Sedang Membaca
Abu Al-Hasan Al-Bahili, Murid Tertua Syekh Al-Asy’ari

Santri di Al-Azhar Cairo & Rumah Syariah Mesir.

Abu Al-Hasan Al-Bahili, Murid Tertua Syekh Al-Asy’ari

Img 20221011 160820

Tak asing lagi bagi kita bahwa mayoritas umat Islam di belahan dunia mengekor pada madzab Asy’ari. Hal itu tak lain lantaran keberhasilan al-Asy’ari dalam menyeimbangkan antara Naql (teks agama) dan Aql (akal). Di sisi lain, besar dan kokohnya madzab Asy’ari juga tak lepas dari peranan para pengikutnya.

Peranan para pengikut al-Asy’ari tersebut terlihat jelas tatkala kita mengunjugi perpustakaan atau toko kitab. Banyak karya mereka bertengger dalam berbagai disiplin ilmu. Terlebih dalam ilmu Tauhid. Tak hanya itu, kitab-kitab tauhid tersebut juga lengkap bagi pelajar pemula hingga pelajar dengan jenjang yang lebih tinggi.

Namun, Kepiawaian mereka dalam mempertahankan madzab Asy’ari juga tak lepas dari didikan seorang guru. Seperti halnya perkataan ulama:

إن فضل المقتدي يدل على فضل المقتدى به

(Kehebatan seorang pengikut menujukkan pada kehebatan seseorang yang diikutinya).

 Oleh karena itu, guru adalah sosok yang kuat dalam memberikan pengaruh intelektual kepada muridnya. Tak hanya itu, Kegigihan dan kesabaran sang guru merupakan jeri payah agar sang murid berhasil dalam karir keilmuanya. Banyak kita dapati misalnya para kyai di pesantren, selain menjelaskan suatu ilmu, beliau juga ber-tirakat sembari mendoakan murid-muridnya.

Kaitanya dengan hal ini, Imam Abu al-Hasan al-Bahili adalah ikon emas di balik kesuksesan para muridnya. Al-Bahili adalah salah satu di antara murid tertua Syekh al-Asy’ari. Beliau dilahirkan di dataran Basrah, kota terbesar kedua setelah Baghdad. Namun, sangat disayangkan tahun kelahiranya tak tertulis dalam catatan sejarah. Akan tetapi, ia wafat pada tahun 980 Masehi.

Baca juga:  Pengajian Tuan Guru dan Penanaman Sistem Nilai di Pulau Lombok

Syekh Anas al-Syarfawi dalam kajian kitab Tuhfah al-Murid menuturkan bahwa al-Bahili ialah Imam besar Syiah pada awalnya. Namun, seiring berjalanya waktu, ia bertemu dengan Syekh al-Asy’ari sembari berdialog seputar ketuhanan. Hingga, pada akhirnya ia memutuskan untuk berpindah dan mengikuti madzab Asy’ari.

Oleh karena itu, para ulama’ mengkategorikan al-Bahili sebagai murid langsung di bawah naungan Syekh al-Asy’ari. Sehingga, ia masuk dalam al-Thabaqah al-Ulâ (generasi pertama murid Syekh al-Asy’ari).

Lantas kemudian, dengan kegigihan al-Asy’ari dalam mengajar, menjadikan al-Bahili seorang ulama’ yang mahir di berbagai disiplin ilmu. Hal itu terbukti ketika kita menengok kejeniusan para muridnya. Di antaranya al-Qadli al-Baqilani, Abu Bakar Ibn Faurak dan al-Ustad Abu Ishaq al-Isfiraini.

Ketiga murid al-Bahili tersebut telah mencapai derajat Imam pada disiplin ilmu kalam. Sehingga patut kiranya kita berucap bahwa al-Bahili adalah salah satu dari sekian sosok Syuyukh Takhrij (guru yang benar-benar mewariskan keilmuan pada muridnya). Maka dari itu, al-Ustad Abu Ishaq pernah memuji al-Bahili:

قال أبو إسحاق الإسفراييني: أنا في جانب الشيخ أبي الحسن الباهلي كقطرة في البحر

(Berkata Abu Ishaq al-Isfiraini: Saya di samping Syekh Abu al-Hasan al-Bahili seperti halnya tetesan air di hamparan samudra)

Tak hanya itu, al-Bahili juga terkenal dengan sosok yang zuhud nan wara’. Terdapat kisah menarik yang dituturkan oleh al-Baqilani mengenai kezuhudan dan kewara’an beliau. Kisah ini tercatat pada kitab Siyar A’lam al-Nubala’ karangan Imam al-Dzahabi:

Baca juga:  Sketsa Singkat Pangeran Diponegoro Sebagai Muslim Jawa

قال ابن الباقلاني: كنت أنا وأبو إسحاق الإسفراييني وأبو بكر بن فورك معا في درس أبي الحسن الباهلي كان يدرس لنا في كل جمعة مرة وكان يرخي الستر بيننا وبينه  وكان من شدة اشتغاله بالله مثل مجنون أو واله وكنا نسأله عن سبب الحجاب فأجاب بأننا نرى السوقة وهم أهل الغفلة فتروني بالعين التي ترونهم .

(Berkata Ibn al-Baqilani: saya bersama Abu Ishaq al-Isfiraini dan Abu Bakar Ibn Faurak. Pada saat itu kami belajar pada Abu al-Hasan al-Bahili. Beliau mengajari kami sekali setiap hari Jum’at. Beliau juga mengulurkan tirai penghalang di depan kami. Beliau adalah sosok yang sangat sibuk (ibadah) kepada Allah sampai-sampai seperti orang gila. Dan kami selalu menanyai sebab mengapa beliau mengulurkan hijab di hadapan kami. Lantas beliau menjawab, bahwa kami telah melihat orang-orang awam. Sedangkan mereka adalah orang-orang yang lalai. Sedangkan, dengan kedua mata itu lantas kalian melihatku).

 

Sekian, Wallahu A’lam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top