Sedang Membaca
Ulama Banjar (45): Muallim H. Napiah
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (45): Muallim H. Napiah

(L. 1922 / 27 Ramadhan 1343)

Figur ini tampil bersahaja, sederhana dan familiar. Kiprahnya dalam dunia pendidikan tidak sependek namanya. Rekan seangkatannya ialah KH. Abdul Muthalib M., KH. Ahmad Mansur, dan KH. Idham Chalid.

Napiah yang biasa dipanggil Muallim Antaya itu, lahir di Amuntai pada tanggal 27 Ramadhan 1343 (1922). Ayahnya bernama H. Djamal adalah seorang pedagang yang sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

Pada tahun 1929, Napiah kecil masuk Sekolah Rakyat 5 tahun. Sambil sekolah ia berjualan di depan rumah. Setelah tamat Sekolah Rakyat (1934), ia diajak ayahnya ikut berdagang selama lebih kurang dua tahun. Ayahnya yang pedagang itu ingin mewariskan kiat bisnisnya kepada Napiah. Pada tahun 1937 Napiah dibawa ayahnya pergi haji dan sepulang dari tanah suci ia masuk sekolah di Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah dan hanya sempat dua tahun belajar di sana.

Pada tahun 1939, Napiah berangkat meninggalkan kampung halamannya dan belajar di Pondok Modern Gontor Ponorogo. Ia menjadi siswa Madrasah Tsanawiyah sampai tahun 1943. Sepulang dari Gontor, beliau mengaji pada Tuan Guru H. Abdul Hamid Sungai Banar dan Tuan Guru KH. Chalid Tangga Ulin.

Kariernya di bidang pendidikan dimulai ketika menjadi Staf Pengajar di Madrasah Sulamun Najah Telaga Silaba (1943), Madrasah Rasyidiyah Pekapuran (1944-1946), Madrasah Normal Islam (1947-1951). Ia termasuk salah seorang pendiri Perguruan Normal Islam (1951), Ketua Yayasan Rasyidiyah Khalidiyah (1955). Muallim H. Napiah sempat menjadi anggota DPRD Tingkat II Hulu Sungai Utara (1964-1988). Beliau termasuk orang pertama di Indonesia yang mempelopori usaha penyelenggara Biro Perjalanan Haji dan Umrah. Selanjutnya antara tahun 1953-1999 dipercaya menjadi Ketua Nahdlatul Ulama Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Baca juga:  Ulama Banjar (184): Prof. Dr. H. Ahmadi Hasan, M.Hum

Kunci keberhasilan beliau dalam meneliti kariernya adalah dilandasi niat karena Allah semata dan memperoleh dukungan dari isteri dan anak-anaknya. Prinsip hidupnya berani mengoreksi dan siap dikoreksi, serta tidak lupa berdo’a memohon rahmat dan pertolongan Allah SWT.

Dari isterinya yang pertama Hj. Kencana beliau dikaruniai 7 orang anak yakni H. Syaifullah, H. Barkatullah, Hj. Kaspiah, Tarjidillah, H. Syarif Hidayatullah, H. Rahmatullah. Isteri tercinta yang hidup bersamanya berpuluh tahun itu wafat pada tanggal 18 Mei 2001. Oleh anak-anaknya Muallim H. Napiah kemudian dikawinkan dengan isterinya yang sekarang bernama Hj. Mursinah binti H. Tuhalus.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top