Sedang Membaca
Karamah Rabiah al-Adawiyah
Muslimin Syairozi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Menekuni kitab-kitab klasik. Kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Karamah Rabiah al-Adawiyah

Saat mendengar kata “wali perempuan” pasti bayangan pertama yang muncul adalah Rabi’ah Al-Adawiyah. Memang nama satu ini oleh dunia dikenal sebagai wanita yang sangat dekat  dengan Tuhannya. Rabiah adalah gambaran sufi perempuan yang zuhud, sama sekali tidak tertarik dengan dunia dan mempunyai mahabbah yang sangat besar.

Sebagaimana realita yang berkembang, setiap wali pasti diberi karamah oleh Allah SWT. Dalam pandangan masyarakat, karamah menjadi kemuliaan tertentu bagi mereka. Meskipun, pemilik karamah tidak pernah berfikiran untuk mengejar laku khariqul adat (keluar dari adat) ini. Bahkan, beberapa pelaku sufi menangis saat muncul sebuah karamah dalam diri mereka.

Demikian pula dengan Rabiah al-Adawiyah. Ia memiliki karamah yang mungkin tidak banyak dijangkau oleh masyarakat, karena mereka lebih suka mengkaji tarekat mahabbah dari wanita satu ini.

Ada empat karamah Rabiah al-Adawiyah yang dicatat oleh syekh Yusuf bin Ismail al-Nabhani dalam maha karyanya yang berjudul Karamah al-Auliya; pertama, suatu ketika Rabiah berjalan melewati seorang pemuda yang sedang mengembala kambing. Rabiah berkata, “Aku ingin berangkat haji.” Tiba-tiba laki-laki itu mengeluarkan segepok emas dari saku bajunya. Laki-laki ini berniat memberikannya kepada Rabiah. Namun, tiba-tiba wanita ini menjulurkan tangannya ke udara, dan seketika tampak tangan itu penuh dengan emas. Rabiah al-Adawiyah berkata:

Baca juga:  Sabilus Salikin (99): Tata Cara Zikir Tarekat Histiyah (1)

اَنْتَ تَأْخُذُ مِنَ الْجَيْبِ وَ اَنَا أٰخِذُ مِنَ الْغَيْبِ

Artinya: Kamu mengambil dari saku sedangkan mengambil dari alam ghaib.

Maka pemuda itu lewat dengan penuh tawakal.

Kedua, suatu ketika ada maling masuk ke kamar Rabiah al-Adawiyah. Teladan para sufi ini saat itu sedang tidur. Maling itu mengambil beberapa pakaian dari dalam kamarnya. Setelah itu, sang maling bersiap keluar, mencari pintu, namun tidak menemukannya. Pintu yang semula dibuatnya masuk menghilang. Sebentar, Maling itu meletakan pakaian curiannya. Dia terheran, tiba-tiba pintu itu muncul. Dia pun bergegas mengambil pakaian tadi, namun tiba-tiba pintunya kembali menghilang. Hal itu berulang kali terjadi. Sampai dia mendengar sebuah suara, “Tinggalkanlah pakaian itu karena kami yang menjaganya dan kami tidak akan meninggalkannya meskipun dia tertidur.

Ketiga, Rabiah al-Adawiyah pernah menanam tanaman, tiba-tiba muncul belalang. Melihat serangga-serangga itu Rabiah al-Adawiyah berkata:

اِلِٰهِيْ رِزْقِيْ تَكَفَّلْتَ بِهِ فَاِذَا شِئْتَ فَأَطْعِمْهُ أَعْدَاءَكَ اَوْ أَوْلِيَاءَكَ

Artinya: Wahai Tuhanku, rizkiku telah engkau tanggung. Maka terserah Engkau akan memberi makan musuh-musuhmu atau para kekasihmu.

Maka belakang itu terbang seakan tidak pernah ada.

Ke empat, pernah suatu ketika Rabiah al-Adawiyah menunaikan haji dengan menaiki unta. Namun, sebelum sampai rumah untanya mati. Dia pun momohon kepada Allah agar menghidupkan kembali untanya. Seketika, unta itu hidup dan mengantarkan Rabiah menuju rumah. Baru setelah sampai depan rumah unta itu kembali tergeletak mati.

Baca juga:  Konsep Bahagia Menurut Imam al-Ghazali

Demikian di antara karamah Rabiah al-Adawiyah. Sebagai orang yang mempunyai hubungan yang sangat dengan Allah tentunya masih banyak karamah-karamah yang diberikan Allah padanya. Namun, Rabiah tidak pernah menghiraukannya, yang terpenting baginya selalu meningkatkan maqam mahabbah, cinta kepada Allah SWT. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
4
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top