Lahir di Birmingham, 31 Maret 2000. Sekarang sedang menempuh pendidikan Bahasa Arab dan Terjemah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Kota Islam yang Terlupakan (7): Fez-Maroko, Mulanya Sebuah Masjid Kecil

Whatsapp Image 2020 05 05 At 10.42.54 Pm

“Fez adalah kota yang memiliki daya tarik tersendiri, dari mulai bangunan, budaya, maupun letak geografis. Anda akan enggan untuk keluar jika sudah memasuki kota ini, dan saya bisa mengatakan bahwa Fez adalah tempat yang sangat luar biasa yang ada di planet ini.”

Kurang lebih seperti itulah penuturan Suzanne Clarke, seorang penulis berkebangsaan Inggris yang memutuskan untuk membeli rumah di bekas ibu kota Maroko, yaitu Fez.

Fez atau Fes adalah kota yang terletak di pedalaman Maroko utara, tepatnya di lembah berbentuk mangkuk yang membuatnya terlindung dari teriknya panas matahari saat musim panas dan juga dari angin ekstrem yang meluncur dari puncak gunung Atlas saat musim dingin.

Fez mempunyai pengaruh besar dalam sejarah peradaban Islam di bagian barat, bahkan bisa dibilang setara dengan Cordoba dan Kairouan. Bentuk bangunan dan arsitektur kota Fez didominasi konsep khas Maroko, dan itu menjadikan Fez sebagai kota yang unik dan spesial diantara kota-kota lainnya.

Kota Fez dibangun oleh Idris bin Abdullah al-Husna atau yang biasa disebut dengan Raja Idris I pada 12 Februari 789 M atau pada pertengahan Ramadhan tahun172 H.

Asal-usul penamaan kota Fez diambil dari kata bahasa Arab “فأس” yang bermakna kapak, karena konon Raja Idris I menggunakan kapak saat memberikan garis pada batas-batas kota.

Baca juga:  Tips Mendidik Anak ala Fethullah Gulen

Kota Fez sendiri dahulu memiliki dua distrik, yang pertama ialah “عدوة الأندلسيين” dinisbatkan kepada para pendatang dari Andalus yang notabene adalah kaum muslimin yang terusir dari Kordoba. yang kedua ialah “عدوة القرويين” atau yang lebih masyhur dengan nama “العالية”, dibangun oleh Raja Idris II pada tahun ( 808M/192H ), tempat ini dibangun berhadapan dengan tempat pertama dan di antara keduanya adalah lembah. Seperti namanya, tempat ini didominasi oleh imigran dari Kairouan (Tunisia).

Fez dikenal sebagai kota spiritual, kebudayaan, dan juga pendidikan. Di kota ini, masjid dan Universitas al-Qarawiyyin tidak bisa dipisahkan dari kisah Fez. Dua bangungan dan institusi, yang satu simbol spiritualitas, yang satu simbol kebudayaan dan pendidikan, adalah ikon utama kota Fez. Dunia mengakui dua ikon itu. Bahkan, Guinnes World Record mencatat Universitas al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia.

Universitas al-Qarawiyyin bermula masjid kecil bernama al-Asyraf, yang dibangun oleh Idris II  di ‘Adwatul Qarawiyyin, berbarengan dengan dibangunnya masjid al-Asyakh di ‘adwatul andalusiyyin pada tahun 192 H/808 M. Kedua bangunan ini menjadi ikon dan kebanggaan bagi masing-masing distrik, dan juga memiliki peran yang penting pada sektor keagamaan dan pendidikan.

Pada suatu hari seorang pedagang kaya bernama Muhammad bin Abdullah al-Fihri yang bermigrasi bersama keluarganya dari Kairouan menuju Fez meninggal dunia, dan ia mewariskan sebagian besar hartanya kepada kedua putrinya yang bernama Fathimah dan Maryam. Kemudian kedua kakak beradik ini berniat menggunakan hartanya untuk pemugaran dan perluasan masjid Qarawiyyin. Sebenarnya hal ini telah jauh direncanakan oleh ayahnya, kemudian dilanjutkan oleh anaknya dengan renovasi besar-besaran dan bisa dibilang sebagai pembangunan kembali, termasuk penggantian mihrab dan mimbar masjid.

Baca juga:  Masjid Tegalsari, Candradimuka Para Tokoh Nusantara

Melihat besarnya peran masjid dalam kegiatan ajar-mengajar dan juga tingginya antusiasme masyarakat, maka dibangunlah sebuah lembaga pendidikan pertama yang memberikan gelar akademis, yaitu universitas al-Qarawiyyin atau dalam bahasa Arab disebut “جامعة القرويين” pada tahun 859 M / 245 H, sekitar seratus tahun lebih awal dari universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Uniknya tempat ini tidak hanya dibangun oleh orang muslim, tapi juga para pemuda kristen dari berbagai penjuru Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa.

Fakta menarik lainnya ialah, di kota Fez atau lebih tepatnya di Fez al-Bali telah menjadi kawasan CFD atau “car free day” terbesar di dunia, hal ini dikarenakan bangunan dan jalanannya yang rapat dan masih bergaya abad pertengahan, sehingga mobil ataupun kendaraan lainnya benar-benar tidak bisa mengakses masuk ke kota ini.

Sebagai gantinya, mereka menggunakan keledai, gerobak, atau bahkan berjalan kaki sebagai sarana transportasi. Hal ini menginspirasi beberapa kota lainnya untuk mengadopsi sistem yang sama agar dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

Selanjutnya, semua dari kita pasti tidak asing lagi dengan kitab Jurumiyah karangan syekh Shonhaji, ternyata beliau dilahirkan di kota Fez pada tahun 1273 M / 672 H, itulah mengapa ia menamai kitabnya dengan nama آجروم yang diambil dari bahasa Amazigh atau bahasa daerah Maroko.

Baca juga:  Tahun 1990an, Hari-Hari Terberat Gus Dur: Perjuangan Melawan Pencekalan

Adapun hari ini, kota Fez terbagi menjadi tiga bagian. Yang pertama ialah Fez lama atau yang biasa disebut dengan Fez al-Bali, kemudian Fez baru atau Fez al-Jadid, dan yang terakhir ialah Villa Nouvelle yang berperan sebagai pusat administrasi dan urusan pemerintahan.

Banyak dari teman Maroko saya yang menyarankan untuk menyambangi kota ini jika suatu saat saya berkunjung ke Maroko, Karena kita bisa melihat langsung nuansa dan arsitektur kota Fez yang tetap sama dengan seribu tahun yang lalu. Sebuah sistem yang indah, eksklusif, dan kultural akan membuat siapa saja betah berlama-lama di kota ini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top