Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (112): H. Muhammad Thayib

H. Muhammad Thayib

(L. 5 Juli 1933)

Meskipun memiliki nama lengkap H. Muhammad Thayib, namun panggilan dan sapaan akrab beliau adalah Guru Thayib. Beliau dilahirkan di kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara pada tanggal 5 Juli 1933. Beliau lahir dari keluarga yang memang sejak semula fanatik dengan ajaran agama, sehingga oleh orang tuanya dididik di lembaga pendidikan yang umumnya disebut Pondok Pesantren.

Jenjang pendidikan dasar yang pernah ditempuh H. Muhammad Thayib pertama kali adalah Sekolah Rakyat (SR). Tamat Sekolah Rakyat lalu oleh orang tua disuruh melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Normal Islam Amuntai. Selanjutnya setelah menyelesaikan jenjang lanjutan pertama ini, beliau dikirim ke Martapura, dimasukkan ke Pondok Pesantren Darussalam. Normal Islam Amuntai, dan Pondok Pesantren Darussalam Martapura sampai selesai.

Pekerjaan yang beliau tekuni adalah sebagai guru sampai purna tugas atau pensiun. Masa-masa pensiun beliau digunakan sebaik-baiknya mengamalkan ilmu agama, berdakwah, memberikan pengajian atau ceramah agama. Sebagai pensiuanan Guru Agama Departemen Agama tahun 1993, membuat beliau terpilih dan dipercaya sebagai penghulu atau naïf. Pekerjaan terhormat dan bergengsi ini dipegang beliau selama sepuluh tahun lebih, ini dikarenakan figur beliau memang sangat cocok menduduki jabatan itu di tengah-tengah masyarakat yang makin kritis.

H. Muhammad Thayib pernah aktif di ormas Islam dan bahkan dunia politik. Itu antara lain dipicu oleh ketokohan beliau dan keulamaan yang dimiliki sehingga sering mendapat kepercayaan dari masyarakat. Di antara beberapa pengalaman organisasi H. Muhammad Thayib adalah sebagai berikut:

  • Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jabatan ini beliau emban sebelum hijrah ke Banjarmasin.
  • Di Banjarmasin beliau juga pernah aktif di Partai Golkar
  • Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Banjarmasin.
Baca juga:  Potret Tiga Serangkai dari Tegal (1): KH. Imam Sibaweh, Sang Maestro Tilawatil Qur’an dari Bumi Sebayu

Mantan guru pada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Mujahidin ini ternyata memiliki agenda pengajian yang padat. Beliau merupakan ulama yang mengisi majelis taklim pada beberapa tempat sampai mampu membangunnya. KH. Muhammad Thayib berhasil mendirikan dan mengisi pengajian di beberpa majelis taklim. Di antaranya dengan membacakan kitab Dalailul Khairat. Kitab ini pula yang beliau bacakan dan ajarkan pada pengajian ibu-ibu di Masjid At-Taqwa Banjarmasin.

Di antara perjuangan dan karya monumental H. Muhammad Thayib adalah pernah ikut mempertahankan kemerdekaan di bawah pimpinan H. Hassan Basry dan H. Abrani Sulaiman. Beliau pernah mendirikan MIS di daerah asalnya tahun 1954, mendirikan majelis taklim Nurul Huda tahun 1960, mendirikan majelis taklim Dalailul Khairat dan majelis taklim Darul Aman. Beliau pernah menyusun buku tentang ilmu tauhid yang berjudul: Ilmu Tauhid Ahlus Sunnah wal Jamaah, tahun 1966.

Selain aktif berdakwah dan mengasuh pengajian serta menjadi penghulu, beliau juga sering berangkat ke tanah suci, baik secara mandiri maupun membawa sekaligus memimpin rombongan jamaah haji. Hal itu hampir dilakukan sejak tahun 2001 hingga 2007.

Semboyan hidup KH. Muhammad Thayib ternyata juga berkenaan langsung dengan masalah hidup itu sendiri, yaitu “Hidup adalah menegakkan ajaran wahyu Ilahi dan santun pada sesama”. Selain semboyan hidup ini beliau masih sempat menyampaikan tausiayahnya kepada kita, yaitu: “Tanamkanlah akhlakul karimah kepada semua anak bangsa”. Tampak sekali ada korelasi yang kuat antara semboyan dengan tausiyah yang dikemukakan KH. Muhammad Thayib ini. Keduanya ternyata saling mendukung, atau tidak bertentangan.

Baca juga:  Ulama Banjar (71): Guru Muhammad Nur

Istri KH. Muhammad Thayib bernama Hj. Masyitah, SAg., dan setelah berkedudukan sebagai suami isteri dalam berumah tangga dikarunia Allah anak ada 5 orang yaitu:

  • Zakiah.
  • Muhammad Yamin.
  • Isnawati.
  • Muslifah, dan
  • Junaidi.

Alamat rumah KH. Muhammad Thayib ialah di jalan Prona I Gg. Indrajaya 4 Rt 17 No. 51, Pemurus Baru Banjarmasin. Tidak lama setelah tim penyusun buku ini mewawancarainya, beliau meninggal karena sakit menjelang bulan Ramadhan 1431, dan jenazah beliau dimakamkan di Kampung Limau Banjarmasin.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top