Sedang Membaca
Kisah CCTV di Ruang Isolasi Covid-19
Laeliya Almuhsin
Penulis Kolom

Penulis lepas. Alumni Jurusan Biologi UGM. Tinggal di Depok, Jawa Barat

Kisah CCTV di Ruang Isolasi Covid-19

Fb Img 1602685485536

Saat baru pindah kamar isolasi ke lantai lima, pasien Covid lain cerita tentang teman sekamar sebelumnya menjemur baju di ujung ranjang. Lalu, muncul suara keras woro-woro dari atap kamar. “Mohon untuk tidak menjemur pakaian, blabla…”

Nah, di situlah seruangan sadar kalau ada CCTV di kamar. Mereka sekamar berempat, banyak dinamika. Salah satunya, pernah terjadi pertengkaran sesama pasien soal pendingin ruangan hingga salah satu pasien banting remot AC. Sampai perawat turun tangan. Ternyata aktivitas mereka dalam kamar dipantau dari jauh oleh petugas rumah sakit lewat layar.

Saat baru pindah kamar, aku malah baru tahu kalau ada CCTV. Tahu dari teman sekamarku tadi. Selama ini saat sekamar sendiri di lantai tiga, jangan-jangan ada CCTVnya juga. Pantesan sering diingatkan perawat yang masuk agar aku jangan melakukan aktivitas berat. Aku sering bersih-bersih. Seret-seret tiang infus membenahi ini itu, bolak balik cuci tangan ke wastafel yang jaraknya jauh dari ranjang. Rakit rak jemuran. Ngepel lantai pakai satu kaos kaki entah punya siapa, nemu di bawah lemari. Sampai kemudian beli alat pel dan masang sendiri. Alamaak.

Saat malam menggigil kedinginan, aku berulangkali ditengok perawat, termasuk dikasih selimut. Kupikir petugas selama ini mengamati pasien dengan intip lewat kaca pintu. Sejak tahu cerita dari teman sebelah, jadi menduga, bisa jadi di kamarku sebelumnya dipasang CCTV juga.

Baca juga:  Didi Kempot dalam Perspektif Antropologi

Satu sisi ini bagus, pasien bisa dipantau dari CCTV. RS bisa memastikan pasien tidak melakukan aktivitas membahayakan. Di Indonesia tercatat setidaknya ada 6 pasien Covid bunuh diri di 6 rumah sakit berlainan. Pemantauan pasien tertentu menjadi perlu.

Teman sekamarku lanjut cerita tentang pesan suaminya agar jangan sembarangan ganti baju selama di RS. Keluar dari kamar mandi harus sudah berbaju lengkap. Ingat di kamar ada CCTV!

Nah, itu masalahnya. Aku sebelumnya sekamar sendirian dan tak tahu ada CCTV di kamar. Juga, tak pernah mendengar ada woro-woro dari atap. Tidak berpikir ada CCTV. Selama ini kamar mandi tak ada cantelan baju, samentara tangan diinfus, cukup ribet saat ganti pakaian. Jadi ganti baju di kamar.

Tapi, mengingat di pintu kamar ada kaca kecil memanjang yang bisa untuk melihat luar, aku biasanya ganti pakaian sambil menutupi tubuh dengan kain jarik dulu. Khawatir ada petugas yang tiba-tiba muncul di pintu. Sayangnya, saat dari kamar mandi, setelah memastikan dulu di pintu kamar tak ada orang lewat, keluar pakai baju seadanya. Duh.

“Jangan dipikirin. Namanya gak tahu ada CCTV. Tenang aja, perawat di sini kebanyakan perempuan. Saat memantau layar CCTV, mungkin perawat cuma mbatin, ekstrem banget pasien gue!” sahut teman sekamarku.

Baca juga:  Muktamar Sastra 2018: Menggali Kenusantaraan Membangun Kebangsaan

Aku sempat kepikiran. Tapi, tak mau dibawa stres. Anggap saja seperti sedang di kolam renang. Baju seadanya yang kumaksud adalah pakai tank top dan kain saja. Atau, anggaplah orang-orang desa di masa lalu, dari sumur dan kali, hanya berbalut kemben jarik. Jika itu saja, kurasa bukan hal besar. Untuk pelajaran, lain kali lebih hati-hati.

Foto: ruang isolasi Covid di lantai tiga RS Bhayangkara Brimob.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top