Sedang Membaca
Nasehat Ibnu Qodamah Terhadap Orang yang Suka Dipuji
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Nasehat Ibnu Qodamah Terhadap Orang yang Suka Dipuji

Syahrini Pengajian

Pada umumnya manusia itu suka dipuji, hal tersebut selaras dengan fitrah hati manusia yang mencintai kepada orang yang berbuat baik kepada-Nya. Dan manusia benci dan marah apabila ia dihina dan direndahkan.

Adapun orang yang bijak, justru ia waspada terhadap pujian, karena pujian tidak terlepas dari berbagai motif, ada yang memuji karena kagum, cari muka, atau menginginkan sesuatu yang ia miliki. Waspadalah terhadap pujian orang lain, Rasulullah SAW, sudah mengingatkan kita dalam salah satu hadisnya:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَيْحَكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ  يَقُولُهُ مِرَارًا  إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذَلِكَ، وَحَسِيبُهُ اللَّهُ، وَلاَ يُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا

Nabi Muhammawab SAW, bersabda: “Celaka engkau! Engkau telah menebas leher kawanmu.”  Nabi mengulang kata tersebut berulang kali. Jika kamu mau memuji, dan itu harus memuji, maka katakan, “Aku sangka (aku kira) dia demikian dan demikian” jika dia menyangka kawannya memang seperti itu, “dan yang mengetahui pasti adalah Allah, dan aku tidak mau memastikan (keadaan) seseorang di sisi Allah,” (HR. Bukhari )

Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam karyanya Minhajul Qashidin (Juz, 3 Hlm. 80) memberi peringatan terkait orang-orang yang suka dipuji dan takut dicela. Beliau menegaskan:

Baca juga:  Kisah Nabi Musa yang Merasa Paling Pandai

واعلم أن أكثر الناس إنما هلكوا لخوف مذمة الناس وحب مدحهم، فصارت حركاتهم كلها على ما يوافق رضى الناس، رجاء المدح وخوفاً من الذم، وذلك من المهلكات فوجبت معالجته

Ketahuilah bahwa kebanyakan Manusia hanyalah binasa karena takut terhadap celaan orang lain, dan senang pujian mereka, sehingga gerak-gerik mereka semuanya menyesuaikan ridho manusia karena mengharapkan pujian dan takut celaan, dan hal itu termasuk hal-hal yang membinasakan, sehingga wajib menghilangkannya.

Menurut penuturan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, ada dua faktor yang membuat manusia senang dipuji: Pertama, senang dipuji karena ia memang pantas dipuji seperti dipuji karena mempunyai ilmu yang luas, dan mempunyai sifat wara’. Kedua, pujian yang tidak pantas untuk berbangga diri, seperti dipuji karena banyak harta (kaya) atau dipuji karena pangkat atau kedudukan.

Adapun menyikapi pujian yang pertama, maka takutlah kalian semua pada pujian itu, karena manusia tidak bisa mengetahui akan ahir hidupnya, apakah? Ia husnul khatimah atau su’ul khatimah, walaupun ia mempunyai keluasan ilmu. Dan seyogyanya kita bersyukur atas anugerah ilmu yang kita miliki, dan tidak boleh mengharapkan pujian dari orang lain.

Dan dalam menyikapi pujian yang kedua, yaitu, pujian karena harta dan kedudukan, kita tidak boleh terlalu berbangga diri, karena pujian terhadap harta dan kedudukan laksana tumbuh-tumbuhan di muka bumi, setelah subur ia akan menjadi kering. Dan hanya orang yang pendek akal (bodoh) yang senang dipuji karena harta dan kedudukan. Dan apabila sifat pujian itu tidak ada pada diri kita, lalu kita senang dipuji, maka kita termasuk sebagian dari orang-orang yang gila terhadap pujian.

Baca juga:  Kisah Hikmah Klasik (9): Qais bin Shirmah dan Tradisi Sahur

Penjelasan di atas, memberikan peringatan kepada kita, untuk selalu mawas diri terhadap segala bentuk pujian yang dialamatkan kepada kita. Pujian bisa saja menjerumuskan kita, jika kita lalai terhadap pujian itu. Ketika kita dipuji, jangan merasa bangga dengan pujian, sebab, pada hakikatnya pujian itu hanyalah milik Allah SWT. Dialah dzat yang maha dipuji. Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top