Sedang Membaca
Tiga Dimensi Sufisme Menurut Jalaluddin Rumi
Bushiri
Penulis Kolom

Santri di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Penikmat kajian-kajian Islam.

Tiga Dimensi Sufisme Menurut Jalaluddin Rumi

Darwish

Di dunia spiritual, menggapai Ma’rifat Billah bukanlah hal yang mudah. Hanya orang-orang tertentu yang bisa sampai pada maqam tersebut tanpa melalui tahapan terlebih dahulu. Dalam Hal ini, Jalaluddin Rumi menyampaikan bahwa sufisme memiliki tiga dimensi yang harus dilewati seorang salik untuk mencapai makrifat Billah. Tiga dimensi tersebut iyalah; Pertama, Syariat. Kedua, Thariqhot. Ketiga, Ma’rifat atau Hakikat.

Syariat menurut Jalaluddin Rumi tak ubahnya seperti pelita. Jika kau ingin sampai kesebrang jalan yang disesaki kabut, maka kau butuh lentera untuk membantu sampai ke sana. Dalam dunia sufisme pun demikian, jalan menuju ma’rifat Billah bukan hal yang mudah. Terbukti banyak orang-orang yang menapaki jalan sufisme menjadi sesat jika tidak disertai dengan syariat.

Puisi Jalaluddin Rumi mengatakan.

Syariat ibarat pelita; ia menerangi jalan. Tanpa pelita kalian tak dapat berjalan.

Ini menunjukkan bahwa menuju ma’rifat bukan soal bisa berjalan atau tidaknya. Lebih dari itu, ini soal selamat dari kesesatan atau tidak. Berjalan dikegelapan tanpa pelita adalah suatu hal yang mungkin, tapi tak menjamin akan selamat.

Setelah manapaki jalan yang terjang dengan membawa pelita atau lentera, maka dalam situasi ini seorang salik sudah masuk pada dimensi Thariqah.

Mana kala seseorang telah memasuki thariqoh, ia akan mengalami transformasi batin yang membawanya pada penyempurnaan rohani. Dia akan mendaki tebing-tebing curam, memanjat menuju langit. Pendakian Thariqhoh akan mengubah tembaga menjadi emas murni bahkan mutiara.

Baca juga:  Ngaji Rumi: Bahasa dan Kegagalan Komunikasi

Dalam kesempatan lain, Jalaluddin Rumi mengibaratkan Syariat sebagai Ilmu, Thariqhot sebagai pengamalan ilmu, dan Ma’rifat sebagai pencapaian Tuhan. Atau teori, praktek, dan kesadaran spiritual. Syariat, Yang diungkapkan dengan “Ilmu” oleh Jalaluddin Rumi, meletakkan manusia dalam tata kosa keseimbangan sesuai dengan kodrat dan seluruh tanggung jawab kemanusiaan.

Syariat adalah Ilmu, Thariqhoh adalah amal dan Hakikat mencapai Tunah.

Dalam puisinya yang lain, Jalaluddin Rumi mengatakan.

Syariat ibarat Ilmu tentang obat. Thariqhot adalah pengobatan. Dan Hakikat adalah kesehatan yang tak memerlukan keduanya.

Rumi mencoba menjelaskan bahwa tiga dimensi tersebut meruapakan syarat untuk mencapai maqam ma’rifat. Sebab, secara umum untuk sembuh, orang sakit butuh pada obat dan pengbatan. Tanpa keduanya, tak menjamin dia bisa sehat. Berbeda dengan orang yang sudah sehat, mereka tak lagi membutuh keduanya karena kesehatan sudah terwujud. Oleh karena itu, tak heran jika ada sebagian para wali yang ditarik langsung oleh Allah sampai pada maqam ma’rifat. Mereka sudah mendapatkan kesehatan rohani sehingga tidak membutuhkan obat serta pengobatan.

Dalam konteks Ilmu dan Amal, kaum sufi menekankan unsur ketiga, yakni kesadaran spiritual. Kesadaran spiritual merupakan tahapan pendakian menuju kesempurnaan diri yang menghasilkan kedekatan dengan Tuhan. Untuk samapai pada tingkat Hakikat tidaklah mudah. Tiga ajaran sufi diatas harus terintegrasikan ke dalam rohani dari perjalanan yang sedang ditempuh oleh seorang sufi.

Baca juga:  Modern yang Lesu dan Perlunya Spiritualitas

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top