Sedang Membaca
Catatan Perjalanan Menemani Habib Hilal al-Aidid, Waketum PBNU di Mesir
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Catatan Perjalanan Menemani Habib Hilal al-Aidid, Waketum PBNU di Mesir

Catatan Perjalanan Menemani Habib Hilal al-Aidid, Waketum PBNU di Mesir

Perjalanan ini dimulai sebenarnya tidak disengaja. Tepatnya tanggal 23 November 2023, saya dan kerabat-kerabat saya dari keluarga pesantren Krapyak mengunjungi Habib Hilal al-Aidid di hotel Hilton Ramses, Kairo. Obrolan terlihat gayeng mengingat kami dan Habib Hilal memiliki kedekatan kultural terlebih setelah beliau mempersunting putri salah satu kiai pesantren Krapyak.

Waktu berjalan sangat cepat hingga menunjukkan pukul sembilan pagi. Rupanya, beliau memiliki inisiatif yang terdengar tidak masuk akal. Beliau berinisiatif mengajak kami menghadap Grand Syeikh Al-Azhar Dr. Ahmad Thayyib. Tentu, kami yang masih pelajar kaget dengan ide gila ini. Pelajar masih bau kencur diajak menghadap pemimpin pusat Univesitas Al-Azhar yang pejabat penting ataupun ulama besar belum tentu dapat bertemu beliau.

Mobil Hi-Ace melaju membawa kami dengan Habib Hilal al-Aidid dan habib Ali Hasan al-Bahr, Ketua LAZIZNU PBNU menyusuri padatnya lalu lintas kota Kairo. Mungkin belum rejekinya, tiga jam menunggu beliau berdua bertemu Grand Syeikh Al-Azhar Dr. Ahmad Thayyib tanpa sedikitpun kami bisa ikut masuk ke ruang kerja Dr. Ahmad Thayyib ataupun berfoto selfi bersama belaiu. Memang, saat itu protokol acara pertemuan ini sangat ketat terlebih dihadiri juga oleh Dr. Nur Muhammad, ketua umum BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Sorenya kami dijamu masakan lezat di restoran Hadromaut oleh Syeikh Jabir al-Baghdadi kemudian pulang ke hotel dengan perut kenyang.

Tanggal 24 November 2023, jam menunjukkan pukul sebelas siang. Kami berangkat menemani  beliau ke daerah Bani Suef tepatnya di majlis taklim Syeikh Jabbar al-Baghdadi. Perjalanan ini termasuk lumayan jauh karena harus menempuh 2 jam dari kota Kairo. Sorenya kami dijamu dengan ikan bulti (sejenis ikan gurame) nan lezat di rumah baru Syeikh Jabbbar al-Baghdadi.

Baca juga:  Jejak Hubungan Dagang Abbasiyah dengan Nusantara

Malamnya, kami menemani beliau berdua bersilaturahmi dengan lembaga PCINU Mesir di wilayah Darosah Mesir. Kami disambut hangat yang oleh bapak Faiz Husaini selaku ketua tanfidziyah PCINU Mesir. Acara diskusi berjalan hangat dan gayeng di Auditorium PCINU Mesir. Dari diskusi ini, muncul gagasan perpindahan sekretariat PCINU Mesir ke tempat yang lebih layak.

“Gimana saya mau mengundang Syeikh Ali Jum’ah dan ulama Al-Azhar kalau bangunannya kurang layak begini?” ujar Habib Hilal dengan setengah bercanda.

Rupanya ini mendapatkan tanggapan yang baik dari para nahdliyyin yang hadir. Tak heran, karena sekretariat PCINU Mesir di wilayah Darosah ini (mohon maaf) berada di daerah pemukiman padat yang kumuh. Belum lagi, tempatnya lumayan jauh dari jalan raya bahkan untuk kesana harus memakai tuktuk (angkutan sejenis bajai).

“Lah bib ini uangnya darimana? mbangun sekretariat ini saja sudah mati-matian kita cari dananya” celetuk sebagian nahdliyyin dengan wajah ragu.

Habib Hilal mengatakan “Kalian mengembangkan NU jangan mau terhambat hanya karena kurang dana, gunakan akal kalian, susun gagasan dan ide di otak kalian karena itu lebih mahal daripada uang”. Para hadirin pun tertegun dengan nasehat habib Hilal. Diakhir diskusi, beliau menasehatkan “Kalian harus rajin mengirimkan kemajuan dan progres PCINU Mesir ke PBNU agar PBNU dapat selalu mengawasi dan membantu jalannya PCINU Mesir”.

Baca juga:  Tarim: Kota Seribu Wali sebagai Ibu Kota Kebudayaan Islam

Tanggal 25 November 2023, mulai siang sampai malam kita jalan-jalan santai keliling kota Kairo. Singkat cerita memang menemani perjalanan habibaini ini istimewa. Kami bertemu banyak tokoh penting, makan makanan enak nan lezat. Perut ini serasa dimanjakan dengan menu kuftah, ruzz mandi, dan kunafah (nama-nama masakan mesir) yng enak polll.  Malamnya kami ngopi santai di pelataran masjid Sayyidina Husain. Habib Ali terlihat sedang mencoba menghubungi bapak Mukhlashon Jalaluddin selaku syuriah PCINU Mesir. Rupanya beliau sedang berdiplomasi agar LAZIZNU PBNU dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina melalui Bait Zakat al-Misriyyah, lembaga zakat resmi negara Mesir. Malam itu, angan-angan melayang, dalam hati saya bergumam “paling ya seperti kemarin, menunggu di luar ruang kerja grand syeikh terus siangnya pulang ke hotel”.

Tanggal 26 November 2023, jam sembilan pagi kami sudah melaju gass banter melewati padatnya wilayah Downtown karena ada janji sowan Grand Syeikh Dr. Ahmad Thayyib di Masyikhah Azhar, kantor pusat al-Azhar di jam sepuluh pagi. Pagi itu kami ditemani beberapa jajaran petinggi PCINU Mesir diantaranya bapak Mukhlashon Jalaluddin dan bapak Faiz Husaini.

“Elit juga rupanya kita ini bersama tokoh-tokoh penting, padahal baju tiga hari belum ganti, style kayak baru pulang dari pasar” gumamku dalam hati.

Jantung ini rasa mau copot bagaimana tidak lha wong kita bukan hanya disuruh menunggu di ruang tunggu tapi juga diajak ketemu Dr. Ahmad Thayyib di ruangan kerja beliau. Gugup dan keringat basah menjulur di ketiak saya saat itu. “Selama negara Palestina masih terjajah Israel, PBNU tidak akan berhenti memperjuangkan hak kemerdekaan negara dan bangsa Palestina karena konstitusi negara Indonesia menyatakan demikian” ujar habib Hilal di hadapan Dr. Ahmad Thayyib. Diskusi pun berjalan sangat hangat dan berimbang bahkan ada sedikit harapan  beasiswa NU ke al-Azhar Mesir akan ditambah. Di akhir diskusi, Habib Ali Hasan al-Bahr dan Habib Hilal al-Aidid menyerahkan bantuan Rp. 5 Miliar untuk Palestina kepada Dr. Ahmad Thayyib selaku ketua Bait Zakat al-Misriyyah, lembaga zakat resmi negara Mesir.

Baca juga:  Kuliner Taiwan: Yang Halal dan Lezat di Restoran Hui

“Dek, diplomasi yang baik seperti ini jangan kita hanya mengemis tambahan kuota beasiswa ke Grand Syeikh itu diplomasi yang jelek. Kita ini juga punya nilai yang mahal di depan al-Azhar. Kita harus memberikan sumbangsih untuk al-Azhar terlebih dulu baru dari situ mereka tertarik dengan gagasan kita menambah kuota beasiswa NU” nasehat Habib Hilal yang akan selalu saya pegang.

Diantara pelajaran yang dapat saya tangkap dari beliau adalah :

  1. Kita harus selalu menyambung silaturahmi dengan kerabat dimanapun berada. Dalam masalah apapun, kerabat adalah orang terdekat yang peduli dengan kehidupan kita.
  2. Kita harus selalu berfikiran maju, jangan sampai kendala biaya membuat kita lemah. Ada seribu jalan menuju kota Roma, ada seribu solusi dalam setiap kendala.
  3. Kita harus berdiplomasi dengan baik, saling memberi, jangan hanya mau dilayani ataupun diberi oleh orang lain tanpa ada timbal balik dari diri kita kepada mereka.
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Scroll To Top