Sedang Membaca
Mengenal Danau Habbema Papua: Keajaiban Alam di Pegunungan

Peneliti di Research Center for Biology, Indonesian Institute of Scienties

Mengenal Danau Habbema Papua: Keajaiban Alam di Pegunungan

Di wilayah Wamena, gambaran mengenai keindahan alam dan jenis-jenis hayati yang menarik bersatu. Dalam buku Biodiversitas Terkini Danau Habbema, yang diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta, pemaparan mengenai biodiversitas yang ada di kawasan tersebut sangat beragam.

Buku yang ditulis oleh Ary P Keim, Kuswata Kartawinata dan Oscar Efendy ini menyajikan sebagian kecil gambaran mengenai keanekaragaman hayati yang ada di pegunungan Papua.

Menurut buku tersebut, di Habbema ada banyak tipe ekosistem hutan yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Baik dari segi biologi, geologi, sejarah, etnobotani maupun perspektif lainnya. Dalam satu kawasan, yakni Pegunungan yang ada di Papua terdapat berbagai macam tipe ekosistem yang unik dan menjadi titik rangkai keindahan alam Papua. Mari kita simak satu per satu:

Hutan Pegunungan Bawah (Lower Montane Forest)

Hutan yang ada di kawasan ini dapat dikatakan masih sangat baik. Menurut pengamatan Ary dkk (2018) hutan di Pegunungan Bawah belum ada kerusakan yang berarti. Memang ada pembangunan yang gencar, terutama infrastruktur jalan tetapi pembangunan jalan trans-Jayawijaya belum masuk kategori yang membahayakan. Sistem hidrologi di kawasan ini masih cukup baik sehingga mampu menjaga kawasan tetap lestari. Hutan ini menjadi habitat dari flora-fauna yang tidak saja eksotis melainkan juga menarik minat ilmuwan untuk lebih mengenalinya.

Hutan pegunungan bawah masih ditumbuhi pepohonan asli seperti Alphitonia incana, Ardisia lanceolota, Bischoffia javanica, Flacourtia indica dan lain sebagainya. Pohon-pohon ini membentuk formasi hutan pegunungan bawah yang mebentuk ekosistem tersendiri. Di samping tumbuhan asli, di hutan pegunungan bawah yang ada di Papua juga dijumpai berbagai jenis tumbuhan introdusi, baik yang dibawa oleh peneliti maupun para misionaris. Para peneliti yang membuat Kebun Biologi membawa dan menanam jenis Calistemon citrinus sebagai persedian pakan ternak lebah yang sednag dikembangkan, pada tahun 1975an.

Baca juga:  Di Hari Bumi 22 April, Mari Kita Belajar Literasi Ekologis dari Kartini Gunung Kendeng

Sedangkan para misionaris dari Australia membawa jenis Salix favonica dari Eropa. Tumbuhan ini sengaja dibawa untuk meredam laju penebangan liar. Kondisi iklim yang hampir serupa dengan eropa membuat tumbuhan ini mampu beradaptasi dan bertahan sampai sekarang. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan sebutan “willow”. Masyarakat Papua mengadaptasi nama tersebut untuk penamaan tumbuhan tersebut. Di Lembah Baliem tumbuhan ini dikenal dengan sebutan “wilo”.  

Padang Rumput Pegunungan Bawah (Lower Montane Grassland)

Berada di kawasan Napua dengan elevasi 1.800 m dpl (meter di atas permukaan laut). Di padang rumput ini tidak begitu banyak tumbuhan perdu. Ada Rhododendron herzogii, Rhododendron macgrogoriae dan Vaccinium varingiaefolium  dari family Ericaceae. Ada juga jenis Medinella speciosa dari family Melastomataceae dan berbagai jenis dari family Pandanaceae. 

Hutan pegunungan atas (Upper Montane Forest)

Berada di bagian atas Napua, terutama pertigaan jalan Napua-Habbema-Pelabaga. Hutan pegunungan atas mulai dari 2.000 mdpl sampai 3.000 m dpl. Jenis-jenis tumbuhan yang ada di hutan ini didominasi oleh jenis Nothofagus sehingga sering juga disebut dengan hutan nothofagus atau beech forest. Walaupun begitu, di hutan ini juga ada jenis-jenis lainnya. Satu diantara yang penting adalah Metrosideros pullei yang hanya ada di hutan pegununan atas ini. Di hutan ini, banyak dijumpai sarang semut (Myrmecodia spp) yang berupa epifit.

Baca juga:  Respon Islam Nusantara terhadap Isu Pertanian, Agraria, dan Perubahan Iklim

Fenomena yang ada di hutan ini adalah dieback atau mati pucuk, yaitu nekrosis pada pucuk tumbuhan yang dimulai dari ujung dan terus ke bawah dan ke arah batang utamanya yang akhirnya mematikan pohon secara keseluruhan. Dieback ada yang menduga karena faktor pembukaan jalan trans-Jayawijaya. Pendapat ini lemah karena fenomena dieback bersifat seporadis dan dijumpai di lokasi-lokasi yang jauh dari jalan. Kemungkinan faktor dinamika yang komplek dengan melibatkan semua komponen alam yang ada di lokasi tersebut.

Hutan yang kaya sebagai bahan baku kayu ini sangat rentan terhadap kerusakan. Kebutuhan kayu melahirkan penebangan-penebangan liar. Selain diambil kayunya juga bisa jadi untuk perkebunan, seperti yang terjadi di pulau-pulau lainnya di Indonesia. Perlu ada upaya yang lebih serius untuk menjaga hutan ini dari kerusakan hutan akibat pohon-pohon kayu diambil.

Hutan berlumut (Mossy Forest)

Ditandai dengan adanya lumut janggut (Usnea spp). Terletak pada ketinggian 3.000-3.500 m dpl. Kondisi yang lembab dan suhu rendah membentuk kondisi yang optimal untuk berkembangnya biaknya lumut. Di hutan berlumut yang ada di Habbema ini juga ditemukan “sarang semut” yang tumbuh dari tanah langsung. Biasanya, “sarang semut” berupa epifit pada pohon. Walaupun jenis-jenis masih sama tetapi sarang semut yang ada di hutan berlumut lebih besar, bahkan bisa mencapai tinggi 2 meter.

Hutan Subalpin Bawah (Lower Subalpin Forest)

Bagian dari vegetasi pegunungan. Di Indonesia paling luas ada di Papua. Vegetasi subalpin bawah dan vegetasi subalpin atas. Subalpin dengan ciri-ciri seperti hutan daerah iklim sedang dan terdiri dari atas satu lapis pohon-pohon kecil dan pendek tanpa pohon-pohon mencuat dan jumlah jenisnya lebih sedikit dari hutan pegunungan atas. Pohon pendek (sekitar 10 m)

Baca juga:  Virus Corona dan Kemelaratan Biologis Manusia

Semak Subalpin (Subalpin scrub)

Ciri khas dari vegetasi yang ada di kawasan ini adalah dominasi tumbuhan perdu dan pohon kecil dengan tinggi tidak lebih dari 3 meter. Selain menjadi habitat dari jenis-jenis flora yang menarik secara biologi, menurut Ary Keim dkk (2018) yang paling menarik adalah Rhododendron saxifragoides yang hanya dijumpai di lahan gambut dataran tinggi di Danau Habbema dan tidak dijumpai di habitat lainnya. Tumbuhan ini belum banyak diketahui pemanfaatannya, tetapi yang jelas untuk mendukung kehidupan dari jenis ini maka kelestarian lahan gambut dataran tinggi mutlak diperlukan.

Padang Rumput Subalpin (Subalpin Grassland)

Tidak banyak pohon tinggi. Ditemukan lumut kerak (Lichens). Mulai ditemukan pepohonan di dekat Danau Habbema, semacam benteng alami untuk menahan kerusakan danau secara alamiah. Padang rumput subalpin sanat luas di daerah Habbema. Laporan penelitian dari beberapa ilmuwan (Hope 1976, Johns dkk 2007, Kartawinata 2013) menyebutkan di dalam tipe ekosistem Padang Rumput Subalpin yang ada di seluruh Papua diketahui juga terdapat tipe vegetasi padang rumput dengan unit yang lebih kecil. Seperti padang rumput semak tepi hutan subalpin, padang rumput merumpun dengan paku pohon subalpin, padang rumput merumpun subalpin Coprosma brassii-Deschampsia klossii, padang rumput merumpun subalpin Gaultheria mundula-Poa nivicola, padang rumput rawa subalpin Poa lamii-Vaccinium amblyandrum, padang rumput pendek rawa subalpin, vegetasi subalpin Carex gaudichaudiana, vegetasi alpin tropik.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top