
Catatan kontributor alif.id Wella Sherlita dari Kyiv, Ukraina.
___
Invasi Rusia terhadap Ukraina tidak saja meninggalkan puing-puing bangunan yang hancur, tetapi juga anak-anak yang traumatis. Sebagian besar harus ‘merelakan’ ayahnya ikut bertempur di medan perang, serta berpisa dengan ibu yang menjadi tahanan Rusia. Di sekolah muslim Birlik–Pusat Kebudayaan Tatar Krimea, para guru menyediakan bahu untuk bersandar.

Hari beranjak siang dan sebagaimana kota-kota dunia lainnya, lalu lintas di ibu kota Kyiv macet. Kendaraan pribadi –termasuk sepeda motor yang jumlahnya tak sebanyak di Jakarta, saling adu kecepatan. Sementara bus dan tram bergantian menurunkan para penumpang di halte masing-masing.
Saya bersama rekan dari Suara Merdeka dan Narasi TV, tiba di Birlik School yang terletak di daerah Chaiky, Kyiv.
Birlik dibangun di bawah pengelolaan Pusat Kebudayaan Tatar Krimea. Namun, pemanfaatannya tidak hanya untuk anak-anak muslim Tatar Krimea saja. Semua boleh bersekolah di sekolah itu. Krimea adalah wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia sejak 2014.
Kami disambut dengan hangat oleh Kycha Olha, Pejabat Kepala Sekolah Birlik. Senyumnya merekah, dan langsung membuat kami merasa nyaman. Ia mengenakan gaun panjang berwarna hitam–krem dan jilbab hitam. Modis.
“Birlik menjadi satu-satunya sekolah swasta di Ukraina yang dimiliki oleh Tatar Krimea. Jumlah murid kami saat ini 75 orang dan mayoritas muslim, jadi yang non-muslim juga ada,” jelas Olha, mengawali perbincangan.

Perempuan muda yang mengenakan jilbab itu melanjutkan, “Sekolah ini juga menjadi satu-satunya sekolah yang mengajarkan sejarah dan bahasa Tatar Krimea, dan didirikan oleh keluarga asli dari Tatar Krimea agar anak cucu mereka tidak kehilangan akar Tatar Krimea-nya”.
Sekolah Birlik diresmikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina, Rustem Umerov, pada 2021 lalu. Umerov adalah seorang politikus muslim Ukraina keturunan Tatar Krimea yang diangkat menjadi Menhan pada 2023.
Di Sekolah Birlik, semua disiplin ilmu diajarkan dalam bahasa Ukraina dan Inggris. Selain anak-anak Tatar Krimea, anak-anak dari seluruh kebangsaan boleh belajar di sini.
Menhan Umerov meyakini pendidikan berkualitas merupakan komponen penting dalam menghapus pendudukan dan reintegrasi Krimea, yang kini dikuasai Rusia.
“Kebanyakan siswa di sini belum mengetahui sama sekali tentang Tatar Krimea. Banyak yang keluarganya masih berada di Krimea, namun rata-rata mereka lahir dan tinggal di Kyiv,” lanjut Olha.
Seratus Siswa
Sekolah ini mampu menampung 100 siswa mulai tingkat SD-SMA. Awalnya sangat sulit untuk mendirikan sekolah Tatar Krimea di Kyiv, bahkan pihak sekolah tidak mendapatkan lahan sama sekali.
Mereka lalu mencoba memasukkan kurikulum pendidikan nasional Ukraina dan melakukan harmonisasi, termasuk memasukkan bahasa, kultur, dan sejarah Tatar Krimea di dalam bahan pengajaran.
“Kami di sini memiliki kebijakan yang terbuka, sehingga murid-murid di Birlik berasal dari berbagai latar belakang, ada Muslim dan Kristen Ortodoks. Jadi mereka saling belajar budaya orang lain. Inilah tradisi pendidikan yang tersisa di Ukraina dan menjadi jembatan budaya antara Islam dan non-Islam,” ungkap Olha.

Pihak sekolah secara sadar merancang program pendidikan dengan mengikuti penanggalan khusus, seperti awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha. Sayangnya, mereka masih harus mengikuti penanggalan kalender nasional Ukraina, sehingga tidak ada tanggal merah saat Idulfitri maupun Iduladha. Lantas bagaimana?
“Kami berinisiatif meminta izin kepada pemerintah untuk libur satu hari agar anak-anak bisa merayakan Idul Fitri dan Idul Adha.
Anak-anak (kelas kecil) sudah mulai belajar berpuasa tapi tidak dipaksa. Saya senang karena anak-anak sekarang makin banyak yang berpuasa penuh di bulan Ramadan,” tambah Olha.
Puasa Ramadan di Ukraina memakan waktu hingga 18 jam.
“Biasanya sekolah akan mengadakan buka puasa bersama yang agendanya terpisah dengan program sekolah, jadi sifatnya privat. Sepuluh hari terakhir Ramadan juga kami adakan kegiatan ibadah malam Lailatul Qadr,” kata Olha.
Tantangan Menjelaskan Sejarah Kelam
Di sela-sela perbincangan, salah seorang staf sekolah Birlik menghidangkan teh, kopi dan beberapa penganan manis ala Turki. Kopi di Ukraina sangat enak, mereka memiliki lahan-lahan perkebunan kopi yang luas di Lviv.
Raut wajah Olha berubah serius mendengarkan pertanyaan saya seputar pengajaran sejarah Tatar Krimea dan genosida bagi anak-anak. Seberapa sulitkah mengungkapkan isu-isu semacam itu kepada anak-anak di tingkat SD, misalnya?
“Oh betul, tentu sangat sulit untuk menjelaskan persoalan yang terkait genosida kepada anak-anak,” kata Olha.
Setiap anak punya kakek dan nenek yang terkena deportasi pada 1944 dan 2014. Ada juga kakek nenek yang sudah meninggal. “Tapi kami percaya, Tatar Krimea suatu saat akan kembali utuh. Trauma itu pasti ada. Di sini guru sekaligus menjadi psikolog bagi anak-anak murid,” kata Olha.
Keragaman budaya masyarakat Ukraina tetap tumbuh dengan baik di tengah konflik dan peperangan. Para pendidik secara sadar memilih sistem pendidikan yang inklusif untuk tetap mempertahankan keragaman budaya mereka.
Anak-anak Tatar Krimea sungguh beruntung memperoleh ruang aman di Sekolah Birlik. Namun bagaimana dengan nasib anak-anak lain? (Bersambung)