Sedang Membaca
Tentang Guru Sekumpul: Haul dan Cinta

Penulis adalah redaktur pelaksana Alif.id. Bisa disapa melalui akun twitter @autad.

Tentang Guru Sekumpul: Haul dan Cinta

guru sekumpul

Saya masih merekam memori itu. Saat pertama kali melihat sosok Guru Sekumpul (K.H. Zaini bin Abdul Ghani) adalah saat saya masih kuliah di UIN Walisongo Semarang. Kebetulan ada teman saya, Aziz namanya, yang suka dengan salawatan, kemudian mengunduh video Khobbiri Guru Ijai atau Guru Sekumpul.

Saya menikmati salawat Khobbiri. “Khobbirii khobbirii khobbirii.. yaa nusaimaa ‘an mughroom syadii wal haan.. haaan..haaan…haaan..

Indah sekali suara beliau dan sangat khas. Bila orang mendengarnya pasti langsung berujar, “wah ini pasti Guru Ijai”.

Saat itu saya tidak menyadari, kalau ternyata beliau sudah berpulang.

Sore kemarin saya melihat tayangan berita di televisi tentang Haul Guru Sekumpul, pada 5 Rajab 1446 H. Ramai, bahkan diperkirakan hingga jutaan orang yang menghadirinya. Ada dapur umum yang menyediakan makanan yang kemudian dibagikan secara gratis. Bahkan ada posko kios tambal ban gratis yang dipertuntukkan kepada jamaah yang hadir.

Semua itu untuk menghormati haul Guru Sekumpul yang wafat pada 2005. Saya pun melihat postingan teman saya, Habib Husein Ja’far Al-Hadar, beliau beruntung bisa hormat di sana. Walaupun hanya bisa menembus hingga sekitar 1 kilometer dari makam Guru Sekumpul dengan jalan kaki sekitar 4 kilometer. Kisahnya.

Pasti banyak orang yang senasib dengan Habib Husein, berjalan kaki berkilo-kilo meter. Duduk, bersinggah di rumah-rumah warga yang tidak dikenalnya. Dan warga yang disinggahi pun senang, menyambutnya dengan penuh kehangatan kepada para tamu Guru Sekumpul.

Baca juga:  Ketika Ki Bagus Hadikusumo Mengalah Demi NKRI

Begitulah kehidupan masyarakat Indonesia. Senang berbagi. Apalagi tentang sosok yang dikaguminya.

Ada logika sederhana yang disampaikan oleh Habib Husein di akun instagramnya, “kami semua bergerak karena “cinta”. Cinta pada Guru Sekumpul yang mengajarkan cinta pada Nabi Muhammad melalui majlis Maulid Nabi. Karenanya Haul Guru Sekumpul menjadi “Lautan Cinta”. Yang datang dengan cinta, dan yang menyambut juga penuh cinta. Begitulah memang cinta, ia punya “tarikan” yang sangat kuat ke titik utama dari manusia, yaitu hati”.

Rata-rata, ketika saya mengamati di acara-acara seperti haul para kiai atau ulama, yang datang selalu tumpah ruah. Ihwal itu tak lain karena semasa hidupnya—hemat saya, karena beliau merahmati orang-orang di sekitarnya. Semuanya dirangkul. Tanpa terkecuali.

Sepertihalnya Gus Dur. Keluarga Gus Dur selalu mengadakan acara haul di Ciganjur setiap bulan Desember. Namun yang mengadakan acara serupa (bukan dari keluarga) bisa di bulan Januari, Februari, dan seterusnya, demi mengenang kesalihan beliau.

Begitulah haul, tentang kerinduan, merayakan kematian dengan meneladani pemikiran dan uswah yang dihauli. Bahkan ketika saya membaca tulisan di Alif.id, Magnet Guru Sekumpul dan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, saya mendapatkan quotes menarik dari Guru Sekumpul.

Janganlah kamu merasa lebih baik, bahkan ketika berhadapan dengan non-muslim.

Pernyataan ini bagi saya sebagai bahan refleksi, bahwa kepada siapa pun kita tak perlu merasa lebih baik, atau paling baik dari liyan. Karena yang demikian ini bisa melahirkan rasa sombong. Sementara Allah membenci orang-orang yang memiliki sifat sombong.

Baca juga:  Ulama yang Wafat dalam Keadaan Sujud (1): Abu Hanifah, Pendiri Mazhab Hanafiyah

Nabi pernah bersabda, bahwa Allah tidak melihat harta dan rupa kita, tetapi yang dilihat-Nya adalah hati dan amal baik kita selama kita hidup di dunia.

Wajah Islam Indonesia

Haul kemarin adalah yang ke-20. Yang hadir tiap tahun selalu konsisten: membludak, bahkan diprediksi selalu bertambah, penuh. Hal itu bisa dilihat dari video drone yang begitu menyemut lautan manusia.

Hipotesis saya, seorang ulama atau pemimpin yang dicintai rakyatnya karena memiliki keteladanan mulia sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Saw. Nabi Muhammad adalah uswah yang tidak sekadar teori. Saat beliau hidup, rasa cintanya dimanisfestikan kepada siapapun: tentang perangainya, cara dakwahnya, dan kedekatannya dengan para sahabat.

Bagi yang menghadiri Haul Guru Sekumpul, tak lain adalah untuk tabarrukan, ngalap berkah, supaya bisa keluberan kebaikan-kebaikan beliau untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari—sebagaimana yang diajarkan oleh nabi.

Saya selalu meyakini, apa yang kita tanam saat ini akan kita tuai besok. Jutaan orang yang hadir di Haul Guru Sekumpul tak lain dari apa yang telah ditanam oleh beliau. Semoga kita bisa meneladaninya. Aamiin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top