Sedang Membaca
Maulid Nabi “Zaman Now” di Belanda
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Maulid Nabi “Zaman Now” di Belanda

Maulid Nabi “Zaman Now” di Belanda

Hari-hari terakhir bulan Rabiul Awal, peringatan Maulid Nabi masih marak di mana-mana. Tapi jangankan masih bulan Rabiul Awal, bulan di mana Nabi saw dilahirkan, peringatan Maulid Nabi bahkan masih akan berlangsung di bulan berikutnya. Maulid Nabi, adalah perayaan agama terlama di dalam Islam, melebihi Idul Fitri aatau Idul Adha.

Umat Islam di Indonesia bukanlah satu-satunya negeri muslim yang antusias melaksanakan peringatan kelahiran Muhammad bin Abdullah. Tapi mungkin hanya di Indonesia, perayaan Maulid Nabi yang begitu beragam. Suasana seperti itu membuat masyarakat Islam kita menempatkan peringatan Maulaid Nabi secara istimewa.  Hal tersebut tercermin pada perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan warga Indonesia yang sedang di Belanda.

Kamis Malam, 14 Desember 2017, tidak kurang dari lima puluh orang berkumpul  di gedung Forum kampus Wageningen University and Research (WUR). Mereka secara berjemaah menggemakan lantunan selawat dan kasidah berisi puji-pujian ke hadirat Nabi Muhammad saw. Hawa dingin di awal musim dingin tidak sedikit pun mengecilkan semangat mereka. Mungkin, hentakan dua buah rebana ikut memengaruhi antusiasme muslimin Indoensia yang sedang mukim di Wageningen, Belanda. Mereka yang hadir umumnya mahasiswa tingkat master, doktoral beserta keluarga mereka.

Acara yang bertajuk “Wageningen berselawat” ini digelar oleh Majelis Yasin-Taklim Wageningen dan didukung penuh oleh PCINU Belanda. Selain pembacaan Maulid diba’i, acara dilengkapi ceramah.

Baca juga:  Mengintip Tradisi Yalda di Pelosok Iran

“Maulid Nabi merupakan momentum bagi kita untuk mengenang, merefleksi dan mengimplementasikan kembali teladan Kanjeng Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana ditegaskan dalam bait-bait Maulid Diba’i tadi, Rasulullah adalah sebaik-baik manusia dalam kejadian bentuk tubuh dan budi pekerti dan paling banyak menunjukkan manusia ke jalan yang benar. Budi pekertinya sesuai Alquran, bertabiat pengampun, pemberi nasihat manusia, Iuas dalam berbuat kebajikan dan pemaaf kesalahan.”

Demikian disampaikan KH Nurhasyim Subadi dalam ceramahnya.  Dia berulangkali menegaskan bahwa pengikut Nabi bukanlah orang yang dalam kesehariaannya gemar menghujat sana-sini, menebarkan ujaran kebencian dan permusuhan kepada sesamanya.

Secara khusus Hasyim menyampaikan peran utama perempuan atau istri sebagai figur pendidik utama dalam keluarga. “Para Ibu dan perempuan pada umumnya itu dititipi sifat rahimnya Allah, kasih sayang ibu menaungi seluruh keluarga. Ini harus kita jaga,” tegasnya.

Menurut panitia acara Fahrizal Yusuf Affandi  Wageningen berselawat dikemas sebagai peringatan maulid “Zaman now”. “Kemasannya disesuaikan dengan kultur mahasiswa dan kehidupan Belanda. Dilaksanakan di salah satu ruang perkuliahan, acara ini dimulai on-time pada pukul 19:00 sesuai dengan tradisi Belanda yang sangat menggandrungi ketepatan waktu. Menjadi lebih istimewa berkat ditayangkannya slide  berisi naskah maulid dilengkapi dengan terjemahan untuk memandu peserta mengikuti baris demi baris Maulid Diba’i,” cerita Fahrizal untuk ALIF.ID

Baca juga:  Jelang Muktamar, Kolaborasi PCINU Siap Jadi Tulang Punggung Transformasi Digital Pesantren dan Nahdliyyin

Dia mengharap, kemasan acara bisa dinikmati generasi “zaman now”. Generasi ini, kata Fahrizal, tidak semuanya terbiasa dengan mauled, apalagi meresapi kandungan maknanya.  Fahrizal adalah mahasiswa asal Karawang Jawa Barat yang sedang menyelesaikan studi doktoralnya bidang postharvest physiology WUR. Dia juga juga sekretaris PCINU Belanda.

Nuansa gotong royong yang biasa dirasakan dalam peringatan maulid nabi di tanah air tetap hadir. Seluruh peserta dijamu makan malam dengan hidangan yang disiapkan secara swadaya oleh jemaah Majlis Yasin-Taklim. Menu yang dimasak di tempat tinggal masing-masing dikumpulkan dan dibungkus bersama di rumah salah seorang jamaah. Aktivitas ini semakin mempererat tali silaturahim di antara warga Indonesia di Wageningen.

“Ini adalah peringatan Maulid Nabi pertama yang diisi dengan pembacaan naskah maulid di Wageningen. Inysa Allah ke depannya akan kita lestarikan dan tingkatkan”, ujar Muhammad Iqbal. Iqbal adalah mahasiswa master of Plant Science WUR. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, dia menyempatkan diri aktif  menjadi koordinator Majelis Yasin-Taklim Wageningen. Iqbal menambahkan maulid ini dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menarik minat anak muda dan kalangan yang awam dengan maulid.

“Kita menampilkan teks dan terjemahan juga untuk membudayakan literasi bermaulid, agar keberkahan maulid lebih terasa karena kita memahami makna dari apa yang kita baca,” tambah Iqbal.

Baca juga:  Strategi dan Narasi Perjuangan Kongres Ulama Perempuan Indonesia

Pelaksanaan maulid ini disambut gembira oleh mahasiswa di WUR. Dikky Indrawan, “lurah” mahasiswa Indonesia Wageningen sekaligus mahasiswa PhD Business & Economic WUR menyampaikan bahwa maulid zaman now ini menunjukkan bahwa di Wageningen, arus Islam moderat di kalangan mahasiswa Indonesia semakin menguat dan pihak universitas sendiri sangat menjamin kebebasan menjalankan aktivitas keagamaan di WUR.

Fahrizal Yusuf Affandi menutup “Wageningen Berselawat” dengan memberi kenang-kenangan berupa sweater berlogo WUR kepada Nurhasyim Subadi. NurHasyim adalah alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Selain staf KBRI, dia memangku Rais Syuriah PCINU Belanda. Dia datang dari Den Haag ke Wageningen yang berjarak tak kurang dari 100 km, khusus untuk acara “Wageningen Berselawat” .

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top