“Gus Dur, kami mengerti Anda memimpin NU dan juga kami mengerti Anda tertarik Forum Demokrasi. Yang membuat kami prihatin adalah bahwa Anda harus melakukan keduanya ini. Kami pikir lebih baik bagi Anda untuk memilih salah satunya saja daripada mencoba untuk memimpin kedua ornop ini dan NU. Mengapa tak Anda pertimbangkan untuk mengundurkan diri?”
Demikian dikatakan Prabowo kepada Gus Dur, saya kutip di buku Gus Dur The Autohorized Biography of Abdurrahman Wahid karya Greg Barton.
Prabowo mengatakan itu atas perintah Presiden Suharto yang tak lain juga mertuanya. Peristiwa itu terjadi di bulan Maret 1992, tidak lama setelah Gus Dur sukses menggelar Rapat Akbar NU di Parkir Timur Senayan.
Saat itu, posisi kemiliteran Prabowo Subianto, jika menengok laman Wikipedia, sebagai kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 (Brigif Para Raider 17/Kujang I), yang bermarkas di Cijantung. Dia menduduki posisi itu sejak 1991, dengan pangkat letnan kolonel. Seniornya, Susolo Bambang Yudhoyono (lulus Akmil 1973. Prabowo 1974), tahun itu masih ditugaskan belajar di US Command and General Staff College (Fort Leavenwort), Kansas Amerika Serikat.
SBY sampai 1993 pun belum masuk Mabes, belum terkenal. Sepulang dari Amerika, pekerjaannya di tentara sebagai dosen di Seskoad Korspri Pangab.
Salah satu tugas penting Prabowo pada posisi itu adalah operasi pemburuan dan penangkapan Xanana Gusmao, salah satu tokoh pemimpin gerilyawan Fretilin. Tugasnya “luar biasa”, menangani dua “Gus” sekaligus: memburu Xanana Gusmao dan meminta Gus Dur mundur dari ketua umum PBNU.
Begitulah militer di zaman Orde Baru, begitulah gambaran “Dwi Fungsi ABRI” zaman rezim militer. Tidak hanya orang yang dianggap memberontak yang “ditangani” militer, tapi juga mengontrol oraganisasi ulama seperti NU ini.
Untung saja NU waktu itu dipimpin oleh Gus Dur, seorang yang memiliki keberanian 100%, selain ulama 100%, pinter 100%, independen 100%, dan sekaligus jenaka 100%.
Baca juga:
- Tahun 1990an, Hari-Hari Terberat Gus Dur
- 20 Tahun Pembantaian Guru Ngaji di Banyuwangi (1/2)
- Kisah Gus Dur dan Isu Sektarianisme Era Orba
Apa yang dikatakan Gus Dur untuk menjawab Prabowo?
“Saya akan dengan senang hati mengundurkan diri dari forum. Forum Demokrasi, nilai-nilainya, dan komitmennya untuk memajukan demokrasi lebih penting bagi saya daripada NU sendiri, dan mudah saja saya mengundurkan diri dari NU dan memusatkan perhatian pada Forum Demokrasi,” demikian yang sampaikan Gus Dur pada Prabowo, seperti yang ditulis Barton.
“Lupakan saja. Anda bisa tetap memipin dua organisasi ini. Jangan khawatir lagi,” Prabowo menjawab dengan pendek.
Greg Barton tanpa memberikan keterangan balasan Prabowo ini disampaikan melalui surat, telepon, atau bertemu langsung. Namun dia mengatakan jawaban Prabowo itu setelah beberapa hari Gus Dur memberikan jawaban.
Namun, Barton menilai, militer khawatir jika Gus Dur tiba-tiba meninggalkan NU. Mereka khawatir juga pengganti Gus Dur tidak terbuka, bisa diajak berdiskusi. Selain itu, Gus Dur juga orang yang selama ini aktif mendamaikan situasi sosial jika ada kerusuhan di daerah-daerah.
“Adalah suatu hal yang biasa bagi suatu kendaraan militer untuk mengunjungi rumah Gus Dur di Ciganjur pada tengah malam dan kemudian membawanya ke sebuah lapangan udara dan menerbangkannya ke Jawa Timur, Sumatra, atau tempat-tempat lainnya di mana terjadi kerusuhan agar ia dapat bernegosiasi dengan kelompok-kelompok masyarakat,” tulis Greg Barton.
Pihak militer memahami betul bahwa Gus Dur orang moderat, sangat menginginkan perubahan-perubahan dengan cara perdamaian.
Gus Dur memahami posisi dirinya yang sangat dibutuhkan pemerintah. Gus Dur tak menyia-nyiakannya. “Ini alat negosiasi untuk kebaikan,” mungkin begitu kata Gus Dur. Dan dari sini kita membaca, mengapa Gus Dur begitu percaya diri dan pantang mundur oleh gertakan atau ancaman macam apa pun.
Assalamualaikum KIta ini, sebagai muslim masih kurang mengenyam pengetahuan sejarah, tokoh-tokoh Ulama pejuang sebelum kemerdekaan dan pejuang kemerdekaan,para pendiri bangsa, tolong sajikan disini, di laman ini, agar kita mengenal dan tidak melupakannya.
Sangat baik