Sedang Membaca
Syekh Tajuddin As-Subki, Wafat Saat Menulis Kitab tentang Wabah
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Syekh Tajuddin As-Subki, Wafat Saat Menulis Kitab tentang Wabah

هدم2

Tajuddin as-Subki adalah salah satu ulama yang wafat di usia yang masih relatif muda. Yakni pada usian 43 tahun. Nama lengkapnya adalah Abdul Wahab bin Taqiyuddin ‘Ali bin Abdul Kafy as-Subki. Beliau adalah putra Imam Taqiyuddin as-Subki (wafat tahun 756 H / 1355 M), yang menjabat sebagai qadli atau hakim Damaskus. Beliau dilahirkan di Kairo, Mesir pada tahun 727 H / 1327 M dan wafat pada hari Selasa, tanggal 7 Dzulhijjah tahun 771 H / 2 Juli 1370 M di Damaskus.

Beliau mendapatkan julukan Tajuddin As-Subki karena ilmu yang dikuasainya. Tajuddin bermakna mahkota agama. Sedangkan As-Subki adalah nisbat untuk orang yang lahir dari kampung subki. Orang yang mendapatkan gelar sesakral itu pasti ilmu yang dikuasainya sangat luas. Terbukti dengan karyanya yang cukup banyak. Di Indonesia, karya-karya menjadi salah satu rujukan utama dalam berbagai bidang.

Di antara karya Syekh Tajuddin adalah Thabaqatus Syafi’iyah al-Kubra, Thabaqatus Syafi’iyah al-Wustha, Thabaqatus Syafi’iyah al-Sughra., Jam’ul Jawami’, Man’ul Mawani’ ‘Ala Jam’ul Jawami’, Al-Asybah wan Nadha’ir, Raf’ul Hajib dari Mukhtashar Ibnu Hajib, Syarh

‘Umdatul Muwahiddin, Al-Fatawa, Ad-Dalalah ‘Ala ‘Umumir Risalah. Hampir semua karya beliau dikaji di banyak pesantren di Indonesia.

Syekh Tajuddin meninggal di usia yang relatif muda karena pada saat itu di Damaskus terjadi wabah yang bisa menular pada orang lain. Wabah yang terjadi di Damaskus terjadi beberapa tahun setelah ada black death yang terjadi di Eropa.

Baca juga:  Melihat Gus Dur Melihat Perempuan

Wabah terparah selanjutnya adalah black death (maut hitam) yang awal penyebarannya dari Eropa, Asia dan Afrika pada abad ke 14 M, hingga memasuki dunia Islam melalui kota-kota besar di Timur Tengah: Makkah, Madinah, Kairo, Kairouan (Tunisia), Damaskus, Mosul, Basrah, Baghdad, Palestina, Konstantinopel dan menyebabkan kematian di seluruh dunia saat itu kurang lebih 200 juta orang.

Sejarawan Al-Maqrizi melukiskan penyebaran wabah ini di Kairo pada Ramadhan 749 H/Januari 1349 M, di mana banyak orang yang tertular dengan tanda awal meludah darah, demam tinggi, mual lalu meninggal, sehingga masjid ditutup dan ibadah shalat jumat ditiadakan. Sejarawan lain, Al-‘Aini, menambahkan, ketika orang lain bertatap muka dengan orang yang terkena virus, maka dalam beberapa langkah, ia langsung meninggal. Sejarawan Al-Dzahabi mencatat di Cordoba masjid-masjid ditutup, sedang Ibnu Hajar Al-Asqalani melaporkan di Makkah setiap hari rata-rata sekitar 40 orang meninggal.

Ketika wafat, Syekh Tajuddin sedang menyelesaikan kitab berjudul Juz’un fi Al-Thaun. kitab ini menjelaskan tentang wabah. Khususnya tak terjadi pada saat itu.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
2
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top