Sedang Membaca
Hasan Al-Bashri: Ada Lima Golongan Manusia yang Mempunyai Pengaruh Besar
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Hasan Al-Bashri: Ada Lima Golongan Manusia yang Mempunyai Pengaruh Besar

Kisah Hikmah Ulama

Syeikh Afifuddin Abdullah bin As’ad al-Yafi’i dalam karyanya Raudl al-Rayahin Fi Hikayah al-Shalikhin (Juz,1 Hlm. 227) menuturkan bahwa, Hasan Al-Bashri pernah berfatwa tentang suatu masalah, namun fatwanya itu dikomentari oleh banyak orang, mereka berkata, “Fatwa Hasan Al-Bashri sangat beda dengan pendapat para ahli fikih” Mendengar hal itu, Hasan Al-Bashri mengungkapkan, “Celakalah kalian! Apakah kalian pernah melihat para ahli fikih? Orang yang ahli fikih itu adalah orang yang zuhud di dunia.”

Kemudian Hasan Al-Bashri membagi manusia menjadi lima bagian. Beliau menegaskan:

الناس فى هذه الدنيا على خمسة اصناف:  العلماء وهم ورثة الانبياء، والزهاد وهم الادلاء، والغزاة وهم اسياف الله تعالي،  والتجار وهم امناء الله عز وجل،  والملوك وهم رعاة الخلق

Manusia di dunia ini terbagi atas lima jenis (golongan) Ulama’ mereka adalah pewaris para Nabi, para pertapa, mereka adalah para petunjuk (jalan kebenaran)  pejuang mereka adalah pedang-pedang Allah SWT, para pedagang, mereka adalah orang-orang kepercayaan Allah Azza wa Jalla, para raja, mereka adalah para pengayom (penjaga) makhluk.

Ungkakapan Hasan Al-Bashri di atas, memberikan pemahaman bahwa, lima golongan tersebut pengaruhnya sangat besar dan dapat mengantarkan pada perubahan. Mereka adalah pablik figur yang dijadikan contoh atau panutan, karena sebagian dari mereka mempunyai otoritas yang sangat kuat:

Baca juga:  Metafora Ramadan dalam Surat Yusuf

Pertama, ulama, ia sebagai perawis Nabi, bukan sembarang orang bisa menyandang predikat sebagai ulama, karena verifikasinya sangat ketat, seorang ulama harus menguasahi berbagai disiplin ilmu agama. Oleh karena itu, ulama mempunyai otoritas tertinggi untuk memutuskan persoalan agama, dan juga sebagai panutan dalam berbagai hal. Apabila ulama tidak mempunyai sifat zuhud, dalam artian ia cinta akan kemewahan dan tamak terhadap harta benda, maka siapa yang pantas untuk dijadikan tauladan.

Kedua, zuhud, atau petapa, bila seorang petapa sudah senang akan gemerlapnya dunia, maka siapa yang akan memberi petunjuk untuk tidak tamak dan cinta kepada harta benda. Mereka menjadi tauladan untuk tidak cinta kepada kemewahan harta.

Ketiga, para pejuang atau tentara yang berperang, mereka berperang untuk meninggikan agama Allah, bila gugur, mereka mati syahid, dan pahalanya sangat besar. Akan tetapi bila mereka berperang tidak karena Allah, dalam artian riya’ atau karena ingin di puji, maka amal orang-orang yang riya’ tidak mendapatkan pahala.

Keempat, pedagang, mereka dapat mengontrol harga di pasaran, apabila mereka tidak jujur maka akan merugikan orang lain, profesi pedagang sangatlah mulya, karena Nabi Muhammad SAW, pernah berprofesi sebagai pedagang.  Pedagang yang jujur kelak di ahirat akan dikumpulkan bersama orang-orang sholeh.

Baca juga:  Kisah Syekh Abu Bakar bin Salim dan Perempuan yang Bernazar

Kelima, penguasa, kebijakan penguasa dapat dirasakan oleh rakyatkan, apabila penguasa bertindak sewenang-wenang pada rakyatnya, maka kehidupan rakyat akan menderita, seribu kepandaian dan gagasan akan kalah dengan satu tanda tangan penguasa untuk menentukan kebijakan. Oleh karena itu, pilihkan para pemimpin yang jejak rekamnya baik, demi meraih tatanan masarakat yang lebih maju dan lebih baik dalam berbangsa bernegara. Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top