Lahir di Birmingham, 31 Maret 2000. Sekarang sedang menempuh pendidikan Bahasa Arab dan Terjemah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Menyingkap di Balik Kuatnya Militer Turki Utsmani

Whatsapp Image 2020 03 12 At 8.56.27 Am

Ruang persenjataan atau yang biasa disebut sebagai “qo’ah aslihah” adalah salah satu tempat yang selalu menarik perhatian pengunjung di kebanyakan museum, begitu juga di Museum Kesenian Islam yang berada di Kairo, tersimpan di dalamnya ratusan senjata dan atribut peperangan yang dipakai dahulu oleh pasukan muslim. Yang membuat saya takjub adalah kebanyakan koleksi persenjataan itu didominasi oleh Dinasti Turki Utsmani atau biasa disebut dengan Ottoman, dalam ejaan barat.

Berbagai macam bentuk senjata yang apik dan mungkin terbilang unik, mulai dari pistol, pedang, ataupun atribut untuk kuda perang yang sangat diperhatikan dengan teliti dan mendetail. lantas hal ini membuat saya ingin mengulik lebih dalam, sebenarnya apa yang ada di balik kekuatan militer Turki Utsmani?

Sebagaimana kita ketahui bahwa Kerajaan Turki Utsmani didirikan pada tahun 1299 oleh Utsman Ghazi atau biasa dipanggil dengan sebutan Osmancık (sighoh tashgir dalam bahasa Turki) ataupun Kara yang bermakna hitam karena rambut dan alisnya yang tebal dan hitam. Sedari awal didirikan, Turki Utsmani memang sudah menunjukkan kekuatan militernya yang luar biasa, ditandai dengan keberhasilan Utsman Ghazi dalam mempertahankan wilayahnya di saat Dinasti Saljuk yang saat itu diserang oleh bangsa Mongol dan menyebabkan Sultan Saljuk terbunuh, dan yang pada akhirnya diproklamirkanlah nama Turki Utsmani untuk pertama kalinya.

Baca juga:  Musik Ellya Khadam “Merangsang” Renungan

Awalnya Turki Utsmani hanyalah sebuah kerajaan dengan wilayah yang kecil, tapi karena Turki Utsmani terfokus pada “Futuhat” atau penaklukkan, maka wilayah kekuasaannya pun berkembang dengan sangat pesat, dan melintang luas di penjuru daratan Eropa, Afrika, maupun Asia.

Angkatan militer pertama Turki Utsmani terdiri dari anggota suku di perbukitan Anatolia barat, tetapi seiring berjalannya waktu dan meluasnya wilayah kekuasaan, sistem militer Turki Utsmani menjadi kompleks dan bisa dibilang rumit tapi terorganisir, seperti yang dilakukan oleh Sultan Orkhan selepas kematian ayahnya yaitu Osman I. Dia membagi pasukan militer menjadi beberapa bagian dan juga menjadikan tentara Islam untuk pertama kalinya masuk Eropa, di antara pasukan militer itu adalah adalah Yanissari atau Janissary. Mereka dibentuk dari pimpinan-pimpinan dan komandan Romawi yang masuk Islam. Bisa dibilang mereka adalah pasukan khusus ataupun pengawal Sultan, lalu ada juga Sipahi, Akıncı, dan Mehterân.

Turki Utsmani juga sangat memberikan perhatian dalam bidang persenjataan dan terus melakukan pengembangan di dalamnya. Sebut saja persenjataan yang unik dan asing bagi kita seperti senapan bermata delapan, pistol bermata pisau, atupun “The Great Bombard”, meriam yang mampu menembus tebalnya tembok Konstantinopel.

Memang sudah sepantasnya Turki Utsmani memiliki kekuatan militer dan persenjataan yang kuat, karena mereka adalah salah satu kerajaan terkuat pada zamannya. Dan juga mereka telah menyandang gelar sebaik-baiknya pasukan dan sebaik-baiknya pemimpin seperti yang telah Rasulullah ramalkan dalam hadisnya. Mereka memiliki kegigihan dalam menaklukkan Konstantinopel di bawah pimpinan Sultan Muhammad al-Fatih (Mehmed II) pada tahun 1453 H.

Baca juga:  Mengenal Sultan Murad IV, Raja Termuda Kedua Sepanjang Sejarah 

Sejarah memang selalu saja menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan, bak seorang anak yang sedang belajar berjalan, semakin ia terjatuh, semakin ia penasaran dan mencari cara untuk berjalan. Begitu juga dengan sejarah, acap kali membuat kita bertanya-tanya dan takjub “kok bisa?” “ah ga mungkin” bahkan terkadang membuat kita berpikir bahwa kita lah yang seolah-olah berada di zaman lampau dan mereka lah (orang terdahulu) yang ada di masa depan. Contohnya saja Piramida, bahkan ilmuwan mutakhir saat ini pun masih takjub dengan perhitungan yang digunakan oleh orang Mesir kuno dalam membangun Piramida, juga bagaimana mereka memindahkan ratusan ribu bongkahan batu ke satu tempat yang satu batunya saja harus diangkut oleh beberapa orang dewasa, sungguh sulit untuk bisa dipercaya akal kita saat ini.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip perkataan Gamal al-Ghitani, seorang  sejarawan dari Mesir dalam kitabnya Muntaha at-Tholab Ila at-Turatsi al-‘Arobi:

“إني من المؤمنين أنّ كلمة “لا” لا محل لها في التاريخ، فما حدث حدث وما جرى جرى”

“Saya adalah orang yang percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam sejarah, apa yang sudah terjadi maka itu memang terjadi”

Sumber bacaan:

– Kitab Salathin ad-Daulah al-‘Utsmaniyyah karangan Sholih Kaulan
-Muntaha at-Tholab Ila at-Turatsi al-‘Arobi karangan Gamal al-Ghitani

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Scroll To Top