Bagi penyuka novel, terutama yang berbau filsafat, hampir semuanya kenal dengan novel fenomenal karya dari Jostein Gaarder. Novel yang memiliki judul asli Sophie’s World ini pada dasarnya membahas seputar filsafat. Yang menarik di sini adalah pembahasan dengan menggunakan narasi dengan serangkaian “alur cerita.” Dari beberapa pembahasannya ada hal-hal yang memiliki keselarasan dengan informasi yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Apa saja itu?
Bab “Dentuman Besar”
Dalam bab “Dentuman Besar”, tertuliskan mengenai Ayah Hilde mulai bercerita mengenai alam raya. Dahulu kala, kira-kira 15 miliar tahun yang lalu, semua substansi di alam raya itu menyaru dalam satu area yang relatif kecil. Substansi itu demikian padatnya sehingga gaya berat membuatnya sangat panas. Akhirnya, ia menjadi begitu panas dan rapat sehinga meledak. Ledakan itu disebut Dentuman Besar. Dentuman Besar menyebabkan semua substansi di alam raya terlempar ke seluruh penjuru, dan karena lambat laun menjadi dingin, ia membentuk bintang-bintang dan galaksi, planet, dan bulan-bulan. Dan sampai saat ini alam raya terus mengembang.
Cerita ayah Hilde ini sesuai dengan al-Qur’an pada surat al-Anbiyā’ ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya (QS. Al- Anbiyā’ [21]: 30).
Bab “Para Filosof Alam”
Di samping itu, pada bab “ Para Filosof Alam” tertuliskan mengenai Thales yang berteori bahwa segala sesuatu bersumber dari air dan akan kembali ke sumbernya. Hal ini pun mirip dengan pernyataan al-Qur’an yang ayatnya sebagai berikut:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup (QS. Al- Anbiyā’ [21]: 30).
Bab “Takdir”
Sedangkan dalam bab “Takdir” dijelaskan mengenai Takdir, yaitu suatu ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan pencipta alam Semesta dengan beberapa pertimbangan-Nya dan tidak dapat dirubah keberadaanya. Sama sekali berbeda dengan nasib adalah ketentuan yang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun masih bisa dirubah selama kita masih mau berusaha. Hal ini sesuai dengan definisi Takdir Muallaq, yaitu ketentuan Allah Swt yang mungkin dapat diubah oleh manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Seperti yang termaktub dalam penggalan Q.S. Ar Ra’du ayat 11:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesunggunya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Bab “Dua Kebudayaan”
Dalam bab tersebut diceritakan bahwa peradaban di Eropa berakar pada dua kebudayaan, yaitu: kebudayaan Semit (kebudayaan yang dipakai oleh bangsa Semit yang berasal dari Jazirah Arab, dan kebudayaan Indo-Eropa (kebudayaan ini adalah kebudayaan bangsa Indo-Eropa yang percaya pada banyak dewa yang berbeda).
Kebudayaan dunia sebagaimana yang telah disinggung dalam novel Dunia Sophie, kemudian dikaitkan dengan pengaplikasian teori semiotika yang ditawarkan oleh Roman Jakobson, maka ada suatu hal yang perlu digaris bawahi ketika mengaitkannya dengan ayat Al-Qur’an, yakni bagaimana Allah sebagai Tuhan Pencipta Alam menciptakan bumi dan seisinya. Konsep tersebut terekam dalam salah satu ayat Al-Qur’an pada surat Al-Hujurat: 13 yang bunyinya adalah sebagai berikut:
يا أَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menciptakan dunia dengan segala isinya ini dengan bersuku-suku, beraneka macam warna, bentuk, karakter yang berbeda-beda. Kata لِتَعَارَفُوٓا۟ merupakan sebuah tujuan, yakni agar manusia dapat saling mengenal dari perbedaan-perbedaan yang telah menjadi sunnatullah. Bukan malah karena adanya perbedaan (kebudayaan), justru membuat manusia terjebak dalam perpecahan dan permusuhan. Dengan kita menerima perbedaan untuk saling mengenal, maka kita juga turut meyakini dan membuktikan keimanan kita terhadap kehendak Allah atau sunnatullah.