Sedang Membaca
Ulama Banjar (29): KH. Muhammad As’ad
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (29): KH. Muhammad As’ad

Kh. Muhammad As'ad Png

(L. 1 Januari 1908)

KH. Muhammad As’ad menurut beberapa kalangan yang sempat mengenal beliau dari dekat, diantaranya KH. Abdul Ghani yang menyebut beliau sebagai seorang ulama yang konsekuen, tegas dan mempunyai keikhlasan yang tinggi dalam berjuang menegakkan kalimatullah.

Sementara Drs. H. M. Asy’ari, MA (Mantan Rektor IAIN Antasari) menyebut beliau sebagai seorang ulama yang selama hayatnya selalu berjuang untuk menyampaikan syiar-syiar Islam kepada ummat manusia, tanpa mengenal lelah. Dalam bahasa yang lain adalah ‘izzul Islam wal muslimin’. Selain itu beliau dikenal sebagai spesialis ilmu hadits, yang hafal kurang lebih enam ribu hadits.

Hal itu sesuai dengan prinsip hidup yang telah dipilih KH. As’ad, yakni selalu bertekad sampai akhir hayat untuk mengajarkan hadits-hadits Rasulullah SAW. Tokoh ulama kelahiran tanggal 1 Januari 1908 di Jatuh, Kecamatan Pandawan, adalah anak dari pasangan H. Muhammad yusuf dan Hj. Safiah.

Beliau memulai pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) tahun 1919 di Jatuh, tempat kelahiran beliau. Kemudian melanjutkan ke Madrasah Ma’had Rasyidiyah Khalidiyah tingkat Tsanawiyah tahun 1926 di Amuntai. Setelah itu mengikuti pendidikan Shalathiyah tahun 1930 di Mekkah Al Mukarramah. Dan pada tahun 1933 masuk Darul ‘Ulum,  Universitas Al-Azhar Kairo tingkat Qismul Ali di Mesir.

Baca juga:  Cara Pandang Amin Abdullah dalam Menyelesaikan Intoleransi, Kemiskinan, dan Kebodohan

Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut, H. Muhammad As’ad kembali ke kampung halaman untuk mengabdikan diri, yakni menjadi Guru Kepala pada Sekolah Islam Barabai Kota, Guru Kepala pada Persatuan Perguruan Islam (PPI) di Jatuh, Pandawan. Sempat menjadi guru pada Madrasah Muallim Barabai. Pernah diangkat menjadi Qadi di Barabai, dan dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Barabai.

Tokoh ini juga dikenal sebagai pejuang, karena pada tahun 1925 saat As’ad masih berumur 17 tahun, ia sudah bergabung dan menjadi calon anggota Syarikat Islam (SI) pusat pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan di daerah Barabai dipimpin oleh M. Arif dan Imanuddin. Setahun kemudian baru dibai’at menjadi anggota resmi dan pada tahun 1927 menjadi pengurus SI yang bertugas menangani masalah politik, sosial, dan pendidikan.

Ketika meneruskan pendidikan di Cairo, Mesir tahun 1933. Di sana ia sempat berkiprah mendirikan Partai Perjuangan Pelajar di luar negeri dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra) diketuai A. Kahar Muzakir dan H. As’ad dipercaya menjadi Wakil Ketua merangkap wakil pelajar dari Kalimantan.

Tahun 1937 meneruskan perjuangan dalam bidang pendidikan, yakni mencetak kader pejuang melalui Persatuan Perguruan Islam (PPI) diantaranya menghasilkan kader terbaik seperti H. Aberani Sulaiman yang kemudian dikenal sebagai duet pasangan dari H. Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.

Baca juga:  Dakwah Lembut Habib Nusantara (4): Habib Husein Dan Konsep Islam Cinta

Karena dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1946, KH. As’ad ditangkap oleh tentara NICA dan sempat ditahan selama 8 bulan di Kandangan. Disebabkan keterlibatannya dalam perjuangan, Menteri Urusan Veteran RI terhitung mulai tanggal 11 Nopember 1962 mengangkat H. Muhammad As’ad menjadi anggota Veteran RI sesuai keputusan No. 81/M/MUV/1962 termasuk golongan A, akan tetapi tidak mendapat tunjumgan veteran.

KH. As’ad adalah pendiri pertama Majelis Ta’lim di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang sekarang dilanjutkan oleh murid beliau KH. Musa Yusuf. Selain itu, ia juga dikenal sebagai penggagas pertama pembangunan Masjid Agung Riadhus Shalihin Barabai. Kalau mau melihat karya munomentalnya, beliau termasuk salah seorang pencetus berdirinya IAIN Antasari dan ternyata juga beliau adalah dekan pertama dari Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Barabai.

Dari perkawinannya dengan Hj. Sarah dan Hj. Sundari, ia dikaruniai sepuluh orang anak yakni Napisah As’ad, H. Abdul Djawad As’ad, Hj. Azizah As’ad, Abdul Kahir As’ad, H. Ubaidillah As’ad, Naziah As’ad, Hj. Naimah As’ad, Fathullah As’ad, Abdul Mun’im As’ad, dan H. Fadhullah As’ad.

KH. Muhammad As’ad berpulang ke rahmatullah pada tanggal 27 Desember 1991 dan dimakamkan di Alkah, Jalan Antasari Barabai (belakang Masjid Agung Riadhus Shalihin.

Baca juga:  Jejak Cendekiawan Iran di Indonesia 

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top