Sedang Membaca
Fragmen Gus Baha’, dari Soal Sowan Hingga Jokowi-Prabowo
Puthut EA
Penulis Kolom

Menulis fiksi dan nonfiksi. Kepala Suku mojok.co. Tinggal di Jogjakarta

Fragmen Gus Baha’, dari Soal Sowan Hingga Jokowi-Prabowo

Beginilah penampakan khas Gus Baha’. Kopiah hitamnya ditarik agak ke belakang, berkemeja putih lengan panjang, di kantung baju senantiasa ada bolpen, dan senyum tersungging di wajahnya. Sangat biasa. Sederhana.

Beberapa teman pernah mengajak saya sowan ke beliau di Kragan, Rembang. Rumahnya tak terlalu jauh dari kampung saya. Tapi saya belum pernah mau diajak sowan. Alasan saya sederhana. Gus Baha’ termasuk orang alim yang tidak terlalu suka disowani.

“Kalian itu tidak usah datang ke rumah saya. Malah ngrepoti. Saya kalau di rumah, waktu saya untuk keluarga dan santri. Jangan diganggu…”

Gus Baha’ selalu menekankan, beliau yang sowan ke murid-muridnya. Setidaknya setiap bulan beliau mengajar di Yogya, Bojonegoro, dan Kudus.

“Kalau saya sowan ke Njenengan, itu juga sebagai laku tawaduk. Sebab masih ada guru yang sowan ke muridnya. Bagaimanapun, orang yang belajar itu mulia. Walaupun ya kalian ini entah paham entah enggak dengan apa yang saya ajarkan…” ujarnya diselingi candaan.

Saya justru penasaran dengan dua sosok yang selalu disebutnya dalam setiap mengajar. Semacam murid kinasih yang selalu di-gojloki. Nama mereka adalah Rukin dan Musthofa. Kayaknya sih mereka berdua orang Bantul.

Gus Baha’ pernah berpesan begini: “Kalau Jokowi dan Prabowo ikhlas, mereka berdua bisa jadi wali. Karena salah satu jalur kewalian adalah dihina dan difitnah banyak orang. Kamu siap enggak, Kin, jadi wali lewat jalur ini?” Saya membayangkan muka Rukin memerah bangga.

Baca juga:  Kisah-Kisah Wali (7): Di Balik Plat Nomor Mobil Kiai As'ad Syamsul Arifin

Berkali-kali Gus Baha’ menyatakan perbedaan pendapatnya dengan beberapa ulama, tapi tak pernah dengan nada menghina. Dan tanpa menyebut nama. Beliau memaparkan pendapat ulama yang dimaksud, lalu dia menyatakan pendapatnya. Dia tunjukkan di mana letak keberatannya.

“Saya itu tidak setuju dengan para ulama yang selalu menyatakan kalau ibadah kita itu belum tentu diterima oleh Allah. Logikanya tidak bisa seperti itu. Kita itu mau ibadah saja sudah luarbiasa. Sudah harus bersyukur. Kok ya orang seperti kita, masih diberi rahmat untuk melakukan ibadah….” itu salah satu contoh bagaimana beliau menyatakan ketidaksetujuannya.

“Terus kalau misalnya ibadah kita tidak diterima Allah lalu kita gak ibadah? Saya ini misalnya dikasih tahu malaikat kalau nanti masuk neraka, apakah saya lalu tidak beribadah? Saya tetap akan beribadah…

“Maka itu, syukurilah sujud kita. Nikmatilah. Sujud seorang hamba kepada Tuhannya itu sangat mulia…”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top