Sedang Membaca
Menelisik Kaligrafi Arab pada Batik Basurek Khas Bengkulu
Christian Saputro
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)

Menelisik Kaligrafi Arab pada Batik Basurek Khas Bengkulu

Disigi muasalnya konon  kain batik Basurek dari Bengkulu identik dengan corak tulisan Arab atau mungkin saja kaligrafi Arab. Basurek atau besurek sendiri secara harfiah juga berarti menulis atau bersurat. Kain besurek diyakini sebagai hasil budaya fisik masyarakat Bengkulu, pada motifnya terlihat pengaruh unsur-unsur kebudayaan Islam, yaitu motifnya yang bernuansa kaligrafi Arab.

Lain ladang lain Belalang. Lain daerah, lain corak batiknya. Maka taklah lengkap rasanya jika kita singgah melancong ke Bengkulu tanpa membawa buah tangan  kerajinan batik khas daerah ini kain basurek namanya. 

Pada mulanya Batik Basurek identik dengan corak tulisan Arab atau mungkin saja kaligrafi Arab. Basurek atau besurek sendiri secara harfiah juga berarti menulis atau bersurat.

Namun kini, sebagian pengrajin sudah mengkombinasikannya dengan motif bunga Raflesia Arnoldy, kekhasan Bengkulu lainnya. Namun seiring perkembangannya, kain basurek yang kini banyak dijual adalah produksi dengan teknologi cap (printing). 

Di mana anda bisa mendapatkannya. Anda  bisa mendapakan kain Basurek di pertokoan di wilayah Anggut dan Penurunan. Di kawasan toko-toko ini banyak yang menjual kain Basurek dan juga, cenderamata dan kerajinan tradisional khas Bengkulu lainnya.

Untuk kain batik tulis atau yang dilukis dengan tangan, setidaknya harus memesan secara khusus, antara lain kepada perajin Asniarti. Karena, tidak setiap toko menjual kain basurek asli atau yang dilukis dengan tangan.  Upaya produksi massal dengan teknologi cap itu dilakukan agar bisa lebih memasyarakatkan kain Basurek. 

Pasalnya, kain Basurek cap lebih murah dibanding kain tulis. Selain itu, melalui pengembangan motif meski mendobrak tradisi lama, diharapkan bisa membuat kain basurek terus populer dan dipakai tidak hanya untuk keperluan adat.

Baca juga:  Ini Jawabannya Mengapa Kita Harus Menghormati Para Leluhur yang Sudah Meninggal

Apalagi motif huruf Arab gundul yang tertera di kain Basurek sebenarnya tidak mempunyai makna khusus dan bahkan sulit untuk dibaca. Huruf Arab gundul digunakan hanya untuk memenuhi perspektif seni dan keindahan. Jadi mungkin persisnya hanya bentuk coretan-coretan yang sengaja dimirip-miripkan dengan huruf Arab. Walaupun di beberapa jenis kain, terutama untuk upacara adat, memang bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab.

Namun motif-motif tersebut sangat sakral, terutama pada pemakaian kain upacara adat pengantin dan untuk menutupi mayat. Kain jenis ini biasanya berbentuk kerudung wanita calon pengantin yang juga bisa digunakan untuk upacara ziarah ke makam para leluhur. Upacara ini sangat sakral sehingga penggunaan kain jenis ini tidak boleh sembarangan. Juga masih ada kain untuk kamar pengantin dan syukuran kelahiran bayi.

Selain itu, kain basurek ukuran kecil juga digunakan sebagai ikat kepala laki-laki dalam pakaian adat Bengkulu yang disebut detar.

Foto: Penulis

Basurek Tulis

Pengerjaan kain basurek tulis sebenarnya menggunakan peralatan sederhana. Perajin biasanya menggunakan satu meja kecil, panci tempat malam (lilin batik), kompor kecil, dan canting. Sebelum dibatik, pada kain katun atau kain sutra digambar pola basurek. Setelah itu pengerjaan membatik dimulai. Setiap potong kain basurek berukuran 2,25 meter kali 1 meter dikerjakan tiga atau empat hari. Lama waktu yang dibutuhkan juga tergantung pada kerumitan pola yang digambar.

Harga kain besurek sendiri  beragam, tergantung kualitas pengerjaan, kerumitan pola, dan kualitas bahan. Kain basurek dari bahan kain sutra harganya antara Rp200.000 hingga Rp 500.000 per lembar. Semakin rumit, semakin mahal harganya. Sedangkan kain basurek dari bahan katun harganya cukup murah, antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per lembar. Namun ada juga sepotong kain basurek berusia 75 tahun yang dihargai hingga Rp 5 juta.

Baca juga:  Gus Dur, Diana Sastra dan Tarling Remang-remang

Hingga saat ini, hanya ada beberapa perajin kain basurek tulis di Bengkulu yang bertahan, meski penjualan sangat tergantung pada pemesanan dan wisatawan yang datang ke Bengkulu. Layaknya penjualan produk lainnya, pemasaran kain basurek juga mengalami pasang surut. Untuk itu, baik pengrajin, pengusaha, dan pemerintah daerah terus mengembangkan kain basurek agar terus digunakan masyarakat. Apalagi kain basurek merupakan salah satu warisan budaya yang juga menjadi penopang ekonomi masyarakat di Bengkulu. 

Makna Motif Basurek

Kain besurek diyakini sebagai hasil budaya fisik masyarakat Bengkulu, pada motifnya terlihat pengaruh unsur-unsur kebudayaan Islam, yaitu motifnya yang bernuansa kaligrafi Arab. Dalam perkembangan selanjutnya motif-motif tersebut dimodifikasi dengan menambahkan ikon Bengkulu lainnya, seperi; bunga raflesia, bunga kibut, dan lainnya.

Motif asli atau dasar kain besurek terdiri dari tujuh motif, yaitu: Pertama, Motif kaligrafi Arab, artinya motif pada kain besurek berupa tulisan Arab.

Kedua, motif rembulan dipadu dengan kaligrafi Arab menggambarkan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, Kaligrafi Arab dan kembang melati, motif ini selain menunjukkan adanya pengaruh Islam (kaligrafi Arab) juga menggambarkan kehidupan flora. Bunga melati adalah salah satu jenis tanaman yang banyak terdapat serta digunakan di Bengkulu sejak dulu.

Keempat, burung Kuau dan kaligrafi Arab pada kain besurek menggambarkan kehidupan fauna. Burung Kuau adalah hasil ciptaan perajin sejak dulu.

Kelima, Pohon hayat, burung kuau, dan kaligrafi Arab, kain besurek dengan motif ini bisa dikatakan lebih berkembang dari yang disebutkan sebelumnya, karena terdiri dari tiga jenis motif atau gambar. Motif kain ini menggambarkan kehidupan flora, fauna, dan pengaruh Islam.

Baca juga:  Tribute to Jeihan Sukmantoro: Imanku ialah Pengalamanku

Keenam, Kaligrafi Arab, kembang cengkeh, dan kembang cempaka. Motif ini menggambarkan kehidupan flora dan fauna. Kembang cengkeh dan bunga cempaka adalah jenis tanaman yang banyak terdapat di Bengkulu.

Ketujuh, Kaligrafi Arab, relung paku, dan burung punai. Motif ini menggambarkan kehidupan flora dan fauna. Relung paku adalah jenis tanaman yang banyak dijumpai di Bengkulu pada zaman dahulu. Oleh karena itu tanaman inipun mengilhami para pengrajin kain besurek untuk melukisnya di atas kain.

Tujuh motif dasar kain Besurek yang merupakan hasil ciptaan nenek moyang orang Bengkulu ini hingga kini tetap dipertahankan. Pasalnya, ketujuh motif tersebut adalah inti kekhasan kain besurek Bengkulu yang tak terdapat di daerah lain. Sedangkan yang membedakan dalam hal fungsi dan penggunaan adalah pada warnanya. 

Kreasi dan Inovasi

Mempertahankan kain Besurek dengan motif asli merupakan hal penting, tetapi menciptakan motif-motif baru juga tak kalah pentingnya. Penciptaan motif-motif baru dengan warna-warna yang lebih beragam sangat dibutuhkan untuk lebih memasyarakatkan kain besurek. Hal tersebut umumnya sudah dilakukan oleh sebagian besar perajin kain basurek. 

Selain warna dan motif yang lebih variatif, penggunaan kain basurek pun kini lebih luas, tak terbatas pada acara atau upacara adat saja. Penggunaan di luar acara ini antara lain: untuk bahan pakaian, busana resmi, seragam, kipas, taplak meja, dan sebagainya. Upaya yang dilakukan ini sangat karena masyarakat kini menjadi lebih akrab dengan kain Basurek. Dan kekayaan warisan tak budaya (intangible) Bengkulu bisa lestari.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Scroll To Top