Haji bagi orang Madura melampaui dari anggapan hanya sebagai menjalankan rukun Islam yang kelima. Haji berkenaan dengan derajat sosial yang samakin tinggi. Orang yang naik haji tidak hanya ada anggapan sebagai bentuk kesalehan dan kekayaan semata, tetapi juga karena panggilan Allah. Orang yang dipanggil Allah hanya orang orang tertentu saja. Orang orang pilihan yang mendapatkan kasih sayang Allah, begitu keyakinannya.
Tidak semua orang kaya akan dapat menunaikan ibadah suci. Begitupun sebaliknya. Ada banyak juga orang miskin harta tetapi mampu ke Mekkah. Keywordnya adalah panggilan Allah. Dari saking sebagai panggilan Allah, ada keinginan dari orang Madura untuk dipanggil Allah di tanah suci.
Entah dari mana asal usulnya, dari anggapan dan persepsi, lahirlah mitos mistos yang berkembang dengan dari remang ke terang benderang: Orang yang berhaji akan menjadi miniatur di hari pembalasan
Orang yang gemar bershodaqah dalam hidupnya dan shodaqahnya diterima, maka saat ke Mekkah akan juga sering mendapatkan ganjaran setimpal dengan banyak shodaqoh dari orang orang yang tanpa sebab. Hanya Allah yang tahu dan mengerti.
Demikian juga terhadap orang orang yang berperilaku buruk, maka saat ke Mekkah seperti akan dibalas oleh Allah. Muncullah cerita dan desas desus tentang orang orang yang kesulitan dan mendapatkan karma atas perilaku jahatnya. Mulai dari kesulitan mendapatkan air atas perilaku yang medit dan jahil kepada tetangga, hingga cerita cerita yang tersebar luas terhadap orang yang dipukuli tiba tiba dikarenakan sering memukul orang saat masih di Indonesia.
Orang yang naik haji berharap harap cemas. Harap akan masuk surga dengan segera dipanggil ke haribaannya. Cemas karena dosa dosa yang dilakukan selama di Indonesia akan ditampakkan dan diperlihatkan saat berada di Mekkah.
Sebelum Berangkat
Orang akan naik haji akan melalui banyak proses dan ritual. Mulai dari melakukan slamttan, dimandikan hingga ada pelepasan tertentu dengan cara diantarkan ke bis di pusat perkotaan. Musim haji seperti sekarang, jangan terkejut bila ke Madura menemukan iring iringan panjang disertai dengan sepeda berknalpot telo dan bunyi bunyian dari pengeras suara di atas mobil pick up: itu pertanda orang sedang naik haji.
Orang yang naik haji sudah diikhlaskan oleh keluarganya. Keluarga melepas seperti dengan tangis. Seakan akan tidak akan bertemu lagi. Orang Madura juga menitipkan agar disebut di Mekkah dan di doakan agar sampai juga ke tanah suci. Hanya karena doa dan panggilan Allah, orang orang bisa mampu melaksanakan haji.
Ritual lainnya adalah dengan slamettan. sebagaiman dalam banyak slamettan, sebelum berangkat orang orang Madura juga mengundang tetangga dan handai taulan. Membacakan doa dan memberikan berkat. Berkat berkat yang diberikan sebagai benda untuk shodaqah. Terdapat kepercayaan, orang yang shodaqah hidupnya akan selamat.
Satu minggu sebelum berangkat, orang yang naik haji akan dimandikan di taneyan (halaman). Ada bacaan tertentu dari kiai yang memandikan. Perihal dimandikan ini, kini tak hanya untuk naik haji semata. Sesorang tetangga di ujung timur pulau Madura saat melakukan umroh juga terdapat ritual dimandikan. Umroh dianggap sebagai haji mini. Karena haji yang sempurna terasa sulit dengan antrian yang semakin lama saja.
Setelah Datang
Heboh lagi setelah datang. Orang Madura akan menjemputnya di pusat perkotaan. Menunggu kedatangan dengan kegembiraan yang diwujudkan dengan bunyi bunyian dan iring iringan. Lagi lagi seperti konvoi, orang orang yang memiliki sepeda meramaikan dengan gas kopling dan klakson. Sementara sebagian mobil membawa sound system dengan lagu hadrah.
Orang Madura merayakan orang yang naik haji hingga 41 hari. Datang orang bertamu dan meminta doa. Orang Madura menyebutnya dengan Sajereh. Dalam sajereh, orang yang naik haji akan langusng memeluk dan mendoakan terhadap tamu yang datang. Jika yang berhaji laki laki, maka akan dipeluk tamu yang juga lelaki. Sementara jika yang berhaji hanya perempuan, maka hanya salaman dan berharap doa.
Orang yang bertamu akan melakukan obrolan basa basi perihal bagaimana ibadah di Mekkah dan selama proses perjalananannya. Sementara orang yang naik haji akan bercerita dengan heroisme orang orang Madura. Setelah cerita dan doa, maka si tamu akan memperoleh oleh oleh yang berupa sajadah, tasbih, atau air zam zam. Jika beruntung, maka akan memperoleh minyak misik.
Pasca naik haji, yang paling nampak, ada perubahan kopiah yang dikenakannya. Orang haji memakai kopiah putih. Terkadang bahkan bagi yang awalnya adalah kiai kampung, tiba tiba memakai serban. Orang orang akan memanggilnya ajjih dengan logat Madura yang kental. (aa)