Greg Barton, seorang peneliti dari Australia yang telah lama srawung bersama Gus Dur menerangkan dalam bukunya Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid bahwa tidak ada foto Gus Dur, baik yang Greg potret sendiri maupun orang lain yang melakukannya, yang menghasilkan gambar bagus dan artistik kecuali gambar-gambarnya dalam keadaan tertawa lebar seperti yang telah banyak beredar di media sosial. Menurutnya, alasannya tidak lain adalah sosok Gus Dur itu sendiri. Gus Dur, kata Greg, adalah sosok yang sama sekali tidak fotogenik dari sisi manapun.
Sebagai orang yang tertarik dengan kepribadian Gus Dur, secara detail Greg mendeskripsikan penampilan Gus Dur sebagai orang yang berambut hitam ikal dan sering terlihat tak tersisir rapi. Pada akhir 1980-an ia memakai kaca mata yang agak tidak pas ukurannya dan bergagang besar–maksudnya model lawas–untuk menutup matanya yang fungsi penglihatannya menurun. Seorang tokoh sepopuler Gus Dur berkemeja batik ‘murah’ dengan perut yang agak tambun dan memiliki gigi yang tak rata. Dari deskripsi Greg rasanya telah final sosok Gus Dur tidak menarik dari segi penampilannya.
Sementara banyak orang yang bingung memikirkan harus memakai setelan apa ketika acara kondangan, Gus Dur tampil apa adanya dengan tidak terlalu memusingkan penampilan. Bagi Gus Dur, persoalan bungkus-membungkus adalah nomor ke-sekian, yang penting subtansi yang dibawanya membawa maslahat. Khusus soal berpakaian Gus Dur banyak mendapat sorotan, cacian sekaligus tepuk tangan. Orang-orang terdekatnya juga banyak yang memerhatikan keunikan Gus Dur ini.
KH. Husein Muhammad, pendiri Fahmina Institute, dalam sebuah tulisannya mengungkapkan bahwa Gus Dur memang biasa mengenakan pakaian yang sederhana. Kaos oblong dan kolor adalah pakaian santainya di rumah persis seperti pada fotonya saat ia keluar dari Istana Negara sambil melambaikan tangan. Kesederhanaan Gus Dur dalam berpakaian juga disaksikan oleh KH. A. Mushtofa Bisri (Gus Mus). Pada peringatan haul Gus Dur yang ke-10 di Ciganjur, Gus Mus dengan jenaka dan perasaan heran menyinggung soal kemeja batik Gus Dur berlengan pendek yang coraknya itu-itu saja. Bahkan Gus Dur memakainya untuk menghadiri seminar sebagai pembicara.
Kembali ke Greg, ia bercerita selama mengampanyekan Gus Dur sebagai calon presiden yang menjadi PR tak kalah penting adalah memoles penampilan Gus Dur. Gus Dur memang dikenal apa adanya dalam berpenampilan. Ia dalam seluruh tindak tanduknya dikenal lebih mengedepankan subtansi daripada bungkus dan segala bentuk kemasan. Meskipun nilai tersebut mendapat tempat kesalutan di hati orang-orang di sekitarnya namun hal itu sekaligus menjadi persoalan kaitannya dengan posisi politik Gus Dur sebagai tokoh nasional yang sedang diusung menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Ada cerita menarik dari Greg soal upaya memoles penampilan Gus Dur sebelum menghadiri suatu acara besar di Jombang. Acara ini salah satu tujuannya adalah mengampanyekan Gus Dur menjadi presiden. Menurut Ratih Hardjono, salah satu wanita gigih dalam tim kampanye Gus Dur pada waktu itu, setelah melihat pakaian yang dibawa Gus Dur ia mengatakan perlu mencarikan pakaian untuk tampil di muka umum. Berangkatlah Ratih dan Greg ke Mojokerto mencari kemeja batik berlengan panjang, setelah ternyata mereka tak menemukan ukuran yang pas untuk Gus Dur dari Mojokerto mereka menuju Surabaya dengan memakan waktu satu setengah jam.
Beberapa potong pakaian telah dibeli dan kini persoalannya adalah membujuk Gus Dur untuk mengenakannya. Bukan persoalan yang mudah membujuk Gus Dur, pasalnya Gus Dur memang tak memikirkan hal-hal yang menurutnya remeh. Pada akhirnya Gus Dur menurut untuk mengenakan apa yang disarankan teman-temannya yang sangat perhatian itu, termasuk untuk memakai kaca mata bergagang emas yang bergaya.
Upaya demi upaya memoles Gus Dur dalam berpenampilan oleh orang-orang terdekatnya semata-mata agar penampilannya menjadi lebih terhormat kaitannya dengan atmosfer politik pada waktu itu. Buktinya mereka sebenarnya bersimpati dengan laku Gus Dur yang tidak memiliki perhatian lebih pada persoalan penampilan duniawi. Meskipun memang dalam konteks tertentu penampilan menjadi penting terutama bagi seorang calon pemimpin negara di salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Gus Dur menurut orang-orang, termasuk menurut Greg Barton, meskipun penampilannya sederhana, kehadirannya selalu menyita perhatian. Itulah uniknya Gus Dur. Bagaimana dengan penampilanmu?