Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hidup ini penuh dengan ujian dan tantangan, maka bekal terbaiknya adalah takwa. Karena itu, mari kita jadikan takwa sebagai kompas dalam setiap langkah kita, yang menuntun kita supaya selamat dunia akhirat. Allah telah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 102: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Di bulan Rabi'ul Awal ini, di mana-mana, terutama di Indonesia, umat Islam mengadakan peringatan maulid nabi. Di Jawa atau di daerah pantura terkenal dengan istilah Muludan, di Gowa Sulawesi, disebut dengan Maudu Lompoa, di Banjar-Kalimantan Selatan, namanya Baayun Mulud, di Banyuwangi, perayaannya disebut Endhog-endhogan. Ada banyak istilah lain di nusantara ini untuk mewujudkan atau mengekspresikan kecintaan kepada Nabi Saw.
Namun pertanyaan, apa benar Nabi Muhammad telah menjadi sosok yang paling kita cintai di dunia ini? Apakah benar Nabi Muhammad sebagai figur pertama yang kita teladani? Seberapa besar kita menjadikan nabi sebagai role model, panutan, dalam perilaku kita sehari-hari. Tentu yang bisa menjawab adalah kita sendiri. Yang jelas, Nabi Muhammad menjadi mulia karena akhlak beliau.
Allah sendiri memuji akhlak beliau dalam QS. Al-Qalam: 4: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung."
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di depan kita yang menyangkut kehidupan kita sehari hari dalam hal meneladani nabi: "Sudahkah kita memenuhi hak istri dan anak-anak kita, seperti Nabi yang selalu bertanggungjawab terhadap keluarganya?”, “Sudahkah kita berbuat baik kepada tetangga kita, seperti Nabi yang wajahnya selalu ramah penuh kedamaian?”.
“Sudahkah kita menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama, seperti sabda Nabi: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ, “Sudahkah kita menahan amarah ketika disakiti, sebagaimana Nabi mendoakan orang yang menghina beliau?” “Sudahkah kita jujur dalam berdagang, dalam bekerja, dalam setiap amanah, seperti Nabi yang dijuluki al-Amin, orang yang terpercaya?”
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Oleh sebab itu, kalau kita mengaku cinta Nabi Muhammad Saw, maka ukurannya bukan banyaknya shalawat saja, tapi sejauh mana kita meniru akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, mari kita jadikan momentum Rabi'ul Awal ini sebagai cermin. Apakah akhlak Nabi sudah ada dalam diri kita atau belum?
Setiap nafas kita selalu berdoa semoga kita selalu mendapatkan petunjuk untuk terus memperbaiki diri, karena mencintai Nabi bukan hanya sekadar ucapan, tapi teladan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ