Sedang Membaca
Gus Dur, Manusia Biasa yang Langka
Ahmad Qomaruddin
Penulis Kolom

Mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Gus Dur, Manusia Biasa yang Langka

Kalau ada edaran angket tentang siapakah manusia unik, lucu, jenius, dan juga kontroversi di Indonesia, kayaknya akan banyak yang menulis nama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Karena predikat itulah, Presiden Indonesia Keempat ini memang layak mendapat beberapa sebutan seperti cendekiawan, negarawan, kiai, guru bangsa, bapak pluralisme, budayawan, dan beberapa lainnya yang layak disematkan kepada beliau. Mungkin juga satu-satunya tokoh yang layak disebut komedian.

Semasa hidupnya, Gus Dur sering membuat orang tertawa bahagia dengan guyonanya, membuat orang melongo karena dianggap sembrono. Meskipun begitu ia tetap teguh memegang prinsip, lurus dan tak kenal kompromi.

Sosok ini merupakan salah satu di antara beberapa tokoh penggerak reformasi yang mewakili kaum tradisionalis. Tidak berlebihan jika beliau disebut sebagai pahlawan reformasi karena kegigihannya melawan orba yang bertangan besi. Pahlawan reformasi yang konsisten loh ya, bukan yang itu, itu-tuh..

Beliau bukan orang yang gampang kagetan karena sedari kecil sudah ditempa dengan banyak ujian dan cobaan. Beliau memanusiakan manusia dengan segala keterbatasannya.

Celetukan “gitu aja kok repot” sering diucapkan karena hidup memang nggak perlu dibuat ribet dan ruwet, karena ucapan tersebut dipopulerkan oleh seorang tokoh yang cukup terkenal dan berpengaruh. Tidak usah heran kalau banyak orang yang menirukannya. Namun nggak banyak yang meniru substansinya. Itu!

Manusia paripurna “insan kamil” sangat layak disandang oleh Gus Dur. Perkataan, tindakan dan pemikiran beliau yang membuktikan predikat diatas adalah sebagai berikut:

Sebagai presiden, Gus Dur ingin berpesan kepada rakyat dengan gitu aja kok repot-nya bahwa Tampaknya tidak harus ada batasan antara pemimpin dan yang dipimpin. Coba kita flashback ke era kepemimpinan Gus Dur saat masih menjabat, betapa mudahnya menembus ketatnya pengawalan istana negara yang begitu protokoler lalu bertatap muka dengan beliau, Gus Dur selalu welcome kepada semua golongan, tanpa terkecuali.

Baca juga:  Santri Membaca Zaman (4): yang Lebih Perkasa dari Corona

Sudah menjadi kewajiban pemimpin berdialog serta mendengar keluh-kesahnya rakyat, beliau mencontohkan dengan jelas dan gamblang tanpa tedeng aling-aling, banyak rakyat yang bukan dari golongan elit dengan mudahnya keluar masuk istana karena instruksi beliau. 

Masih dalam episode beliau sebagai presiden. Gus Dur dengan gampangnya mengangkat serta mencopot beberapa menteri sesuai dengan yang ia kehendaki, di saat banyak pemimpin melakukan  lobi-lobi politik sampai berakrobat dan penuh sandiwara, gusdur dengan senyum khasnya menghapus itu semua.

Departemen penerangan dan sosial dibubarkan seperti halnya membubarkan gerombolan ayam yang sedang berebut makan di pekarangan rumah, mengeluarkan polisi dari struktur Abri supaya keduanya nggak saling mengangkangi dan mengeksploitasi.

Mencabut tap MPR tentang larangan ideologi komunis karena bertentangan dengan undang-undang, sontak banyak khalayak khawatir dengan sikap Gus Dur yang demikian, Gus Dur malah senyum sumringah sambil makan kwaci.

Sebagai kiai, beliau ingin berdakwah kepada masyarakat Indonesia bahwa sebagai manusia, tentunya kita pasti punya masalah dan tidak mungkin lepas dari tetek-bengek yang lain. Semua masalah pasti ada problem solving nya sebagaimana semua penyakit pasti ada obatnya.

Beliau membuka kran tentang ajaran agama Islam yang “rahmatan lil alamin“. oleh karena itu, Gus Dur melegalkan agama Konghucu menjadi agama yang diakui pemerintah, menetralisir sentimen terhadap orang Tionghoa.

Baca juga:  Haul Nurcholish Madjid (7): Kenangan Pribadi Bersama Cak Nur

Indonesia disulap menjadi “baldatun thoyyibatun” dengan pluralisme nya, keberagaman menjadi harmoni tanpa harus ada intimidasi, ketakutan terhadap perbedaan diubah menjadi beragam senyuman dan pelukan

Para pejabat pada umumnya hidup bergelimang harta, Gus Dur beda, jangankan menyimpan harta, dompet saja tak punya. Beliau juga sering memberikan gaji sebagai presiden kepada para anak buah bawahannya. Praktek kezuhudan yang nyata disaat kebanyakan dari para dai saat ini antara ceramah dan perilakunya sungguh berbeda.

Beberapa hari menjelang wafatnya, beliau masih sempat-sempatnya membuat geger jagad, bagaimana tidak, seorang mantan presiden sekaligus tokoh sekaliber beliau meminjam uang kepada salah satu putrinya lantaran pengen makan bakso. 

Sebagai politisi, Gus Dur cukup lihai mempertontonkan “jurus dewa mabuk” kepada lawan politiknya, dalam seni beladiri Shaolin, jurus ini sangat terkenal dengan gerakan-gerakan apik dan nyentrik meskipun dalam keadaan setengah bahkan tidak sadar sekalipun, ternyata mampu menerjang musuhnya sampai kalang kabut.

Pada saat beliau sedang enak nongkrong di tampuk kursi kepresidenan, sikap tegas dan tak kenal komprominya kepada lawan maupun kawan menyebabkan suhu politik memanas. Gus Dur diisukan korupsi dana bulog dan penggelapan dana zakat mal dari raja Brunei Darussalam. Beliau masih cengengesan dan sempat beberapa kali tertidur saat rapat resmi.

Toh kenyataannya nggak ada bukti bahwa Gus Dur melakukan KKN atau yang lain. Lha dalah.., boro-boro mau korupsi, wong dompet aja  nggak punya. Beliau tau secepatnya bakal ditelikung lawan politiknya, tapi sikap lurusnya tetap jalan terus.

Baca juga:  Ulama yang Lahir di antara Tumpukan Kitab

Tibalah saatnya dengan segala cara dan tipu muslihat lawan politiknya, Gus Dur akhirnya lengser dari jabatan presiden. Dengan PD beliau keluar istana hanya memakai celana pendek dan kaos oblong, banyak yang bingung dengan tampilan itu, Gus Dur berjalan sambil melambaikan tangan, mungkin itu layak di jadikan stiker besar bertuliskan “piye kabare, santai pas jamanku to!”. Hehe…

Sebagai negarawan, pandangan Gus Dur sangat visioner, beliau mampu menguraikan dan menemukan benang merah antara hubungan Islam dengan negara dengan negara berdasarkan “masyarakat Islam” bukan negara Islam. Dalam ranah sosial, beliau tampil kemuka membawa pluralismenya.

Sebagai cendikiawan, Gus Dur banyak memberi sumbangsih gagasan dan pemikiran brilian, cakap berkomunikasi dari golongan elit sampai rakyat jelata, dari mulai yang paling kiri sampai kanan. Gagasan dan pemikirannya terkompilasi dalam beberapa karya 

Gus dur tetaplah manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Namun ketika masih hidup, tindak-tanduk, jasa dan sumbangsihnya layak dibuat teladan dan inspirasi, jangankan waktu masih hidup, sudah wafat pun masih sering disebut dan dikangeni.

Melihat kuburan tempat almarhum disemayamkan, rasa-rasanya almarhum Gus Dur  seperti proposal pendanaan yang nggak pernah berhenti memperantarai datangnya rezeki. setiap tahun harlah diperingati dua kali dan menjelang disemayamkan didoakan umat dari semua golongan.

Love you, Gus..

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top