Sedang Membaca
Rambu-Rambu Bergaul Dengan Pemerintah Menurut Imam Al-Ghazali
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Rambu-Rambu Bergaul Dengan Pemerintah Menurut Imam Al-Ghazali

ghazali

Imam Al-Ghazali dalam karya besarnya Ihya’ Ulumuddin ( Juz, 2 Hlm. 179) memaparkan tentang perkara yang dihalalkan dan diharamkan bergaul dengan pemerintah. Dalam bab tersebut, dijelaskan juga tentang pergaulan para ulama dengan pemerintah, dan adab-adab mendatangi pemerintah.

Banyak para ulama yang mendatangi pemerintah dengan tujuan untuk menasehati dan untuk memberikan masukan ketika pemerintah menentukan suatu kebijakan. Dan ada pula para ulama yang mendatangi pemerintah dengan tujuan untuk mendapatkan harta benda, dan kedudukan.

Bergaulnya ulama dengan pemerintah bukan perkara yang dilarang, bahkan dianjurkan apabila untuk kemaslahatan umat. Pemerintah mempunyai otoritas tertinggi dalam menentukan suatu kebijakan. Apabila kebijakan pemerintah tampa masukan dari para ulama, maka adanya kebijakan terkadang merugikan rakyat, karena rakyat yang akan menjalankan kebijakan tersebut.

Di halaman selanjutnya, Imam Al-Ghazali menjalaskan terkait rambu-rambu atau petunjuk dan batasan bergaul dengan pemerintah. Beliau menegaskan:

اعلم أن ذلك مع الأمراء والعمال الظلمة ثلاثة أحوال:  الحالة الأولى، وهي شرها أن تدخل عليهم، والثانية، وهي دونها أن يدخلوا عليك،  والثالثة،  وهي الأسلم أن تعتزل عنهم فلا تراهم ولا يرونك

Ketahuilah bahwasanya bergaul akrab dengan pemerintah dan para pekerja yang  zalim ada tiga kondisi: Kondisi yang pertama dan ini adalah kondisi terburuk yaitu  mereka memasuki pergaulan pemerintah. Dan yang kedua, kondisi di bawahnya yaitu mereka mendatangimu. Dan yang ketiga dan inilah kondisi yang paling aman yaitu menjauhkan diri dari mereka, sehingga kamu tidak melihat mereka dan mereka tidak melihatmu.

Pergaulan terkadang memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kepribadian seseorang, berhati-hatilah dalam mencari teman, karena tabiat seseorang bisa di adopsi oleh orang yang menemaninya. Seseorang yang sering bergaul dengan pemerintah, akan melahirkan pribadi yang cinta akan kedudukan atau jabatan. Imam Al-Ghazali memberikan himbauan kepada kita, terkait bergaul dengan para penguasa atau pemerintah. Beliau membagi atas tiga bagian:

Baca juga:  Menari Bersama Kekasih (2): Mengilhami Syariat

Pertama, bergaul dengan pemerintah yang tercela dan dilarang. Pelarangan tersebut bukan tampa sebab, karena bisa jadi orang yang bergaul dengan pemerintah akan terkena fitnah, atau membenarkan kesalahan pemerintah yang telah berbuat zalim. Orang yang tau tentang kezaliman seseorang, dan ia tidak mempu untuk mencegahnya, maka ia tidak akan mendekati orang yang berbuat zalim. Orang-orang yang dekat dengan pemerintah terkadang diam dan mendukung terhadap kezaliman yang telah dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, bergaul dengan pemerintah tidak dianjurkan atau dilarang kalau tidak mampu untuk mencegah kezalimannya.

Kedua, pemerintah mendatangimu. Apabila pemerintah yang zalim datang kepadamu dengan mengucapkan salam, maka kamu harus menjawab salamnya. Dan kamu dianjurkan berdiri untuk menghormati kedatangannya, dan boleh tidak berdiri, untuk tidak menghormati, apabila kamu bertemu di tempat yang sepi, dengan tujuan untuk merendahkan orang yang berbuat zalim.

Dan ketika kamu bertemu dengan pemerintah yang zalim, kamu harus menesehatinya, sekiranya nasehatmu diterima dan tidak menyinggung perasaannya. Dan apabila kamu tau bahwa nasehatmu tidak akan diterima dan akan menyinggung perasaannya sebaiknya kamu tidak menasehatinya.

Ketiga, menjauhkan diri dari pemerintah sehingga kamu tidak melihat mereka dan mereka tidak melihatmu. Tidak akan selamat dari cengkraman kezaliman pemerintah yaitu, orang-orang yang yang dekat dan dikenal oleh pemerintah. Oleh karena itu, kamu harus membenci atas kezaliman pemerintah, tidak memuji tindakannya, tidak menanyakan kondisinya, dan tidak mendekati orang-orang yang berhubungan dengannya.

Baca juga:  Ngaji Suluk Sunan Muria (5): Pagerono Omahmu Kanthi Mangkok

Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top