Sedang Membaca
Maulid Syaraf al-Anam: Maulid yang Jarang Dibaca Karya Muhaddis Al-Andalus
Muhammad Akmaluddin
Penulis Kolom

Peneliti Al-Andalus dan anggota Lajnah Ta’lif wa Nasyr (LTN) PWNU Jawa Tengah. Menyelesaikan S3 Studi Alquran dan Hadis di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan beasiswa BPI LPDP.

Maulid Syaraf al-Anam: Maulid yang Jarang Dibaca Karya Muhaddis Al-Andalus

Whatsapp Image 2020 08 29 At 8.22.45 Pm

Dari rangkaian perjalanan Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus tahun ini, ada doa rasul yang dipanjatkan sebelum menuju puncak acara tersebut. Tujuannya sebagai wasilah agar acara tersebut diberi kelancaran dan keselamatan. Berdasarkan rilis yang dipublikasikan oleh media sosial Masjid Menara, doa tersebut berasal dari bagian akhir Maulid Syaraf al-Anam. Doa ini diawali dengan shadaqah Allah al-‘Adhim wa ballagha rasuluh al-habib al-karim dan diakhiri dengan kasidah ilahi tammim al-na’ma’ ‘alaina, wa waffiqna li syukrika ma baqina.

Pengarang kitab maulid tersebut adalah al-Syaikh al-Imam Syihab al-Din Ahmad bin ‘Ali bin Qasim al-Maliki al-Bukhari al-Andalusi al-Mursi al-Lakhmi yang masyhur dengan al-Hariri. Mungkin banyak yang belum tahu jika pengarang tersebut berasal dari al-Andalus. Hal ini disebabkan karena terkadang penerbit kitab-kitab populer seperti maulidan dan shalawatan terkadang tidak menuliskan secara utuh muallif kitabnya, termasuk nisbah tempat, mazhab dan lainnya sebagaimana jenis kitab lainnya.

Biografi Pengarang Maulid Syaraf al-Anam

Al-Hariri berasal dari Murcia (Mursi), satu daerah dengan Ibnu al-’Arabi al-Shufi. Ia bermazhab Maliki, mazhab resmi di al-Andalus selama beberapa abad. Dalam al-Nur al-Safir ‘an Akhbar al-Qarn al-’Asyir, ‘Abd al-Qadir bin ‘Abd al-Allah al-‘Aidrus (w. 1038 H) mengatakan bahwa ia menemukan tulisan gurunya (wajadtu bi khathth, dalam transmisi hadis disebut sebagai wijadah), Abu al-Sadat al-Fakihi al-Makki yang mengatakan bahwa gurunya tersebut menemukan tulisan Wahid al-Din ‘Abd al-Rahman Ibn al-Diba’ al-Syaibani (w. 944 H), pengarang Maulid al-Diba’i, yang memuji al-Hariri.

Baca juga:  Menguak Sejarah Tarian Karya Ngaliman dari Kemlayan

Kemungkinan al-Hariri hidup semasa dengan Ibn al-Diba’, yaitu pada paruh pertama tahun 900 H. Al-‘Aidrus menerangkan bahwa ayahnya menjadi murid al-Hariri pada tahun 942 H di Zabid. Jika dia masih menisbatkan Murcia sebagai daerahnya, maka ia mungkin pindah ke Masyriq, tepatnya ke Yaman, setelah kejatuhan Granada yang menandai runtuhnya dinasti Islam di al-Andalus pada 897 H/1492 M. Atau mungkin al-Hariri pindah setelah kejatuhan al-Andalus di mana di sana umat Islam masih di beri kebebasan beragama dan menyebarkan pengetahuannya. Dengan demikian, ia masih menikmati beberapa fasilitas dan atmosfer ilmiah yang cukup baik sebelum pindah ke Masyriq.

Menurut Ibn al-Diba’, Maulid Syaraf al-Anam sebenarnya bagian kesembilan kitab al-Hariri yang berisi tentang Nasehat dan Kelembutan (al-Wa‘dh wa al-Raqa’iq). Kitab al-Wa‘dh wa al-Raqa’iq sendiri berjumlah 25 bagian dengan autobiografi al-Hariri. Tidak populernya al-Hariri oleh sebagian ulama menurut Ibn al-Diba’ adalah hal yang aneh dengan besarnya kitab yang telah dikarangnya.

Al-Hariri, Hadis dan Karangannya

Di samping ahli syair, beliau juga ahli hadis. Beliau juga memuji kitab-kitab Imam al-Nawawi yang bermazhab Syafi’i, khususnya al-Arba‘un al-Nawawiyyah. Ia juga mempunyai nisbah al-Bukhari, sama seperti Muhammad bin Isma’il pengarang Shahih al-Bukhari. Menurut naskah tertua tahun 1291 H yang dimiliki Qatar National Library, terdapat keterangan bahwa pengarang Maulid Syaraf al-Anam mendapatkan nisbah al-Bukhari yang disandarkan kepada Imam al-Bukhari, pengarang Shahih al-Bukhari. Kemungkinan metode hadis yang digunakan al-Hariri sama atau serupa dengan al-Bukhari sehingga ia mendapatkan nisbat tersebut.

Baca juga:  Kunci Sukses Perekonomian Dinasti Abbasiyah

Shahih al-Bukhari sendiri dianggap sebagai polemik di Maghrib, utamanya al-Andalus. Pasalnya, Muwaththa’ Malik menjadi kitab resmi utama. Setelah itu, baru para ulama Maghrib lebih mengutamakan Shahih Muslim. Namun al-Hariri mempunyai syair menarik dan obyektif yang berisi alasan kenapa Shahih Muslim lebih utama daripada Shahih al-Bukhari. Ia berkata:

تنازع قوم في البخاري ومسلم … لدي وقالوا أي ذين يقدم

فقلت لقد فاق البخاري صحة … كما فاق في حسن الصناعة مسلم

Namun ia sendiri lebih memilih Shahih al-Bukhari dan berkata:

قالوا لمسلم سبق … قلت البخاري جلا

قالوا تكرر فيه … قلت المكرر أحلا

Syair pujian kepada Rasulullah karya al-Hariri sangat banyak. Begitu juga karangan lainnya seperti Taisir al-Wushul ila al-Jami’ al-Ushul, Mishbah al-Misykah, Syarh Du’a Ibn Abi Hirbah, Bughyah al-Mustafid fi Akhbar Madinah Zabid, Qurrah al-‘Uyun fi Akhbar al-Yaman al-Maimun, Maulid Syaraf al-Anam, Kitab al-Mi’raj dan lainnya.

Maulid Yang Jarang Dibaca

Kitab Maulid Syaraf al-Anam menurut sepengetahuan penulis jarang dibaca dibandingkan kitab maulid lain. Di Kudus sendiri misalnya yang populer adalah pembacaan Maulid al-Barzanji karya al-Sayyid Ja’far bin Hasan bin ‘Abd al-Karim al-Barzanji (w. 1177 H). Di Pekalongan yang populer Maulid al-Diba’i. Di beberapa majlis maulid Rasulullah di Solo lebih sering membaca Maulid Simth al-Durar karya al-Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi (w. 1333 H). Menurut penulis, ada tiga hal yang dimiliki tiga maulid populer tadi (Maulid al-Barzanji, Maulid al-Diba’i dan Maulid Simth al-Durar), yang tidak secara lengkap dimiliki kitab Maulid Syaraf al-Anam.

Pertama tidak banyak menyitir ayat Alquran. Di bagian kedua Maulid Syaraf al-Anam saja separuhnya berisi ayat Alquran dengan beberapa tafsirannya. Sedangkan tiga maulid populer hanya berisi satu atau dua ayat yang tidak penuh dalam beberapa bagian dan tidak terlalu mencolok. Mungkin masyarakat khawatir Maulid Syaraf al-Anam yang berisi lebih banyak ayat Alquran kalau membacanya salah atau berhalangan sehingga tidak bisa membacanya.

Baca juga:  Abu Sa’id dan Perannya dalam Pendirian Khanaqah di Persia

Kedua kalimatnya bersajak. Maulid Syaraf al-Anam memang mempunyai susunan kalimat yang bersajak, namun tidak seluruhnya. Bahkan terkadang menyitir riwayat hadis atau atsar tanpa melakukan parafrasa sehingga terkesan kaku. Hal ini berbeda dengan tiga maulid populer yang kalimatnya bersajak, tidak terlalu panjang dan banyak parafrasa untuk membuat bersajak.

Terakhir tidak banyak syair. Hampir separuh dari Maulid Syaraf al-Anam berisi syair. Hal ini menyebabkan masyarakat yang ingin membacanya mungkin kebingungan untuk melagukan atau menghafal notasinya karena saking banyaknya syair.

Jarangnya majlis yang mempopulerkan kitab Maulid Syaraf al-Anam menyebabkan masyarakat asing dengan isi di dalamnya. Padahal dalam beberapa edisi seperti milik Qatar National Library dan Penerbit Menara Kudus, maulid ini ditaruh di bagian paling depan. Begitu juga banyak yang belum tahu bahwa kasidah assalam ‘alaik zain al-anbiya’, asyraq al-badr ‘alaina, fi hubbi sayyidina Muhammad dan doa Rasul adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Maulid Syaraf al-Anam ini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
9
Ingin Tahu
12
Senang
17
Terhibur
7
Terinspirasi
9
Terkejut
9
Lihat Komentar (3)

Komentari

Scroll To Top