Siapa yang tak kenal dengan ulama satu ini. Sosok yang keilmuannya diakui oleh hampir seluruh golongan dalam Islam (dari penganut Islam konservatif hingga progresif). Ketika namanya disebut, hampir dipastikan tak ada keasingan sama sekali. Magnum opus-nya, al-Jami as-Shahih, menghiasi seluruh rak-rak perpustakaan para cendekiawan Islam seantero dunia. Dialah sang imam hadis, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
Figur Imam Bukhari sejatinya sudah ghaniyyun ‘an as-syarh (tak butuh penjelasan lagi). Namun, ada beberapa kisahnya yang perlu kita dengar agar bisa dijadikan ibrah (pelajaran), inspirasi sekaligus suri teladan dalam hidup. Berikut adalah kisah kealiman dan kecerdasan sang imam serta ketenarannya di antara para ulama kala itu.
Suatu ketika, Imam Bukhari berencana untuk pergi ke Baghdad dan akan mengadakan sebuah majelis pembacaan hadis. Mendengar berita tersebut, para ulama Baghdad berinisiatif untuk menguji kemampuan sang imam. Mereka berkumpul dan memilih seratus hadis untuk diujikan kepada Imam Bukhari. Lalu, Mereka menukar setiap sanad hadis dan meletakkannya pada matan hadis lain sehingga seratus hadis tersebut terbolak-balik antara matan dan sanadnya.
Mereka menyerahkan hadis yang sudah terbolak-balik tadi kepada sepuluh orang, setiap orang membawa sepuluh hadis. Sepuluh orang tersebut mengemban amanah untuk menyampaikan hadis-hadis yang telah diterima kepada Imam Bukhari pada majelis yang akan diadakan beberapa hari lagi. Apakah Imam Bukhari mampu mengetahui bahwa hadis-hadis tersebut telah dibolak-balik? Mari kita simak kelanjutan ceritanya.
Datanglah hari yang telah dinanti-nanti. Majelis tersebut dipenuhi hiruk-pikuk para hadirin, baik dari ulama maupun orang awam. Sebagian besar ulama yang hadir adalah ulama Baghdad sendiri dan sisanya adalah ulama dari berbagai daerah, seperti Khurasan dan lain sebagainya. Ketika majelis sudah penuh dan hadirin sudah tenang, majulah utusan pertama untuk bertanya kepada Imam Bukhari perihal sepuluh hadis yang ia bawa.
Utusan tersebut membacakan kepada Imam Bukhari hadis pertama yang ia bawa. Sang Imam menjawab: “Saya tidak tahu.” Jawaban ini membuat para hadirin terkejut. Para hadirin yang paham dengan mimik wajah Imam Bukhari mengetahui bahwa sebenarnya sang imam tahu ia sedang diuji dan sengaja tidak menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya, orang yang tak paham dengan hal ini menganggap bahwa ternyata Imam Bukhari lemah hafalannya, ahmak, dan tak secerdas yang mereka kira.
Si utusan terus melanjutkan membaca hadis kedua, ketiga, keempat hingga hadis kesepuluh. Namun, semua dijawab Imam Bukhari dengan “Saya tidak tahu.” Setelah utusan pertama selesai, majulah utusan kedua, ketiga hingga utusan kesepuluh. Semua membacakan sepuluh hadis yang telah dibolak-balik kepada sang imam. Namun, lagi-lagi Imam Bukhari hanya menjawab semua itu dengan “Saya tidak tahu.” Jawaban ini membuat para hadirin semakin terheran-heran.
Ketika Imam Bukhari merasa bahwa semua hadis telah dibacakan, ia menoleh kepada utusan pertama dan berkata: “Wahai fulan! Hadis-hadis yang engkau baca tadi sebenarnya terbalik antara matan dan sanadnya. Hadis pertama yang benar adalah begini. Adapun Hadis kedua, maka yang benar adalah begitu.” Imam Bukhari terus membenarkan semua hadis, baik yang dibaca oleh utusan pertama, kedua, ketiga hingga utusan kesepuluh.
Pada akhirnya, sang imam mengembalikan semua sanad sesuai dengan matan hadisnya masing-masing. Seratus hadis, semua dilibas dan dibenarkan tanpa ada yang terlewat satu pun. Mendengar jawaban luar biasa yang dilontarkan Imam Bukhari, para hadirin sontak terkagum-kagum dengan kecerdasan, kedalaman ilmu, dan kekuatan hafalan Imam Bukhari. Sejak saat itu, semua orang mengakui kecerdasan dan kealiman Imam Bukhari. Figurnya mendapat tempat kehormatan sendiri di hati para ulama saat itu. Tak heran, al-Bukhari dijuluki sebagai Amir al-Mu’minin fi Hadits Sayyid al-Mursalin, pemimpin para ulama dalam hadis Nabi.
Sebab kecerdasannya inilah, Imam Bukhari menjadi salah satu ulama yang paling populer kala itu. Andai saja saat itu media sosial sudah ada, Imam Bukhari mungkin akan menjadi salah satu influencer keislaman yang paling terkenal di dunia. Konon, ketika Imam Bukhari mendatangi suatu daerah, maka semua orang akan berbondong-bondong berkumpul untuk melihat dan mendengar hadis dari sang imam.
Imam Muslim menceritakan: “Ketika Imam Bukhari akan datang ke Naisabur, para penduduk kota antusias untuk menyambut sang imam. Mereka bahkan sudah menyambutnya dari jarak 90 Km sebelum kota Naisabur. Aku tidak pernah melihat penduduk kota Naisabur seantusias ini dalam menyambut seorang ulama kecuali kepada Imam Bukhari.” Muhammad bin Mansur menambahkan: “Pada saat itu, ada sekitar 4000 pasukan kuda yang mengiring kedatangan sang Imam. Ini belum menghitung orang-orang yang naik keledai dan berjalan kaki, maka jumlahnya bisa lebih banyak lagi.”
Itulah kisah kecerdasan dan ketenaran Imam Bukhari. Seorang ulama yang sejak umur sebelas tahun sudah mampu mengoreksi kesalahan gurunya, ad-Dakhili. Sosok yang sejak umur 17 tahun sudah mengajar para ulama yang lebih tua. Figur yang mampu mengarang sebuah kitab legendaris, al-Jami as-Shahih yang berasal dari saringan 600.000 hadis. Tokoh yang menjadi rujukan utama jika menyangkut tentang hadis Nabi Muhammad. Sekian.
Sumber Bacaan
Al-Mubarakfuri, Abdussalam. 2001. Sirah al-Imam al-Bukhari. Makkah: Dar Alamil Fawaid.
An-Nuri, Muhammad Sulaiman. 2023. Min Akhlaq al-Ulama. Kairo: Darussholih.
Ibnu Khalikan. 1994. Wafiyat al-A’yan. Beirut: Dar Shadir.