Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (1): Datu H. Muhammad Amin

Whatsapp Image 2020 11 18 At 10.10.45 (1)

Datu Amin diperkirakan lahir pada 1840-an. Beliau ulama yang sangat dikenal di Banjarmasin dan di Kalimantan Selatan pada umumnya. Setiap tahun selalu diadakan peringatan haul untuk memperingati meninggalnya, baik yang dipusatkan di kubah/makamnya di Banua Anyar Banjarmaisn maupun di tempat lain.

Dalam kegiatan haulan ini tak hanya dihadiri kalangan keluarga dan atau keturunan beliau serta masyarakat sekitar saja, tapi juga dihadiri para ulama lainnya dan para pejabat kota Banjarmasin maupun dari pemerintah provinsi Kalimantan Selatan. Misalnya pada tanggal 2 Oktober 2010 telah dilangsungkan upara peringatan haul beliau yang ke-117. Itu berarti lebih dari seratus lima belas tahun sudah beliau meninggalkan kita yang hidup di zaman sekarang.

Nama lengkap beliau adalah Mufti Muhammad Amin bin Shalihah/Juragan Yakub binti Tuan Giyat/Qadhi Muhammad Saad. Beliau cucu saudara tuan Guwat, salah seorang istri Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Semasa muda beliau aktif belajar agama, sejak di kampung halaman sampai menimba ilmu agama di Mekkah al-Mukarramah. Karena itu beliau merupakan ulama yang sangat dihormati dan disegani di masyarakat. Tidak saja dibutuhkan masyarakat, melainkan juga oleh pemerintahan Kesultanan Banjar di masanya. Beliau diangkat sebagai Mufti Tua di daerah Kuin pada tahun 1876 (1294 H). kemudian menjadi Mufti Banjarmasin sejak tahun 1880 sampai 1896.

Baca juga:  KH. Muhammad Tholhah Hasan, Kiai Produktif dari Malang

Saat itu sedang berkecamuk peperangan di wilayah Kerajaan Banjar yang meletus sejak tahun 1859 di bawah pimpinan Pangeran Antasari dkk, dan baru berakhir 5 Oktober tahun 1905. Sebagai seorang ulama yang hidup dalam suasana peperangan melawan penjajah, Muhammad Amin juga aktif berjuang bersama rakyat, maka selain aktif berdakwah beliau juga aktif berjuang melawan penjajah Belanda.

Suatu ketika tentara Belanda ingin menangkapnya, Datu Muhammad Amin hanya bersembunyi di lubang pepahatan kayu ulin yang ada di sekitar rumahnya, dan tentara Belanda tidak bisa melihat, sehingga mereka terpaksa kembali dengan tangan hampa. Kalau para pejuang lain ada yang tertangkap Belanda atau terpaksa lari ke hutan untuk menyelamatkan diri, Sementara Datu Amin cukup bersembunyi di rumahnya sendiri, dan selamat dari penjajah belanda saat itu.

Datu Muhammad Amin merupakan sosok ulama dan sekaligus guru agama yang ikhlas berdakwah maupun mengajarkan agama kepada masyarakat. Beliau sama sekali tidak pernah memungut bayaran atau imbalan jasa kepada murid-murid yang mau belajar agama. Malah justru sebaliknya, beliaulah yang membiayai, memberi makan dan menjamu masyarakat tersebut. Dana untuk keperluan ini semua berasal dari milik beliau sendiri, tanpa meminta atau mencarikan dari orang lain.

Datu Muhammad Amin termasuk ulama yang punya hobi berburu hewan, beliau menyediakan waktu secara khusus untuk keperluan ini sehingga tidak mengganggu jadual memberikan pelajaran agama atau berdakwah. Secara rutin beliau berburu di berapa hutan di pinggiran kota Banjarmasin dan sekitar wilayah Kalimantan Selatan lainnya, yang saat itu masih banyak terdapat hewan buruan seperi rusa atau menjangan, kancil dan sebagainya. Murid-murid beliau sudah terbiasa dan sering pula menyaksikannya.

Baca juga:  KH Hasyim Asyari: Pak Tani itulah Penolong Negeri

Dalam perburuan itu Datu Muhammad Amin sangat cekatan ketika mengejar hewan-hewan buruannya, beliau dengan mudah melombat dari satu jurang ke jurang lain dari satu gunung ke gunung lain, padahal jaraknya jauh sekali. Hasil hewan buruan tersebut tidak semata-mata untuk beliau dan keluarganya saja, akan tetapi setelah disembelih dan dimasak bersama, dibagi-bagikan sebagai lauk pauk, untuk dinikmati masyarakat dan murid-muridnya.

Berkat keikhlasan beliau dalam mengajar dan mengabdi di masyarakat, maka banyaklah anak cucu keturunan dan murid-murid beliau yang menjadi ulama, baik di Benua Anyar maupun di daerah-daerah lainnya. Oleh keluarganya, Datu Muhammad Amin menjadi figur kebanggaan yang sukar dicari persamaannya di masa kini, baik dalam berdakwah atau melaksanakan fungsi sebagai seorang ulama, maupun sebagai tokoh masyarakat yang ikhlas dalam mengabdi menjalankan syiar agama Islam sehari-hari.

Zuriat Datu Muhammad Amin tidak hanya dikenal sebagai ulama yang berprestasi atau sebagai tokoh masyarakat saja. Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an (tilawah dan murattal), malah justru ada yang mampu menghafalkannya dengan baik di luar kepada. Justru itulah tentu keteladanan yang ditinggalkan beliau patut dijadikan cermin kehidupan. Dalam hal ini terutama sekali oleh generasi keturunan beliau sendiri selaku ahli waris yang utama.

Baca juga:  Kisah-Kisah Wali (7): Di Balik Plat Nomor Mobil Kiai As'ad Syamsul Arifin

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
9
Ingin Tahu
5
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top