Sedang Membaca
Syatahat; Ucapan Ganjil Para Sufi
Mohammad-Nasif
Penulis Kolom

Alumni Pesantren Liroboyo, Kediri

Syatahat; Ucapan Ganjil Para Sufi

Whatsapp Image 2020 07 12 At 13.56.07

Dalam dunia sufi mungkin kita pernah menemui ucapan-ucapan ganjil dari para sufi. Dinilai ganjil sebab ucapan tersebut mengarah pada keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, yang menjadi dasar ajaran para sufi. Ucapan tersebut seperti “aku adalah Allah” dan selainnya. Sekilas ucapan tersebut menunjukkan bahwa seakan-akan si pengucap menyekutukan Allah dengan selainnya. Ucapan-ucapan ganjil tersebut diistilahkan dengan syatahat.

Ucapan-ucapan ganjil inilah yang konon membuat sufi besar seperti al-Hallaj, dihukum mati sebab dianggap mengucapkan sesuatu yang dianggap menyalahi syariat. Ucapan-ucapan ini pula yang membuat kaum sufi dituduh musyrik sebab dianggap menyembah dirinya sendiri. Padahal mana mungkin seorang yang mendalam pemahamannya terhadap Al-Qur’an dan Hadis bisa melenceng, dengan hal-hal semacam menyembah diri sendiri?

Yang sebenarnya terjadi hanyalah ketidak fahaman para pembaca serta pendengar ucapan-ucapan kaum sufi. Para pembaca serta pendengar ucapan para sufi membayangkan bahwa ucapan para sufi lahir serta berbentuk sebagaimana ucapan mereka sehari-hari. Padahal para sufi mengucapkan sesuatu berdasar kedalam pemahamannya akan keesaan Allah, serta kadar ke-mabuk-an mereka sebab cinta kepada Allah.

Syatahat

Syatahat dalam Bahasa arab berasal dari kata sya-tha-ha bermakna gerakan. Imam Abi Nasr Sirajuddin At-Thusi dalam Kitab Al-Luma’; sebuah kitab yang lahir cukup awal di bidang tasawuf menyatakan, ucapan ganjil para sufi disebut syatahat karena lahir tatkala sang sufi mengalami gerakan bathin cukup kuat dalam memahami keesaan Allah ta’ala. Syatahat adalah ucapan ganjil dalam mengungkapkan penghayatan para sufi terhadap keesaan allah, yang tak bisa diungkapkan dengan Bahasa yang mudah difahami.

Baca juga:  Tentang Kaum Sufi dan Pandangan "Banyak Jalan Menuju Tuhan"

Dalamnya penghayatan akan keesaan Allah serta keterpautan amat kuat terhadap allah, membuat sang sufi hanya bisa mengungkapkan kata-kata hatinya lewat perumpamaan-perumpamaan serta ucapan ganjil. Tidak bisa dengan Bahasa keseharian. Layaknya seseorang yang sulit mengungkapkan suatu perasaan yang berkecamuk di hatinya.

Apakah berbeda penghayatan keesaan Allah antara kaum sufi dengan orang biasa? Tentu saja berbeda. Sama seperti antara orang yang berilmu dengan yang tak berilmu. Orang biasa mengesakan Allah dengan cukup merasa sudah meyakini bahwa Allah satu dan Ialah pencipta segala sesuatu. Sedang kaum sufi mengesakan Allah dengan menanamkan dalam hati bahwa Allah ada bersama seluruh sifat-sifatnya, kemudian mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Saat kaum sufi menyadari bahwa Allah memiliki sifat maha kuasa dan maha pemberi rizki, maka saat menghadapi kemiskinan kaum sufi tidak merasa takut bahkan bersikap sabar. Kesadaran bahwa Allah maha kuasa dan pemberi rizki dibawa di dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan orang biasa. Sudah tahu bahwa Allah lah yang maha kuasa dan pemberi rizki, tapi masih takut dengan kemiskinan dan merasa saat sudah tidak memegang uang, maka ia akan segera mati.

Kaum sufi saat memandang manusia lain serta benda mati tidak memandang mereka sebagai sekedar sesuatu yang biasa dilihat sehari-hari, dan tidak begitu penting untuk diperhatikan. Kaum sufi memandang manusia sebagai kekuasaan Allah dalam membuat tulang yang dibalut dengan daging serta otot dan urat, dapat bergerak memakai baju dan berdandan amat rupawan. Sehingga saat bertemu manusia, kaum sufi tidak larut dalam obrolan seperti tentang kebutuhan sehari-hari atau bahkan bergosip. Namun mereka terus bertasbih kagum sebab manusia di hadapannya adalah bukti kekuasaan Allah mereka sendiri tidak bisa membuatnya.

Baca juga:  Menjangkau Aforisme Keihlasan

Contoh Syatahat Dan Cara Memahaminya

Salah satu ucapan ganjil para sufi adalah ucapan salah satu tokoh sufi terkemuka; Abu Yazid Al-Busthami. Imam at-Thusi mengkisahkan ada ucapan Abu Yazid yang cukup terkenal di kalangan orang-orang:

Suatu kali Tuhanku mengangkatku dan menempatkanku di hadapannya. Lalu Ia berkata:

“Wahai Abu Yazid, makhluk-Ku suka saat melihatmu.” lalu aku berkata,

“Hiasilah aku dengan sifat esa-Mu, pakaikan padaku keakuan-Mu, angkat aku ke keesaan-Mu, sampai saat makhluk-Mu melihatku maka mereka berkata: ‘Aku melihatmu’. Sehingga Engkau disitu dan aku tidak ada disini”

Bagi orang yang dangkal pemahamannya terhadap sifat-sifat Allah yang maha esa, maka ia akan menganggap di dalam ucapan di atas Abu Yazid sedang menyatakan bahwa ia adalah tuhan atau ia menyatu dengan tuhan. Bagi orang yang di dalam hatinyanya tertanam kuat bahwa Allah bersifat wujud dan tidak akan mati atau hancur seperti makhluk-makhluk-Nya, maka akan menyatakan bahwa Abu Yazid sedang mengesakan Allah.

Bagaimana bisa? Ya, sebab segala sesuatu selain Allah tidak bisa dibandingkan dengan Allah. Allah tidak mati atau hancur, sedang manusia dan benda-benda lain akan mengalami mati atau kehancuran. Allah maha pencipta, sedang makhluk selainnya adalah ciptaan. Maka segala sesuatu selain Allah saat dihadapkan Allah seakan-akan tidak ada, sebab tidak punya nilai bila dibandingkan Allah.

Baca juga:  Hubungan Tasawuf dan Ekologi: Menyikapi Fenomena Perubahan Iklim

Abu Yazid menyadari hal itu. Semua seakan tidak ada termasuk dirinya sendiri, sebab tidak punya arti bila dibandingkan sifat kuasa Allah. Saat melihat dirinya sendiri, Abu Yazid tidak melihat dirinya sebagai sosok manusia. Tapi sebagai tanda keberadaan Allah sebab ia adalah ciptaan Allah. Melihat dirinya seakan-akan melihat Allah.

Lalu apakah hanya sekedar merasa diri tidak ada dan yang ada adalah Allah, atau melihat diri sendiri seakan-akan melihat Allah, sama saja mengaku sebagai Allah? Apakah merasa pasangan hidup adalah separuh jiwa, berarti benar-benar jiwa si pengucap dipecah dan dibagi pada dua orang? Apakah melihat sosok penagih hutang seakan-akan melihat malaikat pencabut nyawa, berarti mengatakan penagih hutang adalah malaikat pencabut nyawa?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
4
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top