Sedang Membaca
Pudarnya Pesona Harun Yahya
Habibullah
Penulis Kolom

Alumnus Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahin, Malang. Pengasuh Pesantren Nurul Huda 2, guru di Pondok Pesantren An-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura.

Pudarnya Pesona Harun Yahya

Nama Harun Yahya tidak asing di Indonesia. Walaupun dia berasal dan tinggal di Turki, buku dan video atas nama dirinya sudah menyesaki negeri ini sejak awal tahun 2000. Dia maskot sukses penentang teori evolusi yaitu teori najis yang dinegasikan semua agama. Buku-bukunya sebagian besar mendedahkan kebenaran Alquran berdasarkan tuturan ilmiah. Produk videonya yang juga mengungkap aksi serupa sering diputar berbagai lembaga pendidikan Islam dan salah satu stasiun televisi nasional. Harun Yahya adalah wajah yang lebih populis dari Maurice Bucaille-  Ilmuwan muallaf dari Prancis yang juga menulis kebenaran Alquran berdasarkan riset ilmiah.

Harun Yahya adalah nama pena dari Adnan Oktar. Banyak yang tidak menyangka bahwa sebagian besar buku atas nama Harun Yahya bukanlah karya orisinal Adnan Oktar. Sebagai generasi pesantren yang pernah menjadi fan fanatik Harun Yahya,  Bernando J. Sujibto, penulis buku ini, terkesiap mengetahui fakta ini. Selama belajar di Turki, dia mengulik lebih jauh tentang sisi gelap sang idola yang bikin hatinya patah.

Menurut Bernando, pribadi Adnan Oktar bisa dilihat dari dua etape: pertama, masa muda. Adnan Oktar lahir dari keluarga sekuler. Namun dia tidak ikut sekuler. Saat muda, dia religius. Relegiositasnya makin kuat ketika dia bersentuhan dengan karya Said Nursi, yang kelak menjadi role model perjuangannya menegakkan Islam di tanah Khilafah Utsmani tersebut.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (68): Kitab Ta’limul Muta’allim, Ketika Irasionalitas Menentukan Intelektualitas

Adnan Oktar muda menjadi pejuang Islam melawan komunisme saat dirinya menjadi mahasiswa. Dia tergolong mahasiswa cerdas. Ini dibuktikan nilai seni dan filsafat Islam dari jurusan yang dia pilih. Dia prolifik menulis opini yang dia sebarkan lewat pamflet. Harun Yahya dijadikan nama pena sebagai identifikasi kepada perjuangan Nabi Harun dan Nabi Yahya. Dia membentuk jejaring gerakan yang menjadi cikal bakal kekuataannya di masa depan. Menurut Bernando, ada dua orang yang mencuatkan nama Harun Yahya saat itu, yakni Rusin Cakir, seorang wartawan yang sering meliput aksi Harun Yahya dan Edip Yuksel, putra ulama Kurdi yang memiliki jejaring organisasi internasional.

Kondisi politik Turki tahun 1990-an yang kontra komunis sangat melapangkan jalan Adnan. Dukungan diberikan Perdana Mentri Turgut Ozal dan Jendral Kenan Evren kepada Adnan Oktar- yang paska lengsernya komunis di Turki – dikenal sebagai satu-satunya pejuang besar Islam. Di masa kejayaannya ini, Adnan memasuki etape kedua, di mana dia secara masif mengumpulkan banyak ilmuwan untuk mengerjakan secara diam-diam proyek ilmiah atas nama Harun Yahya. Dia juga mengumpulkan kalangan elit politik, pengacara, pengusaha, orang kaya dan orang kuat lainnya dalam lingkaran Arsalanser guna mendukung proyeknya tersebut.

Pada tahap ini banyak orang mulai mencurigai orisinalitas karya Adnan Oktar. Bernando mencatat ada hampir 200 judul buku mencurigakan atas nama Harun Yahya mencakup tema politik, filsafat, agama, zoologi dan biologi yang diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ketidakberesan Adnan makin mencolok saat dia menjadi hocca (kiai) dalam acara shohbet yang didampingi kedicik (wanita piaran) yang berjoget erotis.

Baca juga:  Hamzah Muhammad: Puisi dan Sains

Pada tahun 2008 pihak kepolisian menyelidiki kasus hilangnya sampel darah 120 ribu orang yang diambil lembaga riset Harun Yahya. Berturut-turut polisi menemukan bukti pedofilia, tindak kekerasan terhadap wanita, spionase, dan jaringan kriminal internasional. Ketika diinterogasi, Adnan secara berterus terang mengaku bahwa karya yang diatasnamakan dirinya adalah karya “anak-anaknya”. Yang mengejutkan ketika dia menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak ada hubungannya dengan perjuangan agama. Atas bukti-bukti di atas, dia digelandang sebagai pesakitan.

Menurut Bernando, sosok pejuang macam Adnan Oktar bisa mudah ditemukan di mana saja. Idealisme perjuangan getas dengan kursi empuk kekuasaan dan harta.

Buku yang ditulis dengan gaya esai ini tidak sepenuhnya bisa memberikan jawaban dari pertanyaan tentang seputar sumber dana yang diperoleh Adnan Oktar, motif titik balik kehidupannya serta siapa kuasa di balik Harun Yahya tersebut. Bernando mengakui bahwa sulit mengetahui informasi tentang kelompok Adnan Oktar. Mereka solid, rapi, dan juga kuat. Ini juga mengindikasikan bahwa Harun Yahya bukan masalah personal, tapi masalah jaringan. Jika Adnan Oktar digelandang ke penjara, maka jaringan kuasa di belakangnya mudah mencari “Harun Yahya” baru untuk melanjutkan estafet misi mereka.

Penulis: Bernando J. Sucipto

Judul buku: Harun Yahya Undercover

Baca juga:  UNESCO dan Buku Itu

Penerbit: IrCiSod
Cetakan: September 2018
Tebal: 200 halaman
ISBN: 978–602- 7696-61-7

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top