Sedang Membaca
Nasruddin Hoja Malu Karena Miskin
Saidun Fiddaraini
Penulis Kolom

Lahir di Sumenep 22 Februari 1996, sempat nyantri di PP Nurul Jadid, Paiton, dan sekarang Tinggal di Kepulauan Kangean, Sumenep. Minat Kajian adalah keislaman dan filsafat.

Nasruddin Hoja Malu Karena Miskin

Suatu malam, rumah Nasruddin Hoja disambangi seorang pencuri. Pencuri itu memasuki rumah  Nasruddin Hoja melalui jendela yang lupa dikunci. Untungnya, Nasruddin Hoja mengetahui bahwa ada pencuri yang masuk ke dalam rumahnya.

Waktu itu, Nasruddin Hoja sendirian di rumah itu. Pencuri itu membawa senjata tajam berupa pedang. Maka, Nasruddin Hoja cepat-cepat bersembunyi di dalam peti agar tidak dilukai.

Setelah berada di dalam rumah Nasruddin Hoja, pencuri itu pun melihat-lihat situasi apakah aman atau tidak untuk melancarkan aksinya. Mengetahui situasi yang aman, ia pun mulai menggeledah semua isi rumah untuk mendapatkan harta berharga yang ia cari.

Walaupun isi rumah sudah digeledah dan diobrak-abrik, namun pencuri itu tidak menemukan sesuatu yang berharga. Satu pun barang tidak ia dapat. Akhirnya ia membuka sebuah peti besar. Pencuri itu membuka pintu peti yang berat.

“Berat sekali pintu peti ini. Pasti di dalam peti ini berisi benda yang sangat berharga sekali,” kata pencuri itu.

Tetapi, ketika berhasil membuka pintu peti, pencuri itu kaget, “Ahhh…!”

Ternyata ia menemukan Nasruddin Hoja bersembunyi di dalam peti.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?!” bentak pencuri itu sambil mengacungkan pedangnya.

“Aku malu,” kata Nasruddin Hoja ketakutan.

Baca juga:  Pohon Kristen

“Malu?!” tanya pencuri itu keheranan. “Malu kenapa?”

“Ya malu,” jawab Nasruddin Hoja.

“Sebabnya apa?” bentak pencuri itu!

“Aku malu karena tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil.” Jawab Nasruddin Hoja. “Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini.”

“Ah, ternyata aku memasuki rumah orang gila yang miskin dan papa!” kata pencuri itu kecewa.

Kemudian pencuri itu pergi meninggalkan rumah Nasruddin Hoja. Nasruddin Hoja pun lega, tidak ada harta bendanya yang dibawa oleh pencuri.

“Untung saja, pencuri itu tidak membawa harta benda yang kupunya.” Kata Nasruddin Hoja sambil memegangi kepalanya.

Bagi Nasruddin Hoja, harta benda paling berharga yang dimilikinya adalah otaknya. Ya, semua orang tahu, kecerdasan Nasruddin yang luar biasa itu berasal dari otaknya yang cemerlang. Maka, Nasruddin Hoja sangat melindunginya dari apapun.

(Diadaptasi dari Kisah Hikmah Para Sufi dan Ulama Salaf karya Ali Abdullah,  Cetakan, 2018)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
2
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top