al-qur’an dan pengajian. Inilah yang membedakan kaum Muslimin dengan umat yang lain.

Sehingga, momentum pergantian tahun hijriyah adalah sebagai ajang untuk merenungi kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain karena peristiwa hijrah Nabi saw. sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan masyarakat ketimbang perubahan secara individual. Perubahan dari masyarakat yang penuh dengan praktik-praktik kemusyrikan, menuju ketauhidan. Perubahan dari kemunafikan menuju sidiq, jujur, terpercaya. Perubahan dari kemaksiatan menuju ketaatan. Perubahan dari kesia-siaan menuju kemanfaatan.

Itulah sebenarnya hakikat dari pergantian tahun hijriyah. Bagaimana kita mampu merenungi kembali makna dari hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah. Makkah sebagai simbol masyarakat jahiliyyah, penuh dengan praktik-praktik kemusyrikan, dan sifat kejam dari kalangan kafir Quraisy kepada Nabi, sehingga Nabi menuju Madinah, sebagai simbol masyarakat yang maju, madani dan berperadaban.

Baca juga:  Jejak Nabi Khidir di Negeri Persia

Oleh sebab itu, tahun hijriyah ini mengingatkan kepada kita semua, sejauhmanakah hilangnya praktik-praktik korupsi dan ketidakjujuran di tengah-tengah kita? Kalau toh pada kenyataannya, para tokoh politik, jaksa agung, hakim, satu persatu diseret oleh KPK. Di sisi lain, sejauhmanakah umat Islam bisa berpikir maju tanpa memusuhi umat agama lain, baik dengan cara melakukan perusakan ataupun pembakaran tempat ibadah? Seperti yang pernah terjadi di daerah Aceh Singkil, yang seharusnya bisa dihindari. Karena pembakaran gereja hanya meninggalkan dendam dan kebencian, bukan semakin memajukan peradaban Islam.

Bukan persoalan rumah ibadah siapa yang dirusak sebenarnya. Akan tetapi, persoalannya adalah kebencian dan ketidakmampuan kita hidup dengan sesama. Itulah yang fatal. Hal ini patut menjadi renungan kita bersama, tidak hanya umat Islam saja, namun juga umat-umat yang lain. Bahwa Indonesia tidak hanya milik umat Islam, tetapi juga milik umat-umat beragama yang lain.

Di dalam sebuah hadis, Nabi Saw bersabda.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :

“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا

“Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi

Baca juga:  Masjid Wapauwe, Saksi Tua Sejarah Islam di Maluku

وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً

dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Muslim)

Di samping itu, Allah Swt di dalam firmannya, melarang perusakan tempat ibadah, sebagaimana ditegaskan di dalam Surah Al-Hajj ayat 40,

وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ

Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,

لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا

tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Oleh sebab itu, di tahun baru hijriyah ini kita semua dituntut untuk mampu merefleksikan sifat-sifat Nabi dan peristiwa-peristiwa penting disaat Nabi melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Semangat persaudaraan dan persatuan, adalah gambaran penting diantara fenomena hijrahnya Nabi Saw beserta para sahabatnya.

Bagaimana penduduk Madinah menyambut orang-orang dari Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Hal inilah yang seharusnya kita tiru. Menjadikan kita kuat dalam ikatan persaudaraan, baik atas nama Islam maupun atas nama Indonesia. Sehingga pertikaian yang sering terjadi diantara kita, baik sesama Muslim, maupun dengan umat agama lain, bisa dihindari.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Pelajaran untuk Pemerintah dan Korporasi, Indonesia Negeri Darurat Bencana

Seperti saat ini di tengah badai pandemi, semua serba sulit. Kita harus tunjukkan semangat keindonesiaan kita, yaitu saling gotong royong dan tolong menolong antar sesama. Di sinilah kita sedang diuji, seberapa besar hidup kita bermanfaat kepada yang lain ? hidup hanya sekali, namun jejak kita akan abadi.

Semoga, kita semua dijadikan sebagai umat yang rukun, tidak mudah marah dan gampang emosi, akan tetapi kita semua mampu menjadikan peradaban Islam ini dengan semangat persatuan dan persaudaraan. Semoga kita semua selalu dalam bimbingan Alloh SWT dan diselamatkan dari hawa nafsu dan tipu daya syetan. Amin Ya robbal Alamin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top