Sedang Membaca
Inspirasi Dakwah Digital Mba Ienas 1
Ienas Tsuroiya
Penulis Kolom

Admin Ngaji Ihya, suka masak, dan Traveler

Inspirasi Dakwah Digital Mba Ienas 1

Tulisan di bawah ini merupakan catatan Ienas Tsuroiya, admin Ngaji Ihya yang diampu oleh suaminya, Ulil Abshar Abdalla. Mba Ienas, demikian Ienas Tsuroiya akrab dipanggil, seminggu 2-3 kali, menjadi admin pengajian Ihya Ulumuddin dan Bidayatul Mujtahid. Dalam sebulan bisa 8-12 kali.

3-4 kali, dia bisa ngadminin pengajian di luar kota, melakukan perjalanan jauh berjam-jam menggunakan kereta atau mobil, karena rupanya dia takut ketinggian. Bukan pekerjaan gampang! Pekerjaan ini butuh stamina, butuh pengetahuan tata cara live, butuh meluangkan waktu, dan tentu butuh kemampuan mengusir kebosanan. Dan tak lupa, mental! Di luar kesibukan itu semua, yang butuh ketelitian dan kesabaran, dia masih sempat menulis catatan-cataan dan diunggah di akun Facebook-nya

Apa yang dilakukan Mba Ienas menginspirasi. Pekerjaannya penting untuk diketahui anak zaman now, khususnya bagi teman-teman yang ingin mengembangkan dunia dakwah di era digital ini. Berikut ini catatan Mba Ienas, ia menyebut dirinya “Mba Admin”, yang baru-baru ini bertugas di Jogja dan Wonosobo, Jawa Tengah.

——

Sebagai Mbak Admin, selain bertugas sebagai camerawoman tiap live streaming, saya juga mengatur jadwal kopdar Ihya di luar kota, termasuk urusan pesan tiket, dll.

Sekitar awal Februari kemaren, saya tektokan via WA dengan Mas Abdul Gaffar Karim (dosen UGM) untuk rencana menghadirkan mas Ulil (Ulil Abshar Abdalla) di kelasnya, kelas internasional MHRD (Master of Human Rights and Democratization) Fisipol UGM.

Baca juga:  Membaca Warisan Sunan Pandanaran

Akhirnya disepakati tanggal 9 Maret. Lalu saya teringat sudah menjanjikan April untuk Kopdar di Wonosobo (menggantikan agenda ke Amrik yang kami batalkan). Saya jadi punya ide untuk menggeser jadwal Wonosobo ke bulan Maret, sekalian digabung dengan acara di UGM.

Mas Arif (Abdul Arif) sebagai ketua panitia langsung OK. Jadi akhirnya kami tektokan via WA juga untuk mengatur teknisnya. Tak lama setelah itu, saya dikontak mas Royhan, anggota KMF (Keluarga Matholiul Falah) Wonosobo, yang pengen ikutan menggelar acara yg menghadirkan mas Ulil.

Ya kalau untuk KMF mah Mas Ulil susah menolak. Kalau KMF, meskipun capek, flu, batuk, ngantuk, dadakan, harus tetap dipenuhi.

Semula Kopdar Ihya di Wonosobo akan digelar Sabtu (10/3) malam. Setelah semua OK, deal, saya segera pesan tiket kereta, berangkat Kamis (8/3) pagi, sampai Yogya sore. Jadi masih ada waktu untuk istirahat atau ngobrol dengan teman2 di Yogya.

Pada saat pesan tiket balik, accidentally saya keliru memilih waktu keberangkatan. Kalau acara di Wonosobo Sabtu malam, idealnya kereta balik ke Jakarta kan yang sore gitu. Tapi, saya malah ambil yang Taksaka, Minggu (11/3) pukul delapan pagi. Sudah langsung transfer pula. Jadi kalau mau reschedule, selain repot harus ke Gambir untuk mengurus, juga akan kehilangan 25% dari harga tiket (*emak-emak banget, penuh perhitungan).

Baca juga:  Savic Ali, Kultur Hibrida, dan Sang Kiai Digital

Akhirnya kemudian saya nanya mas Arif, dia bilang siap mengantar ke Yogya, jam berapapun. (Wonosobo-Yogya sekitar 3 jam berkendara).

Dalam perkembangannya kemudian, acara kopdar Ihya digeser ke Jumat malam, karena Sabtu malam para santri ada jadwal rutinan. Saya sempat ragu, apakah mas Ulil bersedia berbicara di dua acara berturut-turut begitu. Syukurlah dia oke.

Jadi dua acara di Wonosobo itu sempat beberapa kali berubah-ubah waktunya, karena menyesuaikan dengan jadwal santri di pondok Al Mubaarok. Akhirnya fixed, Jumat malam Kopdar Ihya di pesantren. Kemudian Sabtu pagi acara KMF.

So, pulang Minggu pagi tak masalah. Alhamdulillah.

Beberapa hari menjelang keberangkatan ke Yogya, kami menerima undangan syukuran ultah ke-70 Ibu Sinta Nuriyah, Kamias (8/3) malam. Rasanya kok ngga enak kalau ngga hadir. Akhirnya kami sepakat menunda keberangkatan, tapi ya terpaksa naik pesawat. Syukurlah masih dapat tiket.

Hari Jumat (9/3) alhamdulillah cuaca cerah, jadi perjalanan naik pesawat tak terlalu menegangkan. Tapi, nyampe Yogya harus muter-muter dulu di atas bandara, menunggu giliran mendarat.

Mbak Miming yang menjemput kami, kemudian mengajak mampir sarapan ke gudeg Sagan (maknyus tenan), kemudian mengantar kami ke hotel UC UGM untuk istirahat sebentar, ganti baju, dll. (Bersambung)

Selengkapnya

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top