Sedang Membaca
Jatman dan Matan: Gerakan Tasawuf di Era Milenial
Fuad Efandi
Penulis Kolom

Pengajar di Pon-Pes Al-Ishlah Mataram Baru.

Jatman dan Matan: Gerakan Tasawuf di Era Milenial

habib luthfi

Era milenial adalah masa dimana perkembangan teknologi semakin lama semakin maju. Manusia dalam kehidupan dunia dituntut untuk hidup modern agar mampu bersaing ke kancah internasional. Namun, perkembangan teknologi menjadikan sebagian orang mengalami degradasi tata nilai, moral, sosial, politik, dan segala sesuatu yang menjurus pada penurunan martabat manusia.

Meskipun banyak dari masyarakat milenial masa kini yang dapat dengan mudah mencapai prestasi-prestasi dunia melalui teknologi, namun tidak jarang juga mereka merasa bahwa hatinya terasa gersang dan kering akibat terpaan angin kencang globalisasi dunia dan arogansi rasionalitas serta glorifikasi empirisme.

Dalam kasus ini para tokoh-tokoh agama seperti, ulama atau kyai telah menyiapkan langkah yang dinilai strategis untuk mengisi kegersangan dan kekeringan hati akibat tuntutan modernitas yang semakin lama semakin kuat, langkah yang ditempuh oleh para para ulama, yakni menanamkan ajaran-ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.

Tasawuf sendiri merujuk pada ajaran yang muncul sejak masa kenabian Nabi Muhammad SAW, namun pada masa itu gerakan tasawuf hanya berbentuk inti ajaran-ajarannya saja dan belum memiliki sebutan yang pasti. Barulah sekitar abad ke-2 Hijriyah gerakan tasawuf sudah menjadi bagian dari ajaran agama Islam.

Adapun tasawuf memiliki definisi yang sangat beragam, dari pengertian yang merujuk pada perilaku sahabat nabi yang tinggal di serambi-serambi masjid Nabawi yang kemudian disebut Suffah, dan pengertian yang merujuk pada kebiasaan para sahabat yang selalu menampilkan perangai yang sederhana dan selalu memakai kain wol sebagai pakaian yang kemudian disebut suf. Atas dasar itulah kemudian pelaku tasawuf disebut dengan sebutan suffi.

Inti ajaran tasawuf menurut Al-Ghazali adalah hablumminallah dan hablumminannas, yakni menjalin hubungan dengan Allah dan menjalin hubungan antar manusia. Jika kita mengamati para tokoh-tokoh tasawuf dunia, maka kita akan menemui bahwa kehidupan mereka sangat sederhana dan jauh dari kata mewah. Lantas bagaimana eksistensi dunia tasawuf di era milenial ini? Dimana pada kehidupan sekarang mayoritas masyarakat hidup dengan kemewahan.

Baca juga:  Ngaji Hikam: Bisakah Kita Menembus Tembok Takdir?

Meskipun perjalanan tasawuf di era milenial melalui sepak terjang yang sangat terjal, karena harus menghadapi kemajuan teknologi dan tuntutan modernitas yang sangat tinggi menjadikan dunia tasawuf agaknya sulit untuk berkembang. Namun, meskipun demikian eksitensi dunia tasawuf di era milenial tetap terjaga dan semakin lama juga semakin berkembang.

Perkembangan tersebut dapat kita temukan pada gerakan tasawuf yang mulai masuk dalam kehidupan masyarakat dan instansi pemerintahan seperti Jam’iyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdiyah yang disingkat JATMAN dan gerakan tasawuf yang masuk ke dalam perguruan tinggi seperti Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdiyah yang di singkat MATAN.

Kedua garakan tasawuf tersebut memiliki peranan penting dalam menjaga eksistensi dunia tasawuf di era milenial ini. JATMAN dan MATAN tidak menyempitkan pengertian bahwa seorang pelaku tasawuf atau seorang sufi harus hidup menyendiri (‘uzlah) atau harus memakai pakaian yang senada dengan para sufi di abad-abad sebelumnya.

Inti tasawuf yang diajarakan oleh JATMAN dan MATAN tersebut lebih mengarah ke gerakan akulturasi budaya masa kini dengan budaya para tokoh-tokoh sufi. Gerakan JATMAN dan MATAN juga menjelaskan bahwa semua masyarakat, seperti para pejabat, tokoh politik, pebisnis, dan para aktivis-aktivis muda seperti mahasiswa juga dapat menempuh jalan tasawuf.

Baca juga:  ‘Isyq, ‘Asyiq, dan Ma’syuq dalam Kitab Karya Kiai Madura

Pengertian yang dijelaskan oleh gerakat JATMAN dan MATAN bukan tanpa dasar. Bahwa semua masyarakat dapat menempuh jalan tasawuf merujuk pada pendapat Imam Ghazali yang terdapat dalam kitab Ayyuhal walad, yakni:

ثمّ اعلم أن التصوف له خصلتان الاستقامة مع الله تعالى والسكون عن الخلق, فمن استقام مع الله عز و جل وأحسن خلقه بالناس وعاملهم بالحلم فهو صوفي

Artinya:”Ketahuilah bahwa tasawuf memiliki dua pilar, yaitu istiqamah berama Allah dan harmonis dengan makhluknya. Dengan demikian barangsiapa beristiqamah bersama Allah swt, berakhlak baik kepada orang lain, dan bergaul dengan santun, maka ia adalah sufi”

Mengamati gerakan tasawuf dan ajaran tasawuf yang dilakuhkan oleh JATMAN dan MATAN di atas menjadikan kita mengerti, bahwa meskipun tantangan globalisasi saat ini semakin kuat, namun eksistensi dunia tasawuf di era milenial masih terjaga hingga sekarang.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top