Sedang Membaca
Tarekat Virtual: Jalan Alternatif Menuju Tuhan dari Syaikh Nur Samad Kamba
Ahmad Muzammil
Penulis Kolom

Menyelesaikan pendidikan strata 1 jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir. Bergelut di organisasi literasi, Lembaga Pers Mahasiswa Pelopor Institut Keislaman Abdullah Faqih dan Pengajar ekstra kulikuler Jurnalistik di Pon.Pes. Ibrahimi Gresik. Facebook: Ahmad Muzammil. Sekaraang Berdomisili di Gresik.

Tarekat Virtual: Jalan Alternatif Menuju Tuhan dari Syaikh Nur Samad Kamba

Syaikh Nur Samad Kamba

“Jika kau tak mampu menjadi sufi, minimal kau berupaya untuk meneladaninya.”

 Syaikh Nur Samad Kamba, Kids Zaman Now Menemukan Kembali Islam

Sepanjang perjalanan manusia dalam mengarungi lautan kehidupan, mereka bertemu dengan Tuhan dalam dua konsepsi atau perjumpaan. Tuhan hadir sebagai misteri yang menggetarkan (mysterium tremendum) dan Tuhan hadir sebagai misteri yang memesonakan (mysterium fascinans). Selama perjalanan dari lahir (maskumambang, istilah jawanya) sampai ruh terlepas nanti (megatruh) dalam adagium jawa perjalanan hidup dikenal dengan sangkan paraning dumadi. Sangkan (soko ngendi, darimana), paraning (parane ngendi, menuju ke mana), dumadi (wes tutuk ngendi, sudah sampai mana sekarang). Perihal dumadi ada juga yang memaknainya dengan sejak masa penciptaan atau kejadian, berawal dari akar kata dadi menjadi dumadi.

Konsepsi Tuhan yang menggetarkan dan memesonakan bisa dibilang modifikasi ulang dari konsep tarekat dalam tradisi tasawuf yakni khouf dan roja‘ dan syauq dan hub. Beberapa pengamal memiliki perbedaan penekanan, ada yang lebih menekankan sisi khouf atau roja’ (mysterium tremendum, rasa takut kepada Tuhan), adapula yang lebih menekankan sisi syauq (penuh kerinduan kepada Tuhan) atau hub (penuh kecintaan pada Tuhan, mysterium fascinans).

Keduanya samasama memiliki nilai penting. Penekanan pada aspek khouf dimaksudkan atau bertujuan supaya tidak mudah tergelincir pada lembah kemaksiatan dan tidak mudah pula menyepelekan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan. Pejalan, dalam istilah tarekat dikenal dengan istilah salik (penempuh jalan menuju Tuhan), lebih hati-hati dalam mengarungi kehidupan di dunia. Sedangkan penekanan sisi roja‘ menumbuhkan pengharapan penuh kepada Tuhan hingga tidak ada ruang lagi untuk berputus asa. Dan kita tahu, berputus asa dilarang Tuhan.

Baca juga:  Jejak Tasawuf (4): Masa Tasawuf Sunni dan Falsafi

Demikian juga penekanan pada dimensi syauq atau hub diharapkan hati seorang salik meluap-luap penuh kerinduan dan cinta kepada Tuhan, Pencipta Alam Semesta. Dimensi syauq dan hub juga memengaruhi perbuatan si salik, ringan penuh semangat sekaligus senang menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Adalah cinta dan rindu pula yang menjadikan seorang pejalan menggemakan nama kekasihnya. Setiap detik. Setiap jam. Berabad-abad.

Kedua konsepsi di atas sering dikaji dan diteliti secara mendalam oleh intelektual akademik. Tidak jarang pula diajarkan, dinasehatkan, dalam lembaga tarekat formal. Baik melalui mengaji kitab atau ceramah-ceramah. Sedangkan seorang pejalan yang bergabung di lembaga tarekat formal atau tarekat ordo berusaha sekuat tenaga dan kemampuan untuk mencapai tingkatan (maqam) khuf dan raja‘ atau syauq dan hub.

Muncul pertanyaan; “Lalu bagaimana dengan orang pada umumnya yang tidak sempat atau bahkan tidak dapat, bergabung dalam lembaga tarekat tertentu? Apakah mereka juga bisa mencapai kedudukan tersebut tanpa bergabung dengan lembaga tarekat? Syaikh Nur Samad Kamba menawarkan jawabannya.

Namanya Tarekat Virtual

Beberapa hari lampau, saya mencoba menelusuri mesin pencari dengan menuliskan term tarekat virtual, hasilnya mengherankan. Kirakira hanya satu tulisan yang mengulik tarekat virtual secara lumayan lengkap. Tulisan berupa artikel milik Hilmi Musthofa itu ada di jurnal UINSUKA. Hilmi Musthofa sendiri adalah jamaah maiyah, bila ia kemudian tertarik dengan gagasan salah satu marja’ maiyah, yakni Syaikh Nur Samad Kamba adalah kewajaran. Selain ditunjang faktor luar berupa kehidupan akademik yang memang konsern kajian atau penelitiannya adalah tentang pemikiran, wacana atau gagasan.

Baca juga:  Ngaji Hikam: Usaha Penting, Tetapi Bukan Segala-galanya

Alasan saya, lebih tepatnya faktor yang mendorong saya mencari term tarekat virtual di mesin pencari karena buku yang membahas tema ini tidak ada di genggaman. Sedang pikiran tengah mengembarai gagasan Syaikh Kamba dan ingin menuliskannya. Dalam buku Kids Zaman Now Menemukan Kembali Islam lah Syaikh Kamba menerangkan detail konsep tarekat virtual.

Adagium “Jika kau tak mampu menjadi sufi, minimal kauberupaya untuk meneladaninya.” Sangat dikenal dalam tradisi tasawuf. Titik pijakan tarekat virtual ada pada adagium tersebut. Tarekat virtual merupakan alternatif zaman now. Artinya, orang-orang yang tidak sempat masuk dan bergabung dalam tarekat formal bisa menempuh laku seperti apa yang dilakukan oleh para sufi. Sepanjang dalam diri seseorang ada keterbukaan menerima ajaran dari para sufi, bisa berupa mengamalkan wirid atau dzikir tertentu dari mursyid atau guru tertentu. Tarekat virtual sangat dimungkinkan.

Syaikh Kamba mengungkapkan: “Inilah basis pemikiran tarekat ‘virtual’, kegiatan yang mendorong semua orang melakukan perjalanan menuju Allah tanpa harus berbaiat kepada mursyid tertentu, atau mengikatkan diri pada organisasi tarekat secara formal.”

Cara tempuh mencapai maqamat (kedudukan) tertentu dan ahwal (keadaan) tertentu di hadapan Tuhan dalam tarekat virtual dilalui dengan mengamalkan wirid atau zikir tertentu sembari melakukan muraqabah (mengawasi perilaku sendiri) dan muhasabah (menghitung amal perbuatan selama sehari penuh), introspeksi diri.

Baca juga:  Melihat Perdebatan Tasawuf dan Pemikiran Para Akademisi

Bagi Syaikh Kamba, maqamat dan ahwal bukanlah doktrin yang terstruktur secara sistematis. Bandingkan pemahaman ini dengan pengajaran dalam tradisi tasawuf, terlebih yang mengacu kepada Imam al-Ghazali dalam kitab Nashoihul ‘Ibad yang merinci atau menstrukturkan tingkatan hamba dalam menempuh perjalanan menuju Tuhan, yang dimulai dari tobat sampai makrifat. Bertingkat dan bertahap proses tempuhnya.

Melainkan, posisi aktual (kesekarangan) hamba dalam keintimannya dengan Tuhan. Seseorang dapat merasakan bagaimana posisinya di hadapan Tuhan pada saat ia sadar akan kehadiran Tuhan pada setiap ruang dan waktu. oh, ternyata saya telah melakukan kesalahan, maka aku harus bertobat sebab ini di larang oleh Tuhan. Keadaan semacam ini bisa dikatakan atau mendudukan diri sendiri dalam maqam tobat.

Misalkan pula, suasana hati bahagia mengantarkan seseorang untuk bersukur, maka bisa dinamai maqam sukur. Begitu juga sebaliknya, hati yang sedih sebab tertimpa musibah mengantarkan hamba untuk bersabar, maka disebut maqam sabar. Begitu seterusnya.

Maqam-maqam yang diuraikan para sufi sebagai manifestasi perjalanan menuju Allah seperti zuhud, tawakkal, rida, dimulai dari hati saat menyadari kehadiran Ilahi.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top