Sedang Membaca
Kisah Ali bin Abi Thalib Mengutangi Allah  
Ferry Fitrianto
Penulis Kolom

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakata Jurusan Sosiologi Agama. Hobi membaca dan menulis  

Kisah Ali bin Abi Thalib Mengutangi Allah  

Images

Dalam kitab ‘Usfuriyah diceritakan, suatu ketika Ali bertanya pada istrinya, Fatimah, ‘’Wahai istriku, apakah kamu memiliki makanan untuk diberikan kepadaku?”

Fatimah pun menjawab, ‘’Demi Allah suamiku, aku tidak memiliki makanan sedikit pun untukmu, kecuali enam keping dirham yang diberikan oleh Salman kepadaku, sebagai upah memintal bulu. Itu akan aku gunakan untuk membeli makanan untuk kedua putra kita, Hasan dan Husein”.

Kemudian Ali berkata pada istrinya, ‘’Wahai Fatimah istriku, berikanlah uang enam dirham itu kepadaku”. Fatimah pun menyerahkan uang enam dirham tersebut kepada Ali.

Lalu Ali keluar dan membeli makanan. Namun di tengah perjalanan tak disangka dia bertemu dengan seorang lelaki tua yang berkata pada Ali. “Siapa yang mau mengutangi Allah?”

Ali mendekati lelaki tua itu dan memberikan uang enam dirhamnya. Ali pulang dalam keadaan tangan kosong, tidak membawa makanan sedikit pun sembari menangis.

Sesampainya di rumah Ali mendapati Fatimah sedang menangis, kemudian Ali bertanya dengan rasa penasaran, ‘’Wahai istriku mengapa kamu menangis?”

“Bagaimana aku tidak menangis melihatmu pulang tidak membawa makanan sedikitpun,” jawab Fatimah.

Ali mendekati istrinya kemudian menceritakan bahwa saat di perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua yang berkata: Siapa yang mau mengutangi Allah? dan ia memberikan uang enam dirham yang ada di sakunya.

Baca juga:  Idul Fitri ala Sayidina Ali bin Abi Thalib

Maka mendengar cerita Ali tersebut Fatimah kemudian berkata “Engkau benar-benar ditolong Allah.”

Ali kembali keluar dari rumah dengan tujuan menemui mertuanya, yaitu Rasulullah saw. Namun di tengah jalan Ali bertemu dengan seorang Arab Badui yang sedang menuntun seekor unta.

Ali mendekatinya dan Badui itu berkata pada Ali, “Hai ayah Hasan, belilah unta milikku ini.”

Ali mengatakan bahwa dia tidak punya uang. Badui itu menawarkan kepada Ali untuk menjualkannya dan nanti bagi hasil. Ali menyanggupi dan bertanya tentang harga jualnya.

Badui itu menjawab seratus dirham. Kemudian Ali pergi meninggalkan Badui itu dengan menuntun unta.

Singkat cerita, di tengah perjalanan Ali bertemu dengan seorang Badui lain dan berkata, “Wahai Ali apakah engkau akan menjual unta ini?” Ali menjawabnya “Ya. Aku jual unta ini.”

Badui itu berkata, “Kalau demikian aku beli unta ini dengan harga tiga ratus dirham tunai”. Tanpa berpikir panjang Ali menyerahkan unta itu padanya.

Ali pun pulang. Ketika melihat Ali, Fatimah tersenyum dan bertanya “Apa ini wahai suamiku?” Dengan rasa penasaran Fatimah memandangi kantung yang dibawa Ali.

Ali menjawab pertanyaan istrinya dengan wajah yang gembira. “Wahai istriku, aku bertemu seorang Arab Badui dia memintaku menjualkan unta miliknya, dia meminta unta itu dijual dengan harga seratus dirham dan akupun menjual unta itu dengan harga tiga ratus dirham kontan”.

Baca juga:  Kisah Hikmah Klasik (23): Taubatnya Ibrahim Al-Harawi di Tangan Abu Yazid Al-Busthami

Fatimah berkata ‘’Engkau benar-benar ditolong Allah wahai suamiku.” Kemudian Ali menyerahkan sekantung uang dirham itu kepada Fatimah. Ali keluar untuk menemui Rasulullah saw guna menceritakan apa yang baru saja dia alami.

Rasulullah tersenyum saat melihat Ali di pintu rumahnya. Ali lalu mengucapkan salam. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Wahai Ali engkau datang kemari akan mengabarkan aku sesuatu atau aku yang akan memberi kabar kepadamu?”

Ali menjawab “Wahai Rasulullah, sebaiknya engkau beri aku kabar itu terlebih dahulu.” 

“Wahai Ali ketahuilah apakah engkau tadi berjumpa dengan seorang Arab Badui yang memintamu menjualkan untanya lalu ada seorang Badui lain membeli unta itu?”

Ali berkata bahwa Allah dan Rasul tentu lebih tau. Rasulullah kemudian bersabda bahwa ia dan berbahagia dan bahwa sahabat Ali sungguh merupakan orang yang beruntung.

“Beruntung, wahai Ali. Kamu telah mengutangi Allah enam dirham, maka Allah memberikanmu tiga ratus dirham sebagai ganti uang enam dirham yang kamu berikan pada lelaki tua. Allah melipat gandakan dirham itu untukmu.

Dan perlu kamu ketahui wahai Ali bahwa seorang Badui pertama yang mendatangimu adalah malaikat Jibril sedangkan Badui kedua adalah malaikat Mikail.”

Dari kisah Ali kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran agar selalu bersikap dermawan kepada siapapun meski kondisi kita sedang membutuhkan.

Baca juga:  Khidir Menepis Arogansi Seorang Musa

Selain itu, kita diajarkan untuk selalu bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah Swt. Kita harus yakin bahwa Allah Swt. akan memberikan pertolongan.

Kemiskinan seseorang bukan berarti membuatnya menjadi gelap mata dan menghalalkan segala cara. Semangat Ali sebagai suami dalam menafkahi istri patut menjadi teladan.

Marilah kita selalu bersikap dermawan kepada siapa saja karena kita pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah Swt.

Sebaliknya, bila bersikap kikir dan pelit maka Allah akan membuatnya merugi, juga dapat menyesal di kemudian hari. (MAAL) 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top